webnovel

Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku

“Hei cowo cantik! Ambilin jus jeruk dong!” Perintah Gabby pada Michael. Tanpa sepatah katapun Michael segera beranjak dari tempat ia duduk. Awalnya Gabby ilfil banget dengan Michael — bicaranya terlalu halus, badannya terlalu langsing, kulitnya terlalu putih dan wajahnya terlalu cantik. Tidak heran kalo Michael dikejar-kejar cewek-cewek disekolahnya. Amit-amit berteman, apalagi membayangkan dijodohin sama Michael. Tapi entah kenapa Michael selalu mengikuti dan mematuhi semua perintah Gabby. Sedangkan Gabby adalah cewek paling tomboy sedunia. Tidak peduli seberapa cantik atau seberapa popular cewek lain mengejarnya, Michael bagaikan anak kucing mengikuti ibunya kemanapun Gabby pergi. Desas desus bermunculan, spekulasi mengenai sihir apa yang digunakan Gabby untuk menjerat Michael? Bagaimana pangeran sekolah yang tampan rela menjadi peliharaan dan menjalankan semua perintah Gabby?

Renata99 · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
461 Chs

Makan Yang Rapi Dong!

"Halo!" terdengar suara dari atas tempat Michael sedang berdiri.

Michael menengadahkan wajahnya lalu menyipitkan matanya saat melihat ke arah sumber suara dan mendapati Gabby sedang bergelantungan di atas pohon.

"Kurang kerjaan ya?" Tanya Michael sebentar lalu melanjutkan berjalan menuju pagar rumahnya.

Dengan hati-hati Gabby menurunkan badannya dari pohon lalu berjalan mengikuti Michael. Merasa diikuti Michael membalik badannya lalu menyipitkan matanya saat melihat mata dan hidung Gabby berwarna merah.

"Kamu habis nangis ya?" Tanya Michael.

Menyadari kondisi penampilannya, Gabby langsung memutar badannya dan berjalan ke arah rumahnya, "Apa sih? Sudah aku masuk dulu, sampai jumpa nanti malam!"

Michael mengerutkan dahinya dan berpikir sejenak, memang nanti malam ada acara apa?

--

Sesampainya di dalam rumah Gabby langsung menuju kaca besar yang ada di ruang keluarga dan mengamati wajahnya. Dan benar saja! Mata dan hidung Gabby berwarna merah.

Tidak lama kemudian suara ibunya terdengar dari arah dapur, "Gabby? Ayo katanya mau belajar masak sama ibu?"

Mendengar suara ibunya membuat Gabby ingat mengenai rencana awal Gabby belajar memasak. Dia ingin memberi Michael masakan hasilnya sendiri sebagai ucapan terima kasih karena tadi sudah membawakannya es batu untuk pipinya yang lebam.

"Iya bu, sebentar." Sahut Gabby.

--

Ting Tong Ting Tong

Gabby membenarkan rambutnya dan mengecek penampilannya di kamera depan Handphonenya. Gabby melihat ke dalam dan tersenyum saat melihat Adam berlari kecil untuk membukakan pagar rumah Michael.

"Selamat malam Adam! Apa Michael lagi ada di dalam?"

Adam membalas senyuman Gabby, "Ah iya, tuan muda lagi ada di dalam ruang musik."

"Terima kasih Adam." Gabby menyerahkan ke Adam kotak makan yang ada di tangannya, "Ini ada makanan buat Michael."

"Oh, masuk saja. Tidak apa." Sahut Adam sambil menyuruh Gabby untuk masuk, tangannya membuka lebar gerbang rumah Michael memberi tanda supaya Gabby ikut masuk ke dalam.

Tanpa basa-basi lagi kaki Gabby mengikuti Adam memasuki ke dalam rumah Michael. Sesampainya di depan pintu masuk, Adam mempersilahkan Gabby untuk mendahuluinya, "Silahkan masuk, ruang musik ada di lantai dua. Pintu berwarna cokelat muda."

Gabby hanya menganggukan kepalanya menggantikan perkataan terima kasih. Perempuan itu menaiki tangga dengan perlahan, entah kenapa jantungnya berdegup tidak karuan membayangkan dia akan segera bertemu dengan Michael. Sesampainya di lantai dua Gabby mengikuti suara piano yang terdengar samar-samar sedang dimainkan, dan benar saja bunyi itu berasal dari suatu ruangan yang memiliki pintu berwarna cokelat muda.

Gabby menghembuskan nafas panjang lalu mendorong pintu itu secara perlahan. Saat Gabby berada di dalam ruangan musik milik Michael, matanya langsung tertuju pada piano berukuran besar. Michael yang mengenakan pakaian santai berwarna putih berlengan pendek sedang duduk dengan anggun, dia terlihat seperti malaikat.

