" I love you too, Mas."
Sesaat mereka hanyut dalam perasaan cinta yang membuncah begitu besar. hingga bibir mereka saling bertautan. menyalurkan hasrat cinta yang hangat di hati mereka. ciuman lembut dari kedua insan yang dilanda asmara itu semakin lama semakin memanas di ruang tamu yang remang-remang.
" Brak.."
Suara orang menabrak pintu rumah karena terkejut dengn pemandangan di depannya.
" Arul, apa yang kamu lakukan !"
suara pak safei menggetkan Arul dan Risya yang sedang asyik berciuman.
"papah.." Arul melepaskan pelukannya dipinggang Risya ketika melihat papahnya baru pulang kerja.
Sekarang Pak Safei memang bekerja sebagai Satpam di Pabrik dekat rumahnya.
Sementara Risya merapikan jilbabnya yang sudah tidak beraturan karena ulah suaminya.
" Apa-apaan ini Rul. kamu pulang nggak beritahu papah. pulang bawa perempuan lagi. Siapa Dia ?" hardik pak Safei dengan penuh kemarahan. hingga membuat mba Mamik yang sedang menidurkan anaknya langsung berlari ke ruang tamu.
" Pah...duduk dulu pah. kita bicara baik-baik. Arul bisa jelasin semuanya."
Pak Safei yang mempunyai watak keras hampir saja akan meledak dan menampar Arul kalo saja mba Mamik tidak segera melerainya.
" Pah...tenang dulu. jangan asal memukul. Arul bukan anak kecil lagi pah. dengarkan penjelasannya dulu. " pinta mba Mamik sambil memegang tangan papahnya agar tidak sampai memukul adik kesayangannya itu.
Akhirnya pak Safei mau menuruti permintaan mba Mamik dan duduk mendengarkan penjelasan Arul dan Risya.
" Sekarang katakan, apa penjelasan kamu !"
" Pah, kenalkan ini Risya istri aku pah. " Arul memulai penjelasannya membuat pak Safei kaget dan melotot ke Arul.
" Apaaa???"
" Maafin kami pah sebelumnya. karena kami menikah diam-diam. tapi kami melakukan ini karena kami saling mencintai dan kami tidak ingin berbuat dosa dengan hanya berpacaran."
" kamu pikir pernikahan itu main-main Rul?? bagaimana bisa kalian menikah tanpa restu orang tua? Apa orangtuanya tau kalian menikah? Lalu siapa yang menjadi walinya?"
" kami menikah secara siri pah. tapi pernikahan kami sah dimata agama. karena yang menjadi wali adalah kakak kandung Risya pah. "
" Gila..kalian ini sungguh Gila.!" ucap pak Safei lalu pergi dari ruang tamu. Dia memilih pergi karena takut tidak bisa mengendalikan diri dengan tindakan putranya itu.
" Pah.." Arul berusaha meminta papahnya tinggal. namun segera dicegah oleh mb Mamik.
" biarkan Papah istirahat dulu Rul. biarkan dia menenangkan diri. besok mba bantu kamu bicara sama papah. kamu sabar ya."
Arul hanya mengangguk. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa tindakannya akan berdampak kekecewaan yang begitu dalam dihati orang tuanya.itu baru papahnya, belum lagi nanti Dia harus menghadapi orang tua Risya. hatinya mulai menjadi ciut. Arul khawatir jika nanti kemarahan orang tua Risya akan lebih parah dari orang tuanya.
"Mas...maaf. aku jadi biang masalah buat kamu. " Risya memegang lengan Arul dan meletakkan kepalanya disana.
" Tidak sayang....kamu tidak salah. semua butuh proses. kita harus sabar ya. " Arul berusaha menghibur Risya padahal hatinya tak kalah khawatir dengan Risya. tiba-tiba rasa takut kehilangan istrinya begitu memenuhi rongga dadanya. Arul lalu mengecup ujung rambut istrinya berusaha mendapatkan kenyamanan dihatinya.
Risya dapat merasakan kegundahan hati suaminya. Dia menggenggam erat tangan Arul. berusaha menguatkan hati suaminya dan hatinya sendiri.
" kita istirahat yuk sayang. " kata Arul sambil menggandeng tangan istrinya ke kamar mereka.
Di kamar mereka hanya keheningan yang menyelimuti. Arul memilih membelakangi tubuh istrinya karena dia nggak mau Risya menangkap ketakutan dalam hatinya. Arul tidak mau membuat istrinya sedih.
" Mas...kamu belum tidurkan. " tanya Risya yang masih tidak bisa memejamkan mata setelah kejadian tadi.
Arul tidak menjawab istrinya dan pura-pura tidur. Risya tau bahwa Arul hanya tidak mau membuatnya bersedih dengan berpura-pura tertidur. Risya lalu memeluk tubuh suaminya dari belakang. Dia ingin menghibur hati suaminya yang sedang gundah.
