webnovel

Pelangi Sebelum Hujan

"Kania, dengarkan aku!! kalaupun kita tidak bisa bersatu di dunia, aku akan menunggumu di surga!!" Kania Wijaya. Gadis cantik pecinta pelangi, putri dari konglomerat ternama Surya Wijaya. Menjalani kehidupan yang mewah. Begitu juga dengan kedua sahabatnya Sonya dan Tania. Ketiga gadis cantik ini terlahir untuk menjadi pewaris perusahaan terkenal. Persahabatan mereka begitu kuat, tak ada satupun yang dapat memisahkan mereka. Akan tetapi roda berputar begitu cepat. Kania harus kehilangan semuanya. Keluarga, sahabat, hartanya, bahkan seseorang yang sangat dia cintai, yaitu Miko. Jeremico Leven, seorang pria berdarah Belanda, yang menjadi kapten basket di sekolah. Namun ketulusan cinta dari seseorang yang selama ini tak pernah ia anggap dan ia benci, William Agler menyelamatkan semuanya. Begitu banyak rintangan dan cobaan menerpanya. Akankah Kania bisa melewati perjalanan hidupnya?? Simak terus kisahnya di Pelangi Sebelum Hujan.

Rieshika · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
396 Chs

6. Kemarahan Papa Kaniya

Sore itu begitu indah, langit tampak mulai menguning kemerahan, tanda senja akan tiba. Sementara bukit-bukit jauh disana memancarkan keindahannya, menambahkan suasana syahdu.

Angin semilir sepoi-sepoi, sesekali menerpa rambut lembut Kaniya. Miko yang sedari tadi melihat Kaniya tidak bisa fokus untuk latihannya saat ini, kekhawatiran selalu terbesit dalam benaknya. Maklum baru kali ini Miko mengajak wanita untuk menemaninya, meskipun dia mempunyai poin plus dalam segala hal, dia tak pernah ingin memanfaatkan kelebihannya untuk mempermainkan wanita, kalaupun dia berniat ingin mempermainkan wanita, dia akan melakukannya sedari dulu.

Hal itu terjadi karena dia memiliki kakak perempuan yang sangat ia cintai, dia tak akan tega jika ia melukai wanita hukum karma akan kembali dan menerpa kakak perempuannya itu.

Sore itu Kaniya merasa sangat bahagia, ia menyaksikan Miko dan teman-temannya dengan lihai mengendarai motornya, meliuk-liuk, sesekali melambung tinggi ke udara. Ia merasa Miko adalah pria yang menyenangkan. Akan tetapi semua angannya menghilang, saat tiba-tiba dari kejauhan terlihat dua mobil seperti mendekati Kaniya, dan berhenti tepat di depan Kaniya.

Tampak segerombol orang turun dari mobil itu dan mendatangi Kaniya. Kaniya merasa takut, ia mencoba menenangkan dirinya, setelah mereka terlihat dari dekat, ternyata mereka adalah para bodyguard Pak Wijaya, Papa Kaniya.

"Nona Kaniya, Pak Wijaya menyuruh kita untuk menjemput Nona!!!" kata Roy, pimpinan pengawal Pak Wijaya.

"Tapi aku masih pengen disini, bilang ke papa, Kaniya nggak mau pulang, nanti Kaniya bisa kok pulang sendiri!!" perintah Kaniya.

"Maaf Non, saya hanya menjalankan perintah!!"

Orang-orang itu mulai menarik Kaniya dengan paksa. Miko yang mengetahui hal itu langsung melajukan motornya dengan cepat dan mendekati Kaniya, begitupun dengan teman-temannya.

"Ada apa ini??" tanya Miko.

"Lepasin, lepas!! Aku nggak mau pulang!!" teriak Kaniya.

"Lepasin Kaniya. Siapa Kalian??" tanya Miko dengan nada meninggi.

"Hajar dia!!!" perintah Roy kepada anak buahnya.

Mereka mulai mengeroyok Miko, dengan sigap Miko mengeluarkan jurus-jurusnya. Tidak salah jika selama ini dia rutin mengikuti kegiatan taekwondo. Para pengawal Pak Wijaya terpental satu persatu. Revan melaju kencang dengan motornya, dan menabrak orang-orang suruhan Pak Wijaya.

"Stoopp....!!! Hentikan!!!," teriak Kaniya. Mereka pun menghentikan perkelahian itu.

Miko segera berlari ke arah Kaniya dan memeluknya erat.

"Kamu tidak apa-apa kan Kaniya??" nafasnya terengah-engah, karena perkelahian itu. Kaniya merasa sangat tenang berada di pelukan Miko, bahkan ia mendengar degup jantung Miko yang berdetak kencang. Nafasnya terasa hangat menyentuh kening Kaniya.

"Miko, aku nggak papa, mereka semua pengawal Papaku. Papa memintaku pulang!!" terang Kaniya.

"Aku bisa mengantarmu pulang Kan!! kamu pergi dengan aku, dan aku yang harus bertanggung jawab!!." papar Miko.

"Tidak untuk saat ini Miko. Papaku pasti akan marah jika tau aku pergi dengan seorang pria. Percayalah Mik, aku nggak papa. Kamu tenang, aku akan menelfonmu nanti!!" jawab Kaniya.

Kaniya perlahan melepas pelukan Miko, dia menatap ke arah Miko. Matanya terpancar kekhawatiran yang luar biasa.

"Kaniya, kamu hati-hati" kata Miko khawatir.

Kaniya hanya mengangguk dan membalasnya dengan senyuman.

"Kali ini cewek yang lu suka bukan cewek biasa bro!! Feeling gue lu bakalan penuh banyak pengorbanan" kata Sandy.

"Sepertinya lu bener Sen, Kaniya bukan cewek biasa, tapi gue nggak yakin lu bakalan bisa dapetin Kaniya" kata Satria pesimis.

"Gue bakalan berusaha untuk dapetin hati Kaniya, bagimanapun caranya!!!" terang Miko.

"Dan gue harap ini bukan karena lu taruhan sama Willy" sahut Revan.

Miko menatap mata Revan, sepertinya ada tatapan persaingan dan ketidak relaan di mata Revan jika dia mengejar Kaniya.

"Gue nggak akan ngijinin siapapun milikin Kaniya, kecuali gue!!" jawab Miko sembari menatap Revan sinis dan kemudian berlalu meninggalkan teman-temannya.

"Lu kenapa Van??" tanya Sandi penasaran.

"Jangan bilang lu juga suka sama Kaniya?" sahut Satria yang juga penasaran.

"Gue cuma nggak suka kalo Kaniya di permainkan!!" jawab Revan sembari menarik nafas panjangnya.

"Dan gue harap, Kaniya nggak akan memecah belah persahabatan kita!!" pinta Satria sembari menyusul Miko untuk berkemas.

   Sesampainya di rumah Kaniya. Ia bergegas memasuki rumahnya, dan masih dengan di iringi para pengawal. Langkahnya terasa berat seperti memakai sepatu dari besi. Dadanya dag, dig, dug tak beraturan. 'Apa yang harus ia katakan nanti jika Papanya marah?'. Kaniya terus saja gelisah. Akhirnya setelah beberapa menit berjalan, dia sudah sampai di ruang keluarga. Beberapa sofa besar dan lembut terpajang di ruangan itu, tidak lupa dengan lampu interior mewah terpasang di atasnya. Tapi kali ini ruangan indah itu tampak seperti gelap saat Kaniya melihat Papanya berdiri tegap menunggu kedatangannya. Terlihat ada Delon juga duduk di sofa itu.

"Pa--papa, Kaniya pulang." kata Kaniya gugup.

"Dari mana kamu??" tanya Pak Wijaya dengan nada meninggi.

Tapi Kaniya hanya menunduk terdiam, dia sungguh tidak berani untuk menjelaskan  kemana dia pergi.

"Kan, Kaniya dari....."

"Ini salah Delon Pa, Delon yang mengijinkan Kaniya pergi" sahut Delon memotong pembicaraan.

Pak Wijaya menatap tajam Delon, selalu saja Delon membela adik kesayangannya itu.

"Kalau kalian tak mau bicara, aku akan tanya Roy. Roy di mana kamu menemukan Kaniya?? tanya Pak Wijaya kepada Roy, anak buah kepercayaannya.

"Maaf Pak, saya menemukan nona Kaniya di arena sirkuit" jawab Roy menerangkan.

"Apa kamu bilang? apa-apaan kamu Kaniya?? beraninya kamu pergi dengan seorang pria?" kata Pak Wijaya marah.

"Dia hanya teman sekolah pa, dan Kaniya juga tidak berbuat macam-macam" terang Kaniya.

"Aku tidak mau tahu, mulai sekarang yang kamu harus diawasi para pengawal Papa" terang Pak Wijaya.

Kania hanya menunduk dan menangis, hatinya terasa sakit dan teriris. Kemudian dia berlari menuju ke kamarnya. Delon yang melihat hal ini merasa sangat kasihan kepada Kaniya.

"Delon Papa minta kamu harus lebih tegas dalam mengawasi Kaniya" perintah Pak Wijaya.

"Delon akan berusaha menjaga Kania sebaik mungkin. Tolong maafkan Kaniya" pinta Delon.

Pak Wijaya hanya membalasnya dengan anggukan. iya merasa lega, karena Delon sangat menyayangi Kaniya, dan bisa bertanggung jawab untuk menjaga Kaniya.

Kaniya membuka pintu kamarnya dan melempar slingbag nya ke atas kasur, artinya sedang kacau. Ia merasa Papanya terlalu berlebihan.

Tok..tok..

"Dek, Kaniya" Delon datang ke kamar Kaniya untuk menenangkannya. Dia duduk di ranjang Kaniya dan memeluknya erat.

"Kak, aku beneran nggak ngelakuin apa-apa. Aku cuma pergi nganterin Miko latihan motor, kakak percaya kan sama aku" ucap Kaniya sembari terisak.

"Tenangkan hatimu Kan, kakak percaya sama kamu!!! turuti aja apa mau papa ini juga demi kebaikanmu. Udah jangan nangis lagi kakak akan selalu ada buat kamu." tutur Delon menenangkan Kaniya.