Sepertinya Michael tidak menyadari kedatangan Gabby, karena matanya tetap tertutup dengan rapat dan tangannya bergerak dengan lincah di atas tuts piano. Gabby hanya bisa diam mematung di dekat pintu, tidak berani berjalan mendekat ke arah Michael.

Tiba-tiba suara piano berhenti. Gabby tidak tahu apa memang lagunya sudah selesai atau akhirnya Michael menyadari ada Gabby di dalam ruangan itu. Saat Michael membuka matanya, mata hitam itu langsung tertuju pada Gabby. Dengan sigap Michael langsung berdiri dari kursi piano dan berjalan ke arah Gabby.

"Ngapain kamu ke sini?" Mata indah Michael berbinar-binar seperti ada bintang di dalamnya.

Gabby tersenyum malu-malu dan menjawab, "Aku belajar masak terus aku ingin memberimu sedikit."

"Kamu masak?" Tanya Michael dengan nada tidak percaya lalu melihat tangan kosong Gabby, "Terus sekarang masakanmu dimana?"

"Jangan menghina!" Seru Gabby sambil melipat tangannya di depan dadanya, "Makanannya aku kasih ke Adam."

Michael melihat wajah Gabby lalu tanpa berpikir panjang menggenggam tangan kanan Gabby dan mengajaknya untuk masuk lebih dalam ke ruang musik. Ternyata, di dalam ruangan itu terdapat satu meja kecil yang bawahnya dilapisi oleh karpet putih.

Michael melepas pegangan tangannya lalu duduk di salah satu kursi yang tersedia, Gabby mengikutinya dan duduk di kursi seberang Michael.

Gabby melihat ke arah piano yang berdiri dengan gagah di tengah ruangan dan bertanya ke Michael, "Oh ya, sejak kapan kamu bisa main piano?"

Michael berpikir sejenak lalu menjawab, "Sejak aku umur lima tahun."

"Lima tahun?!" Tanya Gabby tidak percaya, matanya terbelalak kaget dan mulutnya yang kecil itu sedikit terbuka. Melihat ekspresi lucu Gabby membuat Michael tertawa kecil dan menutup mulut perempuan yang sedang duduk di hadapannya.

"Waktu aku umur lima tahun, aku baru belajar naik sepeda roda tiga!" Sahut Gabby kesal, dia masih tidak percaya Michael kecil yang kakinya belum sampai untuk menginjakkan kakinya saat duduk di kursi piano sudah belajar bermain piano.

Michael tersenyum lembut lalu menjawab, "Ayah dan Ibu ku sudah bisa bermain piano sejak kecil, jadi aku juga harus mengikuti jejak mereka."

"Sekarang orang tuamu kerja jadi apa?" Tanya Gabby penasaran.

"Ayahku adalah seorang kontraktor dan ibu ku pemain piano, sama sepertiku."

Gabby hanya bisa berdecak kagum membayangkan Michael dan ibunya duet bermain piano, tapi saat Gabby melihat wajah Michael, dia melihat kesedihan menyelimuti wajah manisnya.

Di saat Gabby tidak tahu harus menjawab apa, Adam mengetuk pelan pintu ruang musik dan masuk sambil membawa nampan berisi makanan dan dua gelas teh hangat.

"Tuan muda, ini ada masakan dari nona Gabby. Silahkan."

Adam jalan mendekat dan menaruh makanan dan minumannya di atas meja. Michael menengadahkan wajahnya dan tersenyum bangga ke arah Gabby saat melihat masakan yang ada di depannya.

"Masak apa kamu?" Tanya Michael sambil menunjuk hasil masakan Gabby

"Karena kamu suka makanan western makanya aku belajar masak fettuccine." Jawab Gabby melihat ke arah pangkuannya, dia tidak berani melihat ekspresi Michael.

Mendengar hal itu pipi Michael terasa hangat, sambil menelan ludah dia mengambil fettuccine di depannya dan langsung melahapnya. Michael mengeluarkan suara erangan seperti menikmati hasil masakan Gabby, yang membuat Gabby melihat ke wajah Michael.

Gabby tertawa kecil saat melihat ada bekas saus putih di ujung mulutnya, dia menghela nafas lalu mengambil tisu yang tersedia di meja itu dan mengelap ujung mulut Michael dengan hati-hati.

"Makan yang rapi dong, tuan muda." Ejek Gabby. Telinga Michael tidak dapat mendengar ejekan yang keluar dari mulut Gabby, dia hanya bisa mendengar bunyi detak jantungnya.