Sean Pov
Saat aku sedang memulai mengabsen adik kelas ku. Ada seseorang masuk ke dalam kelas ku. Namanya Sofi, ia adalah Pradana atau Ketua Ekstrakurikuler Pramuka. Sofi adalah cewe keturunan China dan Jawa sama seperti ku.
Sofi juga menjadi salah satu cewe yang banyak disukai di sekolah ku, karena parasnya yang cantik dengan tinggi badan 168 cm dan kulit bersih. Tak perlu diragukan lagi dia memanglah anak orang kaya. Aku mulai mengenal dan dekat saat kelas 11.
Sofi berjalan masuk lalu langsung duduk di kursi kosong. Ya memang kosong karena disediakan 4 kursi. 1 kursi untuk guru, dan 3 kursi untuk anggota OSIS. Tetapi saat ini belum jadwalnya guru mengisi materi, oleh sebab itu kursi tersebut kosong.
"Hai Sean." Kata Sofi. "Iya Sof, kenapa?" Jawab ku. "Gua disini ya, gua males pulang gabut di rumah hehe, ngga apa - apa kan ya?" Jawab Sofi. "Iya udah." Jawab ku tak mau ambil pusing.
Anggota OSIS lain sedang mengabsen maka aku hanya diam dan duduk saja. "Sean, adek kelasnya ada yang cakep ngga?" Tanya Sofi. "Hm kayanya belum kelihatan deh hehe." Jawab ku sambil tertawa. Lalu aku mengalihkan muka ku ke arah pintu ternyata, aku melihat Dian sedang menatap ku dan mata kami bertemu.
Dian Pov
Saat aku sedang mengarahkan adik kelas ku untuk keliling sekolah, aku melewati ruang 7 dan melihat Sean sedang tertawa bersama Sofi. Seperti ada rasa kesal dan sakit di hati ku.
Aku juga tidak tau mengapa. Ya tapi aku mulai terbiasa melihat itu karena dari kelas 11 Sean memang banyak didekati teman perempuan lain salah satunya ya Sofi.
Sofi sudah memiliki pacar, tetapi beda sekolah dengan Sofi. Pacarnya juga anak orang kaya, yang menekuni bisnis cafe.
Aku tak mau ambil pusing, aku langsung mengalihkan muka ku dan kembali mengarahkan adik kelas ku keliling sekolah.
Sean Pov
MOS hari ini sudah selesai. Lega rasanya, karena aku merasa cape harus seharian di sekolah. Aku pun bergegas turun ke lobby untuk mengambil tas ku. Lalu aku berpamitan dengan anggota OSIS yang lain dan pembina OSIS.
Saat aku berjalan ke arah pagar sekolah, aku melihat Dian sudah berada di depan sekolah. Aku yakin pasti dia sedang menunggu dijemput karena dia setiap hari diantar jemput orang tuanya.
Mata ku pun kembali bertemu dengan mata Dian. Lalu aku bergegas pergi karena sudah ada om ku yang menjemput ku. Betul, sampai SMA pun aku masih diantar jemput setiap harinya, bahkan tidak pernah memakai ojek online.
Dian Pov
Hari ini adalah hari kedua tahun ajaran baru. Hari ini aku diantar oleh papa ku. Aku pun turun dari motor. "Pulang jam berapa nak?" Tanya papa ku. "Jam set 6 pak." Jawab ku.
Lalu aku pun bergegas masuk ke sekolah dan berlari ke dalam kelas. Karena bel masuk telah berbunyi.
Saat aku sampai di kelas aku langsung bergegas ke tempat duduk ku. Hari ini belakang ku adalah Sean dan Satya. Saat aku masih setengah duduk aku menarik kursi ku, tetapi kursi ku tidak mau ku tarik. Lalu aku berdiri dan melihat keadaan kursi ku. Ternyata Sean sedang menarik dengan tangannya, dan Satya menarik dengan kakinya.
"Masih pagi astaga kalian ngeselin banget sih, lagian bahaya tau." Marah ku pada mereka berdua. "Tau ya Yan bahaya kan? Gua juga tadi udah bilangin ke Satya tapi dia maksa gua buat tetep lanjutin rencana dia." Jawab Sean dengan muka memelas.
"Ampuni hamba ya Tuhan. Apa salah dan dosa hamba hingga hamba difitnah sekeji ini oleh teman tak punya adab ya Tuhan." Jawab Satya dengan muka yang tak kalah memelasnya.
Aku hanya geleng - geleng dan langsung duduk. Lalu guru pun masuk, dan kbm pun dimulai