webnovel

PARTNER

Ketika Dian dan Sean dipertemukan dalam sebuah jabatan, dan dalam situasi yang selalu membuat mereka bersama. Segalanya yang terbaik diberikan oleh Dian, tetapi tidak dengan Sean. Terlalu tidak enakkan kepada orang lain, hingga orang yang berarti disia - siakan. Apakah mereka dapat bersatu? "Untuk apa gua menjaga perasaan lu? Sedangkan lu sendiri ngga pernah menjaga perasaan gua." Dian Anetha Briana Eleanor "Gua bukan ngga pernah menjaga perasaan lu. Gua selalu menjaga perasaan lu, tapi dengan cara gua." Sean Basil Effendy ****** ♡ Happy Reading ♡ Jangan Lupa Vote dan Comment ♡ Butuh Saran yang Membangun ♡ Maaf kalau kurang jelas karena aku author baru :(

Dian_Paulina · Sci-fi
Not enough ratings
5 Chs

Part 3♡

Sean POV

Bel pulang sekolah pun berbunyi dan menandakan siswa dan siswi kelas 11 dan 12 untuk kembali ke rumah masing - masing. Tetapi tidak dengan anggota OSIS yang harus mengisi materi untuk adik kelas mereka kelas 10. Untuk 3 hari kedepan kelas 11 dan 12 hanya sekolah setengah hari, karena anggota OSIS dan dewan guru sibuk menyiapkan MOS untuk kelas 10.

"Gua duluan ya Yan." Kata Ratu kepada Dian. "Iya Tu, hati - hati ya Tu." Jawab Dian. Aku melihat Dian membereskan barang - barangnya ke dalam tas. Ratu pun sudah tidak terlihat dari dalam kelas. Aku pun berjalan mendekati Dian.

"Yan." Panggil ku kepada Dian. "Iya Sean, kenapa?." Jawab Dian kepada ku. "Gua tugasnya di kelas mana?" Tanya ku pada Dian. "Ruang 7 Sean, ada di lantai 3, sebelahan sama gua." Jawab Dian sambil tersenyum dan bergegas berdiri. "Ada briefing dulu ya Yan?." Tanya ku. " Iya paling ngga jelas briefingnya haha" Jawab Dian sambil tertawa. Sambil mengobrol aku dan Dian berjalan berdampingan ke lobby sekolah. Lebih tepatnya jalan berbaris, karena Dian berada di belakang ku sambil memegangi tas ku.

Aku juga tidak tahu mengapa dari dulu Dian lebih suka berjalan di belakang ku sambil memegang apa saja yang dapat dia pegang, seperti baju ku, sweater atau jaket ku, atau mungkin tas ku seperti sekarang ini.

Sebenarnya aku tahu Dian itu seseorang yang tidak suka keramaian dan kerumunan, dan menjadikan aku tamengnya. Saat kelas 10 pun dia terbiasa berjalan melihat kebawah. Tetapi terkadang dia juga berjalan di depan ku dengan menarik tangan ku jika saat ingin buru - buru.

Dan saat terburu - buru dia juga suka mendorong ku dari belakang, dia sering bilang kalau menarik tangan ku seperti menarik truk tronton, berat. Padahal tidak mungkin kan? Aku saja kurus dan sixpack haha. Aku yakin itu hanya candaan dia saja. Dian memang suka bercanda, tetapi juga mudah marah.

Aku mengenal Dian dari kelas 10. Aku juga tidak tahu bagaimana kami bisa menjadi dekat. Aku juga tidak tahu mengapa dulu aku yang membantunya menagih uang kas dan membuat kami menjadi dekat. Padahal aku kan ketua kelas, dan pasti dia bisa ditolong oleh bendahara 2.

Dan aku lebih bingung lagi mengapa aku dapat menjadi bendahara 2 didampingi oleh Dian sebagai bendahara 1. "Apakah ini takdir?" Tanya ku pada diri ku sendiri. Tak ku sadari memikirkannya menciptakan senyum dibibir ku, dan dengan cepat ku berpura - pura biasa saja.

Tak terasa aku dan Dian sudah sampai lobby sekolah. Siswa dan siswi kelas 10 pun mulai berdatangan didampingi oleh orang tuanya. Anggota OSIS pun memulai briefing dan Dian membagikan jadwal guru pengisi materi.

Dan kami semua mulai memakai almameter biru dongker kebanggaan kami, kami pun menggunakan waktu ini untuk makan dan minum. Atau mungkin duduk saja seperti ku yang hanya ingin duduk tanpa melakukan apa pun.

Jam menunjukkan pukul 12.30 yang mengartikan pembukaan MOS akan segera dilaksanakan. Para petugas apel pun sudah siap. Apel pembukaan MOS pun dimulai.

Pembukaan MOS disimboliskan dengan pelepasan balon yang telah disiapkan anggota OSIS, saat balon dilepaskan semua bertepuk tangan. Protokol pun diserahkan kepada anggota OSIS untuk membacakan nama - nama dan ruangan untuk kelas 10.

Aku mendengar nama siswa dan siswi ruang 6 mulai dibacakan. Betul, ruang 6 adalah ruangan yang menjadi tanggung jawab Dian nantinya. Aku melihat Dian sudah berdiri di depan lapangan, dan sudah banyak siswa dan siswi yang berbaris di depan dia. Dian tetaplah Dian, aku bingung kenapa Dian susah sekali untuk menggunakan almameternya.

Dia hanya memegangnya, walaupun begitu wibawa pemimpinnya tidak pernah hilang. Aku tersenyum kembali karena pemikiran ku sendiri. "Gila kali gua ya?." Tanya ku pada diri ku sendiri. Sepertinya iya aku memang mulai gila. Saat ruang 7 disebut aku bergegas ke lapangan dan menuntun adik kelas ku ke ruangannya.

"Sebelum kita memulai materinya kita kenalan dulu ya." Kata ku pada adik kelas ku. Aku dibantu oleh dua anggota OSIS, begitu juga dengan ruangan lain yang berarti setiap ruangan terdapat 3 anggota OSIS.

Jangan lupa vote dan komen ya. Agar aku semangat update hehe.. Karena aku penulis baru butuh kritikkan yang baik dan dukungan. Terima kasih