Nayara memutuskan untuk pergi ke perpustakaan dimana Ia biasanya menghabiskan waktu luangnya. Nayara berkeliling tanpa arah di perpustakaan itu, kejadian yang barusan Ia alami masih melekat dipikirannya. Nayara hanya tidak ingin perasaannya dipermainkan seperti itu. Lagi pula siapa yang tidak marah jika terus difitnah seperti itu?
Karena Nayara tidak kunjung tenang dengan datang ke perpustakaan itu, Nayara akhirnya memutuskan untuk pergi ke salah satu rumah makan yang cukup terkenal di kotanya. Sampai disana Nayara memesan beberapa makanan dan satu air mineral favoritnya. Nayara memilih duduk di pinggiran kolam ikan.
"Permisi mbak ini pesanannya," kata pelayan dan menaruh satu persatu hidangan di meja Nayara.
"Terima kasih," kata Nayara lalu melahap makanannya.
"Andai aja salah satu temen deket Gue dateng nyamperin Gue disini nemenin Gue makan," kata Nayara dalam hati.
Tak berselang lama setelah Nayara mengatakan hal itu dalam hati. Datanglah Tiara, Reihan, Wulan, serta Rendi yang entah secara kebetulan berada di restoran itu. Tiara langsung berlari dan memeluk Nayara sambil menangis dihadapan Nayara.
"Nayara Gue kangen," kata Tiara sambil merengek.
"Nay bisa-bisanya Gue ketemu Lo disini," kata Wulan sambil memegang tangan Nayara.
"Gimana keadaan Lo Nay? Baik-baik aja kan?" Tanya Reihan lalu duduk disebelah Tiara.
"Gue baik-baik aja kok lama ga ketemu yah," kata Nayara dengan senyum.
"Kenapa Lo ga sekolah Nay?" Tanya Rendi.
"Mama Gue nyuruh sementara Gue home schooling aja dulu nanti semester dua masuk biasa lagi," jawab Nayara.
"Ih serius sepi banget ga ada Lu Nay kayak disekolah tuh itu-itu mulu kejadiannya ga ada seru-serunya deh pokoknya," kata Reihan.
"Bener banget tuh Nay! Gue bener-bener ga bisa hidup tanpa Lo Nay ga ada yang mau main sama Gue," curhat Tiara.
"Loh? William sama yang lainnya kan ada," jawab Nayara.
"William? Yang lainnya? William selama Lo koma serius deh jarang banget ada di kelas kalau diajak ngomong juga jawabnya irit banget," ujar Tiara.
"Terus Gue yang selalu nemenin Lo kemana pun gimana? Nemenin ke kantin lah, kamar mandi lah, bela-belain nih Gue keluar kelas demi nganterin Lo ke toilet doang!" Teriak Wulan.
"Kan beda Lan! Kalo Lo cuma bisa Gue temuin pas diluar kelas doang kalau Nayara Gue bisa sharing jawaban!" Teriak Tiara tak kalah keras.
"Eh eh kok malah jadi berantem?" Tanya Reihan.
"Perkara gitu doang astaga, emang ya dasar cewek," gumam Rendi.
"Ck Wulan tuh! Btw Nay Lo ga ad-,"
"Yah kemana si Nayara?" Tanya Tiara saat sadar jika Nayara sudah tidak ada ditempatnya yang semula.
"Gue duluan ya guys," kata Nayara di ruang obrolan miliknya dan Tiara.
"Gara-gara Lo nih Nayara jadi pergi! Padahal kan Gue mau curhat sama dia ish!" Kata Tiara sambil mengehentakan kakinya.
"Kok jadi Gue? Yang mancing pertama tadi kan Lo!" Kata Wulan tidak mau kalah.
"Ngapain Lo kepancing kalo gitu?" Balas Tiara.
"Kesel lah! Orang jelas-jelas Gue selalu sama Lo!" Kesal Wulan.
"Jadi Lo cemburu sama Nayara karena jadi temen curhat Gue? Ututu sini Gue peyuk," kata Tiara sambil merentangkan tangannya.
"Ih apaan sih! Sana!" Kata Wulan menghindar dari Tiara.
"Gaucah mayu-mayu cini," kata Tiara dengan suara yang diimut-imutkan.
"Pacar Lo emang alien Rei," kata Rendi sambil menggelengkan kepalanya.
"Pacar Lo yang Aladin!" Balas Reihan.
"Pacar Lo alien," kata Rendi lagi.
"Pacar Lo Aladin!" Balas Reihan lagi.
"Pacar Lo."
"Pacar Lo."
Entah kapan mereka ber-empat akan menyelesaikan debat mereka itu. Intinya saat ini Nayara memutuskan untuk kembali kerumahnya dan berharap jika Gisel dan Bastian sudah pergi dari rumahnya.
****
"Bang mau ngajar?" Tanya Jesse kepada Jason yang sedang memasukkan beberapa buku ke dalam tasnya.
"Tumben nanya? Kenapa? Ada masalah apa?" Tanya Jason.
"Kemarin Lo inget kan si Rika bilang punya anak?" Tanya Jesse dan Jason pun mengangguk menanggapi Jesse.
"Nama anaknya kan Sandrina entah kenapa Gue merasa kalo Sandrina yang dimaksud itu temen Gue yang sering nebeng sama Gue," kata Jesse.
"Owh yang tiap malem telponan sama Lo itu? Ga mungkin lah gila Lo! Ga mungkin," kata Jason.
"Tapi kalau misalnya iya gimana?" Tanya Jesse.
"Ya gapapa. Udah jangan overthinking Gue mau berangkat ngajar dulu ya," kata Jason lalu keluar dari kamarnya.
