webnovel

Pelangi Sebelum Hujan

"Kania, dengarkan aku!! kalaupun kita tidak bisa bersatu di dunia, aku akan menunggumu di surga!!" Kania Wijaya. Gadis cantik pecinta pelangi, putri dari konglomerat ternama Surya Wijaya. Menjalani kehidupan yang mewah. Begitu juga dengan kedua sahabatnya Sonya dan Tania. Ketiga gadis cantik ini terlahir untuk menjadi pewaris perusahaan terkenal. Persahabatan mereka begitu kuat, tak ada satupun yang dapat memisahkan mereka. Akan tetapi roda berputar begitu cepat. Kania harus kehilangan semuanya. Keluarga, sahabat, hartanya, bahkan seseorang yang sangat dia cintai, yaitu Miko. Jeremico Leven, seorang pria berdarah Belanda, yang menjadi kapten basket di sekolah. Namun ketulusan cinta dari seseorang yang selama ini tak pernah ia anggap dan ia benci, William Agler menyelamatkan semuanya. Begitu banyak rintangan dan cobaan menerpanya. Akankah Kania bisa melewati perjalanan hidupnya?? Simak terus kisahnya di Pelangi Sebelum Hujan.

Rieshika · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
396 Chs

14. Kejutan Misterius 2

Kania, Sonya, dan Tania, bergegas menuju kelas mereka. Tampak beberapa murid bergerombol di depan kelas. Ketiganya terheran-heran dengan kejadian yang tak biasa ini. Merekapun tetap melaju menuju kelas, tiba-tiba seorang pria keluar dari kelas sembari membawa setangkai bunga mawar merah. Ketiga wanita ini menghentikan langkahnya.

"Kania!!."

"Diego?? ngapain lu disini?" tanya Kania kepada Diego, yang memang dia bukan teman sekelas Kania.

Diego adalah seorang Simpai atau nama lainnya adalah pelatih olah raga Karate. Dengan tingkatan sabuk berwarna hitam membuat keahliannya dalam bela diri berada di strata paling atas. Hal ini membuat banyak wanita selalu ingin menjadi dambaannya, bukan hanya itu Diego juga di kenal sebagai Ketua genk yang paling di takuti di sekolah.

Tindakannya di kenal begitu anarkis, jika ada seseorang yang berani berulah atau membuatnya marah. Salah satunya adalah menghajar musuhnya sampai babak belur dan kemudian menguncinya di dalam toilet sampai semalaman. Orang tua Diego adalah pemilik yayasan sekolah, tidak ada satupun seseorang yang berani berurusan dengannya, walaupun itu seorang guru. Mereka hanya berani memberikan hukuman ringan kalaupun Diego berulah.

Kania melihat ke sekeliling kelas, Dia berjalan perlahan memasuki ruang kelasnya. Banyak balon-balon love bertaburan, kemudian Kania membuka salah satu kartu ucapan yang bertuliskan,

"I love u Kania"

Kania semakin heran, ia juga melihat berbagai macam coklat ada di mejanya, dan juga boneka teddy bear di kursinya.

"Ini ada apa'an sih? Diego tolong lu jelasin semua ini!!" perintah Kania.

Seketika suasana terasa hening, mereka semua terdiam seakan penasaran dengan ungkapan yang akan di berikan Diego kepada Kania. Kania menatap tajam wajah Diego, begitupun sebaliknya. Tiba-tiba muncul seseorang menerobos segerombolan murid yang ada di depan kelas Kania. Dia adalah Miko, yang baru saja tiba di sekolah. Tak jauh dari Miko, tampak Willy juga menatap Kania tajam, ia sepertinya mengetahui apa yang akan terjadi.

"Kania, udah lama gue mendam perasaan ini. Dan sekarang gue baru berani ngungkapin. Gue cinta sama elu Kan, lu mau jadi cewek gue???" Ungkap Diego sembari memberikan setangkai bunga mawar merah untuk Kania.

Ini seperti sambaran petir bagi Kania. Dia begitu kaget dan tidak menyangka sedikitpun. Seorang Diego mencintai dirinya. Sedangkan bukan Diego yang ia harapkan untuk mengisi hari-harinya.

Sonya dan Tania terbelalak dengan aksi Diego, mulut mereka sampai menganga karena saking kagetnya. Kedua sahabat Kania ini tau betapa bingungnya Kania. Apa yang akan Kania jawab, sedangkan mereka paham, tidak ada satupun seseorang yang berani menentang Diego, kalaupun itu terjadi, pasti keesokan harinya akan celaka.

"Sumpah, gue nggak nyangka ini bakalan terjadi. Kenapa harus Kania sih?" gumam Sonya kepada Tania.

"Gue juga nggak nyangka Soy, kenapa bukan cewek lain aja. Ini gawat!!!" Sahut Tania juga mengkhawatirkan Kania.

Kania tampak bingung akan menjawab apa, dia melihat ke arah Miko, tatapan matanya tajam mengarah ke Kania, seakan-akan ia tidak ingin Kania menerima cinta Diego. Kemudian Kania menatap Willy, raut wajahnya begitu khawatir dengan apa yang akan di jawab Kania. Lalu Kania menatap kedua sahabatnya, Sonya dan Tania, mereka menggeleng - gelengkan kepalanya tanda tidak setuju jika Kania menerima cinta Diego. Sedangkan teman-teman lainnya berseru, "Te-ri- ma, te- ri- ma, te -ri -ma.!!!"

"Kania, kalo lu terima cinta gue. Lu ambil mawar ini, tapi jika lu tolak gue. Lu buang mawar ini!!" Terang Diego.

Kania semakin bingung, tubuhnya seperti gemetar. Apa yang harus ia lakukan. Sementara dia juga paham siapa Diego. Dia takut kalau dia akan melukai Diego jika sampai menolaknya. Tapi disisi lain, dia sangat mencintai Miko. Apapun yang terjadi, dia akan selalu menjaga hati untuk Miko. Meskipun Miko sendiri belum pernah mengungkapkan perasaannya ke Kania.

Perlahan Kania mengambil mawar itu dari tangan Diego. Semua murid tampak bersorak-sorai. Raut wajah Miko dipenuhi kekecewaan, ia mengira Kania menerima cinta Diego. Sedangkan Willy, ia tampak menghembuskan nafas panjangnya, ia seperti pasrah kalaupun Kania menerima Diego. Tapi raut wajahnya begitu tegang.

"Kania, lu nerima gue???" tanya Diego penasaran.

Tiba-tiba Kania menjatuhkan bunga itu. Dan bunga itu terjatuh tepat dibawah kaki Diego. Semua murid bersorak, "Huuu...huuu...!!!."

Tanda mereka kecewa dengan jawaban Kania. Akhirnya semua murid pun berhamburan meninggalkan kelas Kania.

"lu nolak gue Kan???" tanya Diego pelan, tetapi amarahnya seperti meluap.

"Maafin gue Diego. Ada hati yang harus gue jaga!!!" jawab Kania lembut.

Tiba-tiba Diego mencengkeram kedua pundak Kania, dan Kania merasa sedikit kesakitan.

"Gue udah capek-capek bikin semua kejutan ini buat lu, gue udah menanti moments ini dari lama. Gue beranikan diri gue untuk ngungkapin perasaan gue. Lu tau kan gue siapa??? dan lu, dengan santainya nolak cinta gue!!!" Mata Diego melotot, dia maluapkan semua amarahnya ke Kania.

Kania memejamkan matanya sembari menunduk. Ia takut melihat Diego yang seperti kerasukan makhluk halus.

"Maafin gue Diego. Gue beneran nggak bisa." Ungkap Kania sembari terisak.

Miko yang melihat hal ini begitu geram segera mendatangi Diego dan Kania.

"Lepasin tangan lu, jangan kasar sama Kania!!!" Perintah Miko.

"Ohh... Jeremico Leven. Jadi dia hati yang bakalan lu jaga!! jawab Kania!!!" Diego meninggikan suaranya. Kania semakin merunduk ketakutan. Tiba-tiba sebuah pukulan mendarat di muka Diego.

"Awww...!!!" Kania berteriak keras. Miko segera menarik tangan Kania dan segera membawanya ke tempat yang aman.

Ternyata Willy yang memberi pukulan kepada Diego. Dia tidak terima Kania di perlakukan kasar apalagi sampai membentaknya.

Teet... teet....

Bel tanda masuk telah berbunyi, semua murid berhamburan akan masuk ke kelasnya masing-masing. Wajah Diego lebam, Willy masih tampak terengah-engah karena aksi perkelahiannya yang sedikit menguras tenaganya.

Diego yang tadinya tersungkur, terbangun perlahan. Tampak segerombolan orang menolong Diego dan seperti akan menyerang Willy. Willy sudah siap dengan kuda-kudanya. Tapi Diego melarang mereka.

"Hentikan!!! kita buat perhitungan saja dengannya. William Agler. Tunggu pembalasan gue!!!." Diego pergi dari kelas Kania sembari memegang mukanya yang lebam karena kesakitan.

Willy tak menghiraukan kata-kata Diego. Ia segera mendatangi Kania yang ada di sebelah Miko.

"Kamu nggak papa Kania??" tanya Willy khawatir.

Kania hanya menganggukkan kepalanya dan pergi meninggalkan kelasnya. Ia berlari menuju toilet. Sonya pun mengejar sahabatnya itu. Sedangkan Tania memilih meredamkan suasana sebelum ada guru masuk ke kelasnya.

"Apa ini salah satu cara biar Kania kagum sama lu???" tanya Miko kepada Willy.

"Gue cuma nggak ingin Kania terluka!!" Jawab Willy singkat dan berlalu meninggalkan Miko menuju bangkunya.

Sementara Miko juga bergegas pergi meninggalkan kelas Kania menuju kelasnya sendiri. Miko merasa penasaran dengan kata-kata kepada Kania. 'Ada hati yang dia jaga?? Siapa dia??.'

Miko terus saja bertanya-tanya, dan ia berharap bahwa pria itu adalah dirinya.