" Mas, aku merindukanmu. " bisik Risya ditelinga suaminya. rayuan yang menggoda itu adalah senjata ampuh yang selalu Risya gunakan untuk menghibur hati suaminya.
Dan Arul langsung membalikkan badannya dan memeluk erat tubuh Risya. seakan sangat takut kehilangan gadisnya itu. airmata meleleh di mata Arul yang segera dia usap sebelum jatuh ke rambut istrinya.
" sayang... aku mencintaimu. " ucap Risya pada suaminya yg membuat Arul semakin terisak menahan gelora di hatinya.
Risya sangat memahami suaminya. dan Risya harus mengeluarkan berbagai kata gombalan untuk menghibur hati suaminya yang gundah.
" mas, kok diem aja. udah nggak sayang ya sama Risya ?" Risya bicara dengan nada merajuk masih dalam dekapan suaminya.
" sayang....mas juga selalu rindu dan cinta sama kamu. " balas Arul setelah mampu menenangkan dirinya.
" bener mas ? mas nggak akan ninggalin aku kan ?"
" nggak akan sayang. mas akan selalu bersamamu apapun keadaanya. " jawab Arul sambil mencium rambut Risya lagi.
" ya udah yuk bobo aja. biar besok bangun. badan udah seger. "
Riaya mendongak melihat wajah suaminya. Dia lalu bergeser ke atas agar bisa sejajar dengan suaminya. ditatap wajah tampan suaminya dengan penuh rasa cinta. lalu dicium kening suaminya lalu turun ke mata, hidung, pipi dan berakhir di bibir lembut suaminya yang menawan. Arul hanya memejamkan mata menikmati perlakuan lembut sang istri tanpa membalas.
Risya lalu memegang tengkuk suaminya agar suaminya membuka bibirnya lebih dalam. kali ini Risya yang berusaha memimpin ciumannya. Risya ingin suaminya merasakan betapa dalam cintanya.
Risya melepaskan ciuman panasnya. Dan menatap wajah suaminya dengan tatapan penuh cinta.
" Mas, apa kamu menyesal menikah denganku ? "
" Apa yang kamu katakan sayang. aku nggak pernah menyesal menikah denganmu. " Jawab Arul sambil memperhatikan wajah cantik istrinya. ada rasa takut saat istrinya bertanya seperti itu. tanga Arul masih memegang wajah istrinya. cinta dihatinya begitu dalam. Arul menyadari kenapa istrinya selalu menolak ketika dia ingin berkata jujur pada orang tua mereka tentang pernikahan siri mereka. ketakutan yang dirasakan Risya kini juga dirasakan oleh Arul. takut bahwa pernikahan mereka tidak akan direstui kedua orang tua mereka. namun cepat atau lambat mereka harus melalui semua ini.
Risya menggenggam tangan Arul yang masih berada di pipinya. dikecup tangan itu dengan lembut.
" Sungguh kamu nggak menyesal Mas?" Tanya Risya lagi seolah belum yakin dengan kata-kata Arul.
" Aku nggak menyesal sayang. apa kamu masih belum yakin denganku? apa yang harus kulakukan untuk membuktikan cintaku padamu?"
" aku percaya padamu mas. cukup kamu selalu disampingku, menemaniku dalam suka dan duka. dan percaya pada cinta kita. aku akan lalui semua badai dan aral yang menghalangi cinta kita asal kamu tidak pernah melepaskan tanganku dan kamu selalu disampingku."
" sayang..." Arul begitu terharu dengan kata-kata istrinya. Arul lalu mendekap istrinya dipelukannya. ada rasa nyaman dihatinya saat dia menyadari sang istri begitu mencintainya. ketakutan akan kehilangan istrinya sirna seketika. Dia telah menyentuh bagian sensitif dari wanita itu, yaitu hatinya. Dan Arul yakin selama dia masih memiliki hati wanita itu maka siapapun dan apapun tak akan mampu memisahkan mereka berdua, kecuali maut yang memisahkan.
" Aku mencintaimu sayang, sangat mencintaimu. aku akan selalu mencintaimu ingat itu. walaupun kita berjauhan kelak, aku akan selalu mencintaimu sampai ajal menjemputku. ingatlah itu. " kata-kata tulus yang Arul ucapkan begitu menyentuh hati Risya membuat Risya memperat dekapannya pada tubuh besar suaminya.
" aku juga sangat mencintaimu mas. saat kamu masih memegang janjimu padaku maka hatiku masih milikmu untuk selamanya. dan jika kamu mengkhianatiku maka kamu akan menghancurkan hatiku. jika hatiku sudah hancur, maka aku tak akan memiliki hati lagi mas. "
" aku nggak akan mengkhianatimu sayang. "