Jesse masih tetap setia tinggal didalam kamar Jason. Jesse masih memikirkan nama yang Rika sebutkan semalam dan berakhir Jesse tidak tidur semalaman dan kantuk datang menghampirinya saat ini.
"Huwaamm... Ngantuk Gue mau tidur," kata Jesse lalu merebahkan dirinya diatas kasur milik Jason.
Drrt....Drrt....Drrt....Drrt....
Getaran ponsel mengharuskan Jesse untuk bangkit dan mengangkat telponnya. Jesse menatap sebentar layar handphonenya dan terlihat nama "kapten voli" terpampang jelas disana.
"Paan?" Kata Jesse setengah sadar.
"Ok ok Gue otw," kata Jesse lalu segera bangkit dan tidur lagi, berguling sebentar, dan bersiap untuk menemui kapten voli.
****
"Gimana Nay udah selesai belum tugas yang kemarin kakak kasih?" Tanya Jason.
Yups! Jason adalah tutor private baru Nayara. Dengan IQ yang lumayan tinggi, Jason dipilih oleh Sherina sendiri untuk mengajarkan putrinya.
"Udah kak periksa dulu siapa tahu ada yang salah," kata Nayara.
"Oke siip. Kamu kerjain yang ini lagi yah buat persiapan ujian tengah semester," kata Jason.
Nayara langsung mengerjakan soal yang diberikan oleh Jason. Sementara Jason masih fokus memeriksa setiap detail jawaban yang ditulis oleh Nayara. Nayara mengerjakan soal dengan serius, suasana dikamar Nayara begitu hening dan tenang. Jason dan Nayara sangat suka dengan suasana seperti ini. Hingga suara gedoran pintu mengusik ketenangan mereka.
"Apaan sih kak ganggu banget!" Kata Nayara saat melihat Nicholas berada didepan pintu kamarnya.
"Kakak mau ke super market kamu mau sesuatu gak?" Tanya Nicholas.
Nicholas dan Nathan sedang menjalani misi untuk membujuk Nayara agar bisa memaafkan Gisel dan Bastian. Tentunya dengan bantuan semua orang.
"Gausah udah ya Gue mau lanjut belajar," kata Nayara lalu menutup pintunya.
"Misi pertama gagal!" Kata Nicholas saat sudah duduk disofa bersama dengan Nathan, Freya, dan juga Raya.
"Gimana dong? Susah deh kayaknya bujuk Nayara," kata Raya.
"Naya sebenernya orangnya tuh pemaaf banget tapi ga pernah ngelupain kesalahan yang pernah orang itu lakuin. Tapi kalau udah kaya gini Gue yakin kalau Naya emang bener-bener udah kecewa berat sama Gisel apalagi Bastian," jelas Nicholas panjang lebar.
"Iya bener banget! Atau jangan-jangan perkara Nayara dibuat nangis sama Bastian? Kan pernah tuh dia nangis abis telponan sama Bastian," heboh Nathan.
"Bisa jadi tapi masalahnya kenapa bisa Naya yang jarang nangis bisa sampe nangis gara-gara Bastian?" Kata Nicholas sambil berpikir.
"Apa mungkin karena Nayara suka sama Bastian? Dia kan pernah bilang ke kita waktu Gue berantem sama dia perkara anak pungut," Kata Nathan.
"Nayara suka sama Bastian? Sejak kapan?" Tanya Freya.
"Dari dulu tapi ga mungkin juga Naya masih suka. Buktinya ngapain dong Nayara malah pacaran sama Jesse?" Jawab Nicholas.
"Buat pelarian mungkin, jadi Nayara tuh mau ngelupain Bastian gitu," ujar Raya.
"Nayara ga gitu orangnya. Kalau dia udah berani pacaran ya berarti dia udah suka banget sama orang itu dan biasanya cinta pada pandangan pertama," ucap Nathan.
"Beneran deh bakalan susah ngebujuknya kalo udah kaya gini," ucap Freya sambil memijat pelipisnya.
"Akhh! Sayang perut aku sakit!" Teriak Freya tiba-tiba.
"Sayang kenapa?" Tanya Nathan panik.
"Nath darah!" Teriak Raya.
"Ayo bawa kerumah sakit!" Kata Nicholas lalu segera berlari kekamarnya dan mengambil kunci mobilmya. Sebelum itu Nicholas sudah memberi tahu Nayara.
"Cepetan Nik lama amat Lo nyetirnya!" Teriak Nathan dari tadi.
"Sayang sakit akhhh!!!" Kata Freya sambil menggenggam tangan Nathan erat.
"Iya sayang bertahan semua pasti baik-baik aja ya," kata Nathan menenangkan Freya.
"Segera bawa pasien ke ruang bersalin!" Perintah salah satu dokter.
"Sayang aku ada disini tenang aja," kata Nathan sambil berlari mengikuti Freya.
"Hanya suami pasien yang bisa masuk," kata dokter lalu mempersilahkan Nathan untuk ikut masuk ke dalam ruangan bersalin.
"Semoga persalinannya lancar," gumam Nicholas dan Raya dalam hati.
"Yatuhan semoga kak Freya dan bayinya baik-baik saja," kata Nayara ikut mendoakan walaupun sambil tetap menjawab soal-soalnya.
"Gimana Nath?" Tanya Nicholas kepada Nathan yang sudah keluar dari ruang bersalin bersama dokter.
Nathan lalu memeluk Nicholas dan menangis dipelukan saudaranya itu. Nicholas yang bingung mulai menerka apa yang sedang terjadi