3 hari kemudian tepatnya pukul 01.00 siang, di bandara Okadama Riechan yang akan pergi ke Tokyo diantar oleh keluarganya.
Setelah melakukan registrasi dan mendapatkan tiket, Riechan segera kembali ke loby untuk berpamitan dengan keluarganya karena pesawat yang akan ia tumpangi akan take off 10 menit lagi.
Setelah sampai di loby, ia segera bergegas kesisi keluarganya yang sedang duduk menunggunya.
Sesampainya didepan mereka ia segera berkata "maaf semaunya, 10 menit lagi pesawat yang aku tumpangi akan berangkat jadi aku tidak akan lama berada disini karena harus segera masuk ke pesawat" katanya dengan nada minta maaf.
Mendengar bahwa Riechan akan segera masuk ke pesawat dan akan segera berpisah dengan mereka, keluarganya merasa agak kecewa dan berat dihati mereka untuk membiarkannya pergi.
Namun karena mereka telah memberinya izin, mereka tidak bisa menariknya kembali.
Melihat ekspresi keluarganya yang tiba-tiba berubah, Riechan tahu yang mereka rasakan karena ia juga merasakannya.
Sehingga ia hanya bisa menghibur mereka dan berkata lagi "hei-hei-hei,, mengapa kalian menunjukan ekspresi seperti itu ?
Ayolah, kalian tahu apa tujuanku kan ?
Jika kalian menampilkan ekspresi seperti itu aku tidak akan bisa tenang saat perjalananku nanti.
Bukankah kita sudah membahasnya 3 hari yang lalu, bahwa aku akan selalu mengabari kalian sesampainya aku disana.
Dan juga bukan berarti aku tidak akan kembali lagi kesini kan ?
Jadi, ayo cerialah !" katanya.
Mendengar hiburan dari Riechan kegundahan mereka akhirnya agak mereda.
Setelah beberapa saat Ojiisan sebagai kepala keluarga berkata "baiklah nak, kami tidak akan membuatmu khawatir.
Tapi sebelum kau naik ke pesawat kami ingin memberimu sesuatu sebagai kenang-kenangan.
Dan kau tidak bisa menolaknya" jelasnya.
Mengakhiri ucapannya, Ojiisan segera mengeluarkan kotak hadiah seukuran buku tulis lalu menyerahkannya kepada Riechan.
Menerima kotak hadiah tersebut, Riechan agak penasaran dengan apa yang ada didalamnya, sehingga ia bertanya "Boleh kubuka sekarang kek ?" tanyanya.
"Bukalah" jawab Ojiisan singkat.
Setelah diberi izin oleh Ojiisan, Riechan segera membuka kotak tersebut.
Didalamnya ia menemukan lampiran surat-surat rumah, SIM untuk mengendarai kendaraan beroda empat, dan dua buah kunci.
Melihat hal itu Riechan merasa ingin menangis "sepertinya mereka belum mempercayaiku sepenuhnya.
Apakah mereka pikir aku tidak dapat hidup mandiri ?" pikirnya.
Sehingga ia berkata "Hhuuff,, kek, bukannya kita sudah membicarakan mengenai tempat tinggalku bahwa aku akan masuk ke asrama.
Dan juga mobil, untuk apa itu ?
Aku bisa menggunakan angkutan umum untuk berpergian.
Lagi pula aku juga tidak ingin menarik perhatian. " katanya sambil mendesah lemah.
Melihat Riechan tidak mau menerimanya, Ojiisan segera membantah dengan tegas "hehehe,, nak, bukankah tadi kakek berkata bahwa kau tidak boleh menolaknya.
Lagi pula, jika kau tidak ingin meninggali rumah itu kau bisa menggunakannya untuk bersantai.
Sedangkan mobil, bisa kau gunakan jika ada keperluan mu yang mendesak.
Sudahlah terima saja." katanya.
Mendengar bantahan tegas dari kakeknya, Riechan tahu bahwa apapun yang ia katakan, mereka tidak akan menerimanya.
Sehingga ia hanya bisa menerimanya dan berkata "baiklah kek aku akan menerimanya.
Oke, aku akan segera menaiki pesawat sudah saatnya untuk berpisah.
Kalian jaga diri kalian baik-baik ya.
Jika kalian mendapat masalah segera hubungi aku, terutama kamu Kak.
Sebisa mungkin kurangi kebiasaan bercandamu, aku takut kalau tidak ada aku yang mengawasimu kau akan kelewatan bercandanya." katanya.
Mendengar pesan terakhir Riechan, mereka merasa lucu hingga tertawa terbahak-bahak.
Adapun Oneesan yang di berikan saran oleh adiknya merasa agak kesal dan teraniaya sehingga ia membantah "hei dek apa maksud dari saranmu tadi ?
apa kamu mengajak kakak bertengkar ?" katanya sedih.
Dibantah oleh kakaknya, Riechan segera mengklarifikasi
"hehehe,, mana mungkin aku berani mengajak kakak bertengkar.
Maaf kak, tadi itu hanya bercanda karena aku ingin melihat senyum kalian sebelum aku pergi" jelasnya.
Mendengar penjelasan Riechan mereka merasa hangat dihati mereka disertai sedikit rasa sedih.
Namun sang kakak malah bertambah kesal setelah mendengar itu, iapun berkata "jadi kamu hanya ingin melihat senyum yang lain, sedangkan senyumku tidak ?" tanyanya dengan raut wajah sedih bercampur kesal.
Tidak ingin membuat kakaknya semakin sedih dan kesal Riechan segera membantah "Mana mungkin aku tidak ingin melihat senyum manis dari wanita secantik kakak sebelum kepergianku.
Justru itulah yang sangat ingin aku lihat"
Katanya disertai godaan.
Seperti biasa, stelah mendengar pujian dari Riechan rasa kesal Oneesan hilang dan menampilkan senyum manis diwajahnya disaat ia berkata "hehehe,, Rie-bro, kamu memang yang terbaik kalau soal menggoda.
Tapi awas jika aku tahu kamu melakukan hal itu pada gadis lain kakak tidak akan mau bicara denganmu lagi" candanya.
Mendengar itu, giliran Riechan yang merasa teraniaya sehingga, ia berkata "Heheh,, kak, jangan bercanda begitu dong.
Kalau kakak melakukan itu aku akan menjomblo selama hidupku.
Apa kakak tega menjadikan ku jones ?" katanya sedih.
Adapun Oneesan sangat senang bisa membalas dendam, dan berkata "hei-hei,,, Apakah aku terlihat sedang bercanda ?
Kalau tentang kau yang menjadi jones, itu sih bukan urusan kakak" katanya dengan wajah poker.
Memikirkan waktu keberangkatannya yang sebentar lagi, Riechan segera mengalah "baiklah-baiklah kakak menang lagi.
Aku janji, tidak akan menggoda cewek lain selain kakak." katanya.
Namun setelah jeda singkat dari mengakui kekalahannya, Riechan segera menambahkan "tapi kak, saran yang aku berikan sebelumnya tulus kok" katanya serius.
Mendengar itu, Oneesan juga tiba-tiba menjadi serius saat ia berkata "hehhe,, Rie-bro kalau itu kau tidak perlu khawatir, lagi pula kakak hanya bercanda seperti itu dengan kalian kok" jelasnya.
Melihat keseriusan Oneesan, Riechan yakin bahwa ia mengatakan yang sebenarnya dan ia menjawab "hmmm,, kalau begitu baiklah aku sekarang merasa tenang dengan keamanan kakak.
Oke, aku akan memasuki pesawat sekarang tapi sebelum itu, apakah kalian tidak ingin melakukan pelukan perpisahan dan mengucapkan salam perpisahan denganku?" katanya kepada mereka semua.
Mengamati Riechan dan Oneesan yang saling berbalas canda untuk waktu yang cukup lama, Ojiisan dan yang lain merasa terhibur dengan itu dan terbawa suasana.
Setelah mendengar kalimat "pelukan perpisahan" dan "slam perpisahan" yang diucapkan Riechan mereka kembali sadar kedalam realitas.
Sehingga mereka segera menjawab secara serempak
"MAU, JELAS MAULAH"
kata mereka.
Lalu mereka secara bergantian memeluk sambil mengucapkan salam perpisahan dengan Riechan, sebelum Riechan menaiki pesawatnya.
Setelah memasuki pesawat, Riechan segera menemukan kursinya sesuai nomor kursi yang tertera di tiketnya lalu mendudukinya dan mulai beristirahat sambil mendengarkan musik.
Beberapa menit kemudian saat Riechan telah setengah tertidur, pesawat yang ia tumpangi akhirnya lepas landas.
Tanpa ia sadari saat sedang tertidur, >= 7 jam telah berlalu.
Saat ia terbangun kebetulan pesawat yang ia tumpangi baru saja bersiap untuk mendarat.
Bandara tempat mereka mendarat adalah bandara Haneda atau sering disebut bandara nasional Tokyo.
Setelah pesawat yang ia tumpangi berhasil mendarat dengan aman, Riechan segera bangkit dari kursinya lalu berbaris dengan jajaran orang-orang yang juga akan turun dari pesawat dan meneruskan ke loby untuk menunggu barang-barang mereka diturunkan dari ruang penyimpanan barang pada pesawat.
<=15 menit kemudian akhirnya barang bawaan mereka telah diturnkan.
Tanpa membuang waktu, Riechan segera mengambil kopernya dan pergi ke halte untuk mendapatkan taxi.
Riechan yang awalnya berencana memesan hotel setibanya di Tokyo, membatalkan rencana tersebut karena telah diberikan rumah oleh kakeknya.
Setelah mendapatkan taxi, Riechan segera memberikan alamat rumah kepada sang sopir, sesuai alamat yang tertera pada lampiran surat rumah yang diberikan oleh kakeknya yang bertempat di lokasi taman Shinjuku Gyoen.
Riechan yang tidak tahu tempat seperti apa itu taman Shinjuku Gyoen hanya duduk santai di samping sopir.
Adapun sang sopir yang sangat mengenal lokasi itu, sangat terkejut sekaligus bangga saat mendengar alamat yang di tuju oleh penumpangnya.
Karena Taman Shinjuku Gyoen adalah salah satu tempat dimana orang-orang yang berasal dari kalangan elit tinggal di sana.
Sehingga ia berpikir "wow aku mendapat penumpang bos muda aku bakal dapat jackpot besar nih" pikirnya.
Tanpa buang waktu sang sopir segera mengarahkan taxinya ke alamat yang diberikan Riechan.
Riechan yang tidak tahu apa yang dipikirkan sang sopir tentangnya, hanya dengan santai merebahkan tubuhnya di kursi taxi sambil memejamkan matanya menikmati perjalanan.
<=2 jam kemudian, mereka akhirnya sampai ditujuan mereka yaitu di blok F5 di taman shinjuku Gyoen.
Setelah menghentikan mobil, sang sopir segera membangunkan Riechan yang masih memejamkan matanya.
Membuka matanya, Riechan tidak segera mengamati lokasi disekitarnya ia malah melihat ke argo taxi.
Setelah melihat nominal yang tertera di argo taxi yaitu 1220 yen, Riechan segera membuka dompetnya.
Kebetulan saat itu nominal uang terendah di dompetnya adalah 10.000 yen, sehingga ia segera mengeluarkan uang tersebut dan memberikannya kepada sang sopir.
Menerima uang tersebut, sang sopir segera memasukkannya kedalam dompetnya dan segera menyimpan kembali dompetnya tanpa mengambil uang kembalian.
Melihat tindakan sang sopir, Riechan bingung namun tidak segera bertanya dan hanya menunggu sang sopir mengembalikan uang kembaliannya.
Setelah 5 menit menunggu kesabaran Riechan akhirnya habis dan ia bertanya "mas uang kembalian saya mana ?" tanyanya dengan senyum ramah.
Adapun sang sopir, setelah menerima uang Riechan juga bingung melihat Riechan yang tidak keluar dari taxinya.
Setelah mendengar pertanyaan Riechan yang meminta uang kembalian sang sopir sangat terkejut.
Sehingga ia mengutuk dalam hati "sial,,ternyata dia belum turun karena menunggu uang kembaliannya.
apakah dia benar-benar seorang bos muda ?" kutuknya.
Namun karena tidak mengetahui status Riechan, ia tidak berani mencari masalah dengannya ia hanya beralasan "oohh,,maaf mas, kelupaan berapa uangnya tdi mas ?" tanyanya pura-pura lupa sambil menggunakan wajah poker.
Riechan yang tidak tahu apa yang sedang dipikirkan sang sopir, tidak mempermasalahkannya dan hanya menjawab "10.000 yen mas.
Dan uang kembalian saya berarti 7.780 yen." jelasnya sopan.
Sang sopir yang mendengar penjelasan detail dari Riechan semakin ragu dengan statusnya yang ia pikir adalah bos muda.
Tapi kalaupun ia bukan bos muda, sang sopir tidak berani mencari masalah dengannya mengingat orang-orang yang tinnggal disini adalah kaum elit.
Sehingga ia segera mengambil kembali dompetnya dan mengambil uang senilai 7.800 yen dan berkata " maaf mas, aku tidak memiliki uang pas apakah mas memiliki uang 20 yen ?"tanyanya.
Riechan yang telah dari tdi mengetahui nominal uang terendah dalam dompetnya segera menjawab "maaf mas aku juga tidak punya.
Hmmm,, oke berikan saja aku 7.700 yen, 80 yen-nya tidak perlu mas kembalikan." katanya lemah.
Melihat tingkah Riechan yang seolah tidak ikhlas membiarkan uang 80 yen-nya berlalu, sang sopir merasa ingin mengutuknya keras-keras namun karena tidak berani ia hanya bisa mengutuknya dalam hati "dasar bos muda gadungan, 80 yen aja tidak diikhlasin" katanya dalam hati.
Sang sopirpun menjawab "terima kasih atas kebaikannya mas" katanya dengan senyum yang agak dipaksakan sambil memberikan uang 7.700 yen kepada Riechan.
Setelah menerima uang kembalian, Riechan segera mengambil kopernya dan keluar dari taxi.
Adapun sang sopir yang tidak lagi ingin berada lebih lama disitu, segera menjalankan taxinya setelah Riechan keluar takut Riechan berubah pikiran dan meminta kembali uang 80 yen-nya.
Riechan sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu dan mulai mengamati lingkungan di sekitarnya.
Saat itu tepat pukul 10 malam, namun berkat pencahayaan dari bulan dan tajamnya penglihatannya, ia masih bisa melihat dengan jelas pemandangan di sekitarnya.
Beberapa saat kemudian ia terkejut dengan apa yang dilihatnya.
Tidak pernah terpikir olehnya, keluarganya akan memberikannya rumah yang terletak di tempat seindah itu.
Tepatnya diatas sebuah bukit yang masih lumayan hijau, yang di bawahnya terdapat rawa-rawa yang luas dan bersih serta rumah-rumah yang dibangun disitu berbentuk rumah tradisional yang membuat pemandangannya lebih menarik lagi "sungguh lokasi yang sangat strategis untuk berlibur dan bersantai" pikirnya setelah mengamati pemandangan itu.
Setelah bangun dari kejutannya, Riechan segera memeriksa nomor rumah yang tertera di gantungan kunci rumahnya yang bernomor 04 dan segera menemukannya.
Ukuran rumahnya cukup besar bisa untuk menampung satu keluarga sehingga terpikir olehnya "hhuuff,,, seperti yang kupikirkan, pasti mereka memberikanku rumah ini agar mereka dapat berkunjung sekaligus berlibur sesekali jika mereka sedang memiliki waktu luang nanti.
Biarkanlah, toh mereka juga melakukannya demi kebaikan ku." pikirnya pasrah.
Setelah itu ia segera membawa kopernya menuju rumahnya.
Adapun gerbang rumahnya menggunakan kunci elektronik dan hanya membutuhkan sandi yang benar untuk membukanya.
Karena Rumah tersebut baru di beli, sandi yang digunakan untuk gerbangnya masih sandi dasar yaitu 1234.
Setelah membuka gerbang, Riechan tidak langsung memasuki rumah melainkan merubah sandi nya dengan 1213 atau jika dihubungkan akan membentuk kata "RIE" dengan "E" terbalik, dan segera memasuki rumah dengan kunci pintu yang ia miliki.
Sesampainya di dalam rumah, ia mendapatkan properti yang digunakan adalah properti modern yang sudah sering digunakan olehnya, sehingga ia tidak terlalu tekejut dengan itu.
Ia hanya terkejut dengan ide yang digunakan sang perancang rumah yang menyatukan nuansa tradisional dan modern.
Mengamati bahan-bahan makanan yang tersedia di dalam lemari pendingin, ia segera tahu bahwa bahan-bahannya masih baru. Mungkin baru saja dimasukkan beberapa jam yang lalu oleh petugas yang mengurus rumah ini.
Mengambil beberapa bahan makanan seperti Roti tawar, sosis, keju, mentimun, wortel, serta sooyu lalu membuat beberapa potong sandwicth lalu memakannya.
Setelah makan ia segera memasuki salah satu kamar yang terletak dilantai 2 dekat tangga.
Memeriksa sambungan Wifi, ia cukup puas dengan kualitasnya yang tidak kalah bagus dengan yang sering ia gunakan dirumahnya di klan Takata.
Menyalakan komputer yang telah disediakan di meja komputer, ia segera menyambungkannya ke sambungan Wifi dan mulai menjelajahi browser.
Memasuki bloknya, ia segera mengklik kolom postingan dan mulai mengetik "cinta adalah sesuatu yang membuatmu rela terluka demi kebaikan orang yang kau cintai"
kemudian ia menekan tombol share.
setelah itu ia log out dari halaman blognya lalu mematikan browser serta sambungan wifi dan komputernya.
Lalu iapun melangkah keatas tempat tidur setelah melepas alas kakinya dan mulai berbaring sambil memejamkan matanya hingga akhirnya tertidur lalap.