Rowena yang merasa terganggu langsung mendorong wajah Pangeran Helios dengan telapak tangannya. Memang hanya dialah satu-satunya orang yang berani melakukan hal itu.
"Aku bisa menjelaskan semuanya dengan detil asalkan wajahmu tidak perlu sedekat itu dengan wajahku."
Helios kembali duduk di tempatnya dan terkekeh. "Hanya kaulah satu-satunya orang yang berani memperlakukan hal ini pada diriku."
"Apakah itu juga merupakan suatu kebanggaan besar untukku?"
"Tentu saja. Mendorong wajah seorang pangeran tampan merupakan hal yang bisa kau banggakan sampai ke anak-cucumu."
"Kau terlalu berlebihan. Lebih baik aku langsung menjelaskan strategiku ini daripada mendengarkanmu beromong kosong lagi. Alasan aku memilih pendekatan pada Raja Scarka dengan menjadi selirnya adalah karena Raja Scarka yang sekarang baru diangkat menjadi raja beberapa waktu yang lalu dan masih belum mempunyai pasangan. Hal itu disebabkan oleh perintah Raja Scarka yang menyatakan kalau calon istri yang ia inginkan adalah perempuan yang mendukungnya untuk memiliki wanita lainnya."
"Peranku disini adalah menjadi adik dari Marquess Squella yang diutus untuk menjadi selir Raja Scarka sebagai simbolis persekutuan antar dua kerajaan dan menjadi selir yang selalu memperhatikan kebutuhan suaminya dengan wanita lain. Selain itu aku juga akan menghasut raja Scarka itu agar menaikkan pajak dan melakukan hal-hal yang menyusahkan rakyatnya sendiri sehingga saat semua rakyatnya merasa tidak mampu lagi maka mereka akan memberontak melawan pemerintah. Di saat itulah Sunverro akan muncul sebagai pahlawan yang akan menolong para rakyat dari siksaan Kerajaan mereka sendiri ," tambah Rowena.
"Intinya kau tidak akan mempersembahkan tubuhmu pada raja Scarka itu, kan?" tanya Pangeran Helios yang berusaha memastikan masalah itu.
"Apakah kau sudah gila sekarang? Tentu saja tidak akan dan tidak akan pernah," ujar Rowena yang terlihat kesal.
"Baiklah, berhenti menyebutkan dengan panggilan 'gila' itu."
"Lalu usahakan kakakku dan Cedric tidak tahu tentang hal ini. Jika mereka tahu tentang strategiku kali ini, mereka pasti akan menolaknya dengan keras. Bahkan kurasa kakakku akan memeluk kedua kakiku agar aku tidak bergerak satu langkah pun dari tendaku," ujar Rowena sembari menghela napas panjang.
Pangeran Helios memijat pelipisnya dengan pelan dan menjawab, "Tenang saja. Aku tidak akan memberitahu Cedric ataupun Damian tentang hal ini. Jadi, kapan kita akan berangkat ke Scarka?"
"Mungkin sekitar dua hari lagi kita akan berangkat kesana."
"Ngomong-ngomong jika kau melarangku untuk mengatakannya kepada Damian dan Cedric. Apakah itu berarti kalau kita akan berangkat berdua saja ke Scarka?"
"Kita berdua akan tetap berangkat bersama kakak dan Cedric ke Scarka. Hanya saja gunakan alasan kalau kita sedang menyelidiki Kerajaan itu dari dekat. Lalu saat kita sudah sampai di hadapan Raja Scarka, mereka akan tahu tantang strategi ini dan tidak bisa melakukan apapun lagi. Intinya ini adalah kejutan untuk mereka," kata Rowena sambil tersenyum.
"Wah, kau benar-benar perempuan yang licik sangat berbeda dengan wajahmu yang terlihat polos itu."
"Itulah salah satu kehebatanku. Bukankah orang-orang akan otomatis menurunkan kewaspadaan mereka saat sedang bersamaku karena tampang polosku ini. Padahal harusnya mereka meningkatkan kewaspadaannya ke titik yang tertinggi karena aku adalah orang yang sangat berbahaya," sahut Rowena.
"Tetapi aku tidak pernah meningkatkan kewaspadaanku saat bersamamu karena aku yakin kau adalah perempuan yang tidak akan menyerangku dengan sembarangan. Meskipun jika kau ingin menyerangku, aku akan merelakan tubuhku diserang oleh perempuan seperti dirimu apalagi saat di tempat tidur," goda Pangeran Helios.
"Selain suka memuji diri sendiri, ternyata kau juga suka menggoda perempuan ya, Yang Mulia. Sayangnya aku sama sekali tidak tertarik ataupun bernafsu saat bersamamu, jadi aku tidak akan menyerangmu di tempat tidur," balas Rowena.
"Lagi-lagi kau membuatku sangat sedih, Rowena. Kalau begitu bagaimana kita minum anggur disini untuk menyenangkan hatiku?" tawar Pangeran Helios.
"Kau selalu berbuat seenaknya, ya. Padahal kau tahu sendiri kalau aku tidak bisa menolak karena aku yakin kalau aku menolak kau pasti akan menyuruh para prajurit penjaga tendamu untuk menahanku agar tidak keluar dari sini," ujar Rowena yang sudah pasrah.
"Pengawal, bawakan aku sepuluh botol anggur," perintah Helios pada seorang pengawal yang tengah berjaga di luar ruang kerjanya.
Rowena duduk santai di kursinya. "Sekarang kau berencana membuatku mabuk. Bukankah kau sangat jahat?"
"Kenapa kau selalu berpikiran buruk tentangku seperti itu? Padahal aku hanya mengajakmu untuk bersenang-senang hari ini sebelum memulai penaklukan selanjutnya dengan meminum anggur bersama."
Pengawal yang barusan diperintahkan oleh Pangeran Helios pun masuk ke dalam ruangan itu dengan membawa sepuluh botol anggur seperti yang dikatakan oleh sang pangeran. Dia menaruh semua botol-botol itu di atas meja kerja Pangeran Helios. Lalu pengawal itu segera pergi dari sana dan kembali berjaga di depan ruang kerja Pangeran seperti sebelumnya.
Pangeran Helios pun membuka tutup salah satu botol anggur tersebut lalu menuangkannya ke dalam gelas Rowena dan gelasnya. Rowena terkejut melihat Heliosn yang menuangkan anggur ke dalam gelasnya sampai penuh, padahal laki-laki itu hanya menuangkan anggur ke gelasnya sendiri sampai setengah gelas saja.
"Kalau dipikir-pikir kita masih belum terlalu mengenal satu sama lain. Berapa umurmu?" tanya Helios yang sudah menyicipi minumannya.
"Menurutmu sendiri berapa usiaku?" balas Rowena.
"Kalau dilihat dari segi fisik dan penampilanmu, bisa disimpulkan kalau kita seumuran yang berarti kau berumur 21 tahun," ucap Pangeran Helios setelah berpikir lama.
Rowena mulai meneguk anggur yang ada di gelasnya lalu menjawab, "Kau salah. Aku baru berusia 16 tahun."
Wajah Helios nampak terkejut saat mengetahui umur Rowena yang sebenarnya. Ia langsung mengambil gelas anggur yang sedang dipegang Rowena. "Kalau begitu kau belum bisa meminum anggur ini karena belum cukup umur."
Menurut aturan yang sudah diterapkan semua kerajaan di benua, anak-anak yang sudah mencapai usia dewasa yaitu berusia 18 tahun baru diperbolehkan untuk meminum anggur. Aturan ini harus dipatuhi baik dari kalangan rakyat biasa sampai keluarga kerajaan.
"Apakah kau sedang bercanda sekarang? Aku sudah meminum anggur sejak berusia dua belas tahun. Lalu bukankah kau duluan yang mengajakku untuk minum anggur ini?" Rowena merebut kembali gelas yang sudah direbut oleh Helios barusan lalu meneguk anggur itu sampai tetes terakhir.
"Baiklah. Akan kuanggap kau sudah cukup umur." Helios kembali menuangkan anggur ke gelas Rowena yang sudah kosong.
Di malam yang gelap dan dingin itu, sepasang manusia itu minum anggur bersama dengan penuh sukacita tanpa peduli dengan waktu maupun keadaan sekitar. Helios sudah mabuk setelah meneguk dua gelas anggur, berbeda jauh degan Rowena yang sudah meneguk sekitar lima gelas anggur tetapi masih belum mabuk sama sekali. Toleransi anggur perempuan itu memang lebih bagus daripada Helios.
Setelah merasa cukup, Rowena pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Saat ia akan beranjak pergi tiba-tiba Helios memeluk tubuhnya dari belakang. Napas Rowena menjadi sesak karena Helios memeluknya dengan sangat erat. Saat Rowena berusaha sekeras mungkin untuk melepaskan pelukan yang erat itu, Helios menempelkan dagunya di leher jenjang Rowena. Hembusan napas Helios di leher Rowena membuatnya merasa geli.
"Yang Mulia, langit sudah sangat gelap dan aku ingin kembali ke kamarku. Jadi, tolong lepaskan pelukanmu itu," ucap Rowena dengan tegas.
"Tidak boleh. Kau harus tetap disini bersamaku. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu," jawab Helios dengan nada yang manja.
"Kalau begitu cepat katakan sekarang apa yang ingin kau katakan padaku."
"Selama ini aku selalu mengagumimu. Kau adalah perempuan pertama yang bisa membuatku terkesima seperti ini. Kau juga perempuan pertama yang bisa berbuat seenaknya pada diriku tanpa aku berikan hukuman," guman Helios yang sudah mabuk berat.
"Katakan intinya," ujar Rowena yang sudah lelah berada disana.
"Aku men..." bisik Helios tepat di telinga Rowena.