webnovel

Pembalasan Dendam Sang Ksatria Wanita

Rowena hampir dibunuh setelah ketahuan ingin membunuh pangeran mahkota dari Kerajaan Sunverro dalam peperangan kali ini. Namun, setelah melihat kemampuan Rowena, Pangeran mahkota itu memutuskan untuk mengangkat Rowena sebagai ksatrianya dan membantunya agar bisa memenangkan pertempuran yang membosankan itu. Rowena pun setuju untuk menjadi ksatria dari Pangeran mahkota. Hal itu membuat Rowena menjadi ksatria wanita pertama di dunia. Ikuti petualangan, pembalasan dendam, dan kisah cinta Rowena!

Seorina · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
30 Chs

Makan Malam Bersama Keluarga Kekaisaran

Setelah beberapa menit berjalan, sampailah Rowena dan Pangeran Helios di depan ruang kerja Kaisar. Pangeran Helios membuka pintu dengan pelan, dari luar Rowena bisa melihat sang Kaisar yang sudah kewalahan menangani beberapa dokumen yang sudah ditumpuk menjadi beberapa tumpukan.

Mereka berdua pun masuk ke dalam ruangan yang cukup luas itu. Kaisar yang menyadari kedatangan mereka langsung mendongakkan kepalanya dan menatap mereka berdua yang sudah berdiri tepat di depan meja kerjanya.

Rowena membungkukkan badannya dengan anggun seperti yang dilakukannya beberapa hari sebelumnya. "Salam kepada Matahari Kekaisaran. Semoga anda selalu diberkati oleh Dewa."

"Angkat kepalamu, Grand Duchess Erica," ujar Sang Kaisar.

Rowena mengangkat kepalanya sesuai dengan perintah sang Kaisar. "Sebelumnya saya ingin meminta maaf, Yang Mulia. Tetapi bisakah kau memanggilku Rowena saja. Saya merasa tidak nyaman jika dipanggil dengan sebutan Grand Duchess Erica."

Kaisar pun tertawa setelah mendengar keluhan Rowena. "Kau benar-benar perempuan yang sangat unik. Biasanya jika orang lain mendapatkan gelar yang tinggi seperti yang kau dapatkan, mereka pasti lebih berharap orang-orang memanggilnya dengan gelarnya. Tetapi jika itu keinginanmu maka aku akan menurutinya."

"Terima kasih karena sudah mau mengabulkan permintaanku, Yang Mulia Kaisar."

"Nah, alasanku memanggilmu kesini adalah untuk memberikanmu jabatan penting di istana. Rasanya ada yang kurang jika aku hanya memberikanmu gelar kebangsawanan dan daerah kekuasaan. Oleh karena itu mulai sekarang aku akan memberikanmu jabatan sebagai Kepala Komandan Pasukan Biru," ujar Kaisar dengan tegas.

Dalam kekuatan militer di Kekaisaran Sunverro, pasukan Kekaisaran dibagi menjadi tiga yaitu Pasukan Biru, pasukan merah, dan pasukan hitam. Pasukan biru yang akan dipimpin oleh Rowena nanti bertugas untuk menjaga keamanan keluarga kekaisaran, Pasukan Merah yang dipimpin oleh Sir Cedric bertugas untuk menjaga stabilitas Kekaisaran, lalu Pasukan hitam bekerja sebagai bayangan Kaisar. Susunan militer di Kekaisaran Sunverro lebih sederhana dibandingkan kerajaan-kerajaan lainnya.

"Wah, setelah memberikanku daerah kekuasaan yang merepotkan dan gelar kebangsawanan yang sangat tinggi, sekarang anda memberikan saya pangkat yang akan membuat orang-orang semakin ingin menghabisi nyawa saya. Jika anda ingin mengikat saya di Sunverro, bukankah anda bisa menggunakan cara lain dibandingkan dengan menyogok saya dengan sejumlah harta dan kekuasaan," kritik Rowena dengan berani.

"Astaga, niatku langsung diketahui oleh dirimu! Bahkan kau sampai bisa menganalisis alasanku memberikanmu harta dan kekuasaan. Itulah sebabnya aku sangat ingin mengikatmu di Sunverro sehingga kau dan keturunanmu nanti bisa membantu kaisar-kaisar di generasi selanjutnya untuk memimpin negeri ini," ucap Sang Kaisar.

"Anda terlalu berlebihan, Yang Mulia. Daripada membual lebih banyak lagi, lebih baik anda menyelesaikan dokumen-dokumen anda yang sudah menjulang tinggi di atas meja anda ini."

Sang Kaisar kembali dibuat tertawa oleh jawaban Rowena yang terkesan sangat blak-blakan. "Kau benar-benar perempuan yang sangat unik, Rowena. Dari aku menjadi pangeran Mahkota sampai kaisar seperti sekarang, tidak ada satupun orang yang berani berbicara terang-terangan ataupun menegurku kecuali istriku dan salah satu putri Odelette."

"Yang kau maksud dengan Putri Odelette pasti Ratu Erica Odelette de Edelle," sahut Rowena.

"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Sang Kaisar yang terlihat kaget karena Rowena mengetahui tentang hal itu.

Rowena melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu lalu mengedipkan matanya pada sang kaisar. "Itu rahasia, Yang Mulia Baginda Kaisar."

~•~

Sekarang langit sudah gelap dan bulan purnama juga sudah terlihat yang menandakan kalau malam telah tiba. Sesuai jadwal yang sudah disampaikan oleh Pangeran Helios, sekarang Rowena akan makan malam bersama keluarga kekaisaran.

Rowena diantar oleh seorang pelayan untuk pergi ke ruang makan. Ketika ia sampai di sana, ia melihat sudah ada sang Kaisar dan Permaisuri, Pangeran Helios, dan Pangeran Diego. Sepertinya ia datang agak telat. Rowena segera duduk di antara pangeran Diego dan Pangeran Helios.

"Maafkan saya, sepertinya saya datang terlambat," ucap Rowena.

"Tidak. Kau tidak terlambat, hanya kami saja yang datang lebih awal," balas Pangeran Helios.

"Hai, Nona Grand Duchess Erica. Kita bertemu lagi untuk kedua kalinya," sapa Pangeran Diego.

"Wah, sial sekali aku harus bertemu dengan dirimu lagi disini," ucap Rowena sembari tersenyum.

"Hei, berhentilah berbicara terang-terangan seperti itu! Kau membuat hatiku sangat terluka," rengek Pangeran Diego.

Rowena sama sekali tidak merespon rengekan pangeran Diego yang kekanak-kanakkan itu. Makan malam yang hening itu pun dimulai. Para pelayan menghidangkan makanan satu per satu di atas meja. Semua makanan itu terlihat sangat mengunggah selera. Setelah semua makanan selesai dihidangkan, mereka semua pun mulai menyantap makanan tersebut.

Selesai makan malam, Rowena memutuskan untuk menginap di istana. Pangeran Helios pun menyarankan dirinya untuk menginap di istananya. Tanpa berpikir panjang Rowena langsung menyetujuinya. Akhirnya Pangeran Helios memerintah pengurus istana untuk menyiapkan sebuah kamar untuk Rowena karena tidak mungkin perempuan itu tidur di kamarnya. Jika sampai hal itu terjadi maka dapat dipastikan keesokan harinya pasukan merah akan menyerbu istananya dan melakukan kudeta.

Sembari menunggu, Rowena dan Pangeran Helios berdiri di balkon untuk menikmati semilir angin malam yang berhembus. Cahaya bulan yang menyinari malam yang indah itu membuat Rowena menjadi sangat tenang saat melihatnya sampai ia lupa kalau ada Pangeran Helios yang berdiri di sampingnya.

"Apa kau sedang mempunyai masalah, Helios?" tanya Rowena.

"Bagaimana kau bisa tahu?" ucap Pangeran Helios yang baru sadar dari lamunannya.

Rowena mencoba meniru ekspresi wajah Pangeran Helios barusan. "Kau tahu dari tadi raut wajahmu seperti ini. Selama kita bersama aku menyadari kalau saat raut wajahmu seperti itu berarti kau sedang mempunyai masalah atau stres."

Pangeran Helios menepuk kepala Rowena dengan pelan dan tersenyum. "Kau benar-benar sangat peka pada keadaan. Aku hanya merasa pusing dengan tugas penting yang diberikan oleh ayahku."

"Tugas penting dari Baginda Kaisar untukmu?"

"Ya, ayah menyuruhku untuk sebisa mungkin menyingkirkan Duke Carabell dari posisinya karena sebagai seorang Kaisar, ayahku tidak bisa seenaknya menurunkan posisi seseorang tanpa bukti yang jelas dan konkret."

"Memangnya apa kesalahan yang sudah dibuat Duke Carbell sehingga Baginda Kaisar ingin menyingkirkannya?"

"Asalkan kau tahu Rowena, Duke Carbell itu merupakan bangsawan yang menjadi sumber kejahatan. Tidak ada satupun kejahatan yang tidak pernah mereka lakukan. Bahkan cara keluarga itu untuk menentukan pewaris selanjutnya adalah semua anak-anak harus saling membunuh, siapapun yang bisa bertahan hidup maka dia akan dinobatkan menjadi pewaris gelar Duke Carbell selanjutnya."

"Duke Carbell yang sekarang banyak melakukan pembunuhan, pelecehan, penjarahan, dan kejahatan lainnya. Oleh karena itu ayahku sangat ingin membasminya namun selama ini ia melakukan kejahatan dengan sangat rapi sehingga tidak ada yang bisa dijadikan bukti atas kejahatannya," tambah Pangeran Helios.

Rowena memegang kedua tangan Pangeran Helios dan menatap kedua matanya dengan intens. "Kau tidak perlu khawatir. Sekarang ada aku yang akan membantumu."

Sekarang rasanya jantung Helios akan segera meledak setelah disemangati oleh Rowena. Kedua pipinya dan cuping telinga mulai memerah. "Terima kasih karena sudah mau membantuku."

Untuk kesekian kalinya Pangeran Helios dibuat jatuh cinta oleh Rowena. Meskipun Rowena tidak pernah sadar akan rasa cintanya, namun Pangeran Helios masih tidak ingin berhenti untuk mencintainya. Memang tidak ada jaminannya kalau Rowena akan membalas perasaannya, namun untuk sekarang itu tidak menjadi masalah bagi Helios.