Adel tersenyum kecut saat melihat siapa orang yang membelanya, teman yang tadi pagi dia hubungi dan mengatakan masih mengantuk sekarang sudah berdiri di belakang Rania dengan wajah garang.
Risa berkacak pinggang, matanya melotot ke arah Rania seakan ingin menerkam Rania di tempat. "Kenapa kamu selalu suka mengganggu temanku ini? Memangnya hidupmu itu sepi ya kalau tidak membuat keributan dengan Adel?"
"Oh, pengawalnya datang ternyata. Ups, maaf aku sengaja," Ejek Rania dengan tawa nyaring membuat telinga Adel dan juga Risa pengang.
"Ih...! Kamu ini manusia atau bukan sih? Kenapa juga tidak bisa mengerti bahasa manusia jika memang manusia? Kalau aku pikir sih ya, kamu ini tidak jauh beda dengan monyet. Monyet saja masih lebih pintar dari kamu." Ejek Risa.
Adel tau apa yang sedang dilakukan oleh temannya ini, selama itu bukan dia yang memulai bagi Adel sah - sah saja. Pertengkaran dengan Rania tidak pernah tidak dilakukan, wanita yang sedang melotot di depannya ini selalu saja ada yang dibahas sehingga memancing pertengkaran.
"Kamu bisa diam atau tidak?" Geram Rania sambil menunjuk ke arah Risa yang berjalan santai ke arah Adel. "Kamu dengar tidak semua yang aku katakan?!"
Risa menghembuskan nafas dan memutar bola matanya sebelum berbalik melihat ke arah Rania. "Mau kamu apa sih? Tadi kamu menyuruh diam dan sekarang aku dia, kamu uring - uringan. Maksud kamu apa? Brengsek!"
"Kamu berani mengataiku Brengsek?"
"Iya! Kenapa memangnya? Kamu memang brengsek dan banyak maunya, pinter nggak cantik juga nggak tapi tingkahnya..."
Rania semakin tidak terima mendengar apa yang sudah Risa katakan, Adel sudah bisa mengira jika sahabatnya ini tidak akan tinggal diam jika menyangkut dengan Rania dan dirinya.
"Kenapa? Kamu tidak terima? Kalau kamu tidak terima kamu mau apa? Hah?" Tantang Risa. Nafas Rania memburu, terlihat dari dadanya yang naik - turun dengan cepat. "Kamu ini wanita, seorang wanita yang terlihat tidak punya akhlak dan harga diri sama sekali."
Kepala Rania sudah terlihat mengepul penuh asap, pancingan Risa tidak pernah gagal apalagi hanya membuat Rania marah, Risa jagonya.
"Sudah Ris, kita kembali saja ke kelas. Percuma meladeni orang yang kurang kasih sayang seperti dia ini, bisa - bisa mulut kita nanti penuh dengan sariawan gara-gara melakukan hal yang sama sekali tidak penting untuk dilakukan," Ucap Adel menambahi.
Adel berdiri dari kursinya dan berjalan mendekati Risa, dengan kepala yang diangkat ke atas membuat Adel terlihat sombong dan angkuh.
"Meladeni orang seperti ini tidak akan ada habisnya, dia akan terus membuat kita kehabisan tenaga dan pikiran karena melakukan sesuatu yang tidak berfaedah," Ucap Adel sambil menarik tangan Risa untuk menjauh dari Rania.
Risa membalik tubuhnya lalu menjulurkan lidahnya untuk mengejek Rania yang semakin terbakar emosi. "Adel! Jangan sok-sokan jadi wanita alim kamu! Kamu memang memakai kerudung tapi sayang hati kamu tidak!"
Adel berhenti lalu berbalik, wajahnya sama sekali tidak memperlihatkan semua kemarahannya dan malah senyuman yang ada di wajahnya membuat Rania semakin geram.
"Memangnya kenapa kalau aku jahat tapi masih memakai kerudung? Setidaknya aku masih menjalankan semua perintah agama termasuk menutup aurat, lalu bagaimana dengan kamu? Apa yang kamu banggakan dalam hidup?" Ucap Adel memberi wejangan.
Melihat reaksi yang diberikan Rania membuat semua yang ada di sana sedikit menahan rasa gundah, semua yang ada di sana merasa ketakutan jika Rania melakukan sesuatu yang lebih parah dari ini.
Adel kembali melanjutkan langkahnya untuk keluar dari kantin dengan menggaet tangan Risa, sahabatnya lebih menakutkan jika sudah melakukan sesuatu oleh karena itu dia memilih untuk membawa Risa menjauhi Rania.
"ADEELL!"
BRAAK...
Rania memukul kepala Adel menggunakaan botol air mineral yang tidak jauh dari dirinya, Adel tidak berdarah hanya rasa pening di kepalanya cukup besar membuat pandangan Adel langsung menggelap.
"Rania brengsek!" Umpat Risa.
Risa tidak tahan dengan apa yang dilakukan oleh wanita iblis di depannya ini karena sudah menyakiti Adel.
SREEE!
"AUUWW..."
Rania memekik, rasa sakit dan perih di kepalanya karena Risa menarik kepalanya dengan keras dan kasar. Rania terus merintih dan berteriak merasakan sakit di kepalanya.
Tarikan Risa sangat kuat sampai-sampai Rania tidak bisa memikirkan cara untuk membalas Risa yang masih menjambak rambutnya.
"Dasar wanita tidak tau diri kamu ini! Sudah dikasih hati maunya jantung, rasakan ini jantung yang aku berikan!" Geram Risa dengan tangan yang masih menarik rambut Rania dan tidak mau melepaskan.
"Kapok tidak kamu ini? Heran sama kamu, perempuan kok ya jahatnya gak ketulungan."
Semua yang ada di kantin hanya melihat apa yang dilakukan kedua orang ini tanpa berniat untuk melerai keduanya. Bagi mahasiswa kampus ini perkelahian yang dilakukan oleh Rania dan juga Risa-Adel sudah sering kali terjadi sehingga mereka sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini.
"Ris, sudah. Jangan ditarik lagi rambutnya, kasihan dia kesakitan," Ucap Adel berusaha melerai Risa. Mencoba menghentikan apa yang Risa lakukan kepada Rania, karena wanita itu sudah terlihat kesakitan sekali.
"Lepaskan brengsek!" Maki Rania.
"Lihat? Dia memang sama sekali tidak tau diri, sudah seperti ini tapi tetap saja angkuh. Bagaimana kalau rambutnya ini kita gunduli?"
"Tidak! Tidak! Lepaskan aku! Lepaskan rambutku, sakit tau."
"Kamu ini benar - benar senang membuatku kesal ya? Bukannya meminta maaf tapi ini tetap berteriak."
Adel menarik tangan Risa dan berusaha melepaskan tarikan di rambut Rania, wajah Rania sudah memerah karena rasa sakit yang di kepalanya.
Rambutnya benar-benar ditarik oleh Risa dengan sangat kuat dan tanpa ampun.
"Kalian mau apa? Membantu jalang ini? Ayo sini! Maju kalian semua, aku libas kalian semua!" Teriak Risa saat melihat tiga teman Rania mendekat ke arahnya.
"Kalian jangan diam saja! Lakukan sesuatu agar wanita bar - bar ini melepaskan rambutku!" Teriak Rania meminta pertolongan.
Risa mendengus mendengar perintah Rania kepada teman - temannya. "Kalian lihat! Seperti inikah sikap dari seseorang yang membutuhkan pertolongan?"
"Sudah Ris, lepaskan Rania. Kasihan, dia sudah sangat kesakitan." Pinta Adel.
Suara Adel terdengar lemah, rasa pusing yang dia rasakan karena lemparan botol Rania masih terasa.
"Seperti inilah kamu, Del! Kamu selalu membiarkan wanita ini menyakiti kamu, dan sama sekali tidak membalasnya. Kalau kamu seperti ini terus, kamu akan selalu direndahkan oleh dia!"
"Iya, aku tau. Sudahlah jangan dilanjutkan lagi, nanti kamu akan mendapatkan masalah di kampus ini jika kamu teruskan."
Risa mulai bisa tenang, nafasnya mulai teratur saat Adel memperingatkan konsekuensi yang bisa dia dapat.
"Sekarang kamu bisa selamat, lain kali jika aku melihat kamu melakukan hal yang sama lagi kepada Adel, jangan harap kamu bisa selamat!"