Pagi ini kepala Aldi terasa berat, ia coba meraih gelas diatas nakas. Kosong! tidak biasanya Zara membiarkan gelas dikamarnya kosong. Beberapa kali Aldi mengerjabkan mata mencari kesadaran. Waktu sudah menunjukkan jam 8.
"zaaraaa...." pekiknya memanggil istri yang biasanya sudah ngomel hanya untuk membangun kan ia dari tidur.
Hening, tak ada sahutan.
Aldi segera menyeret langkah menuju kamar Zara.
Tak ada siapapun. Ia turun kebawah biasanya juga Zara sudah siapkan sarapan.
Di pantry hanya ada mba Rahayu.
"mba.. Zara mana??"
Mba Rahayu menghentikan kegiatannya mencuci piring.
"itu dia mas.. saya juga mau tanya non Zara mana ya?? dari pagi mba Dateng non Zara ngga ada.." mba Rahayu balik bertanya.
Astaga!!! Aldii meremas rambutnya.. dia lupa.. semalam Zara pergi meninggalkannya. Kenapa ia sama sekali tidak menyadari kalau Zara tidak ada.
"mas.. mas Al..." tegur mba Rahayu membuyarkan lamunan Aldi.
"aku mau mandi dulu..." sahutnya tanpa menjawab pertanyaan dari mba Rahayu.
"aneh.. ditanya kok diem aja..." gerutu mba Rahayu sembari melanjutkan kegiatannya.
.
Seusai mandipun,, Aldi terpaksa menyiapkan sendiri pakaian yang akan dikenakan hari ini. Tidak seperti saat ada Zara,, ia tidak perlu repot menyiapkan ini itu segala keperluan tiap hari. Akh!! gadis itu telah meninggalkan jejak dirinya dengan begitu hebat.
Aldi mengambil potret pernikahannya bersama Zara yang diletakkan diatas nakas. Belum satu hari sang penjaga hati pergi namun ia seakan tidak terbiasa dengan kesendirian.
"maaf kan aku Zara..." lirihnya menyentuh potret Zara disana.
***
"Zara.. Zara..."
"ya Al..." Zara tersentak mendengar namanya dipanggil.
"Al apa?! ini kakak.. " Shanum menyadarkan adiknya yang sibuk mengaduk-aduk nasi goreng tanpa menyuapkan kedalam mulut.
"kamu kenapa?? kalau kangen sama Aldi kamu cepat pulang ya..."
Zara tersenyum pahit, matanya kembali berkaca. Kegiatan setiap pagi yang rutin ia lakukan untuk Aldi membuatnya tertegun pagi ini. Tidak ada yang harus ia siapkan!
"ya sudah.. kakak mau berangkat kerja dulu.. kamu baik-baik dirumah.." Shanum pamit pergi.
***
Kertas perjanjian itu ditandatangani oleh Aldi, kesepakatan ia dengan Tristan untuk menjadi brand ambassador produk minuman energi yang akan diluncurkan oleh Sempurna Grup.
"selamat datang di keluarga besar Sempurna Grup.. semoga kita bisa bekerja sama..." Tristan menyalami Aldi , Aldi menyambutnya dengan dingin.
"bisa kita bicara...,"
"ya tentu silakan..."
"berdua saja..."
Tristan mengerenyitkan dahi lalu memberikan kode agar asisten nya Jhony dan Dimas meninggalkan mereka.
"ada apa?? aku sangat sibuk jadi aku harap kau tidak mengatakan hal percuma..." tegas Tristan.
Aldi mendengus kasar.
"aku tidak akan lama... aku hanya ingin katakan.. jauhi Zara" ujarnya penuh penekanan.
Tristan tertawa mengejek, bisa-bisanya Aldi mengatakan itu padanya.
"kenapa?? kau... cemburu???"
"bukan urusan mu... aku hanya ingin kau jauh istriku..."
Pria maskulin itu berdiri mendekati Aldi yang masih duduk di posisi nya, lalu Tristan bersandar dimeja
"ya.. itu tergantung perlakuan mu padanya... aku tidak bisa janji"
"apa maksudmu...??"
"kau tahu..Zara punya sesuatu yang tidak semua gadis miliki,, dan kau malah sibuk mengejar desainer itu.. " sindir Tristan, terlihat Aldi terperangah.
"jangan sok tahu.." sergah Aldi menyembunyikan keterkejutannya darimana CEO ini tahu tentang ia dan Aura.
"dengar... jaga sikapmu.. sebentar lagi kau akan jadi brand ambassador ku,, aku tidak mau kau nanti terlibat skandal..." ujar pria yang tampak begitu tampan mengenakan Coat hitamnya.
"aku akan atasi soal itu.. aku akan bekerja profesional..!! tapi aku hanya minta kau tidak selalu mencari istri ku.. bisa kau paham..."
"hahahha..." , Tristan tertawa sinis menepuk-nepuk bahu Aldi... "saranku.. jaga istri mu dengan baik.. atau seseorang akan mengambilnya dari mu...."
"kau..." sontak Aldi berdiri hendak meraih kerah kemeja pria yang dia anggap begitu lancang. Tatapan sinis mereka beradu.
"ingat saat kau menyakiti nya.. akan ada aku yang melindungi nya.." ancam Tristan serius meletakkan tangannya di bahu Aldi.
"kita lihat saja nanti..." tantang Aldi menepiskan tangan Tristan di bahu nya lalu segera meninggalkan ruangan itu, ia tidak ingin berlama lagi takut nanti ia kehilangan kendali untuk tidak menghajar rekan barunya.
.
Tristan menghempaskan diri dikursi, terlukis senyum sinis disudut bibirnya. Andaikan hari itu ia tidak mendengar pertengkaran antara Zara dan Aldi di depan toilet gedung pameran produk Aura,, mungkin ia akan memilih mundur dan melupakan si pencuri hati. Tapi ia terlanjur tahu tentang pernikahan dengan kesepakatan mereka. Tidak ada salahnya untuk terus maju, paling tidak ia bisa menjadi pelindung gadis itu.
***
Aldi membawa laju mobilnya kerumah Raihan, ia perlu memastikan dimana keberadaan Zara saat ini. Ada yang hilang dari hatinya, seperti apa dia harus katakan bahwa 'aku merindukan mu...' sulitnya mengucapkan sepenggal kata rindu.
Tak lama mobil Pajero sport Aldi terparkir dihalaman rumah Raihan, tak lupa ia membawa mainan untuk Zidan juga.
"hai Al.. apa kabar mu??" sambut Raihan kebetulan sedang mengotak Atik motornya.
"baik.. ka.."
"Zara mana??" tanya Raihan celingak-celinguk melihat Aldi hanya seorang diri.
Sepasang bola mata Aldi membulat, bisa dipastikan Zara tidak ada disana...
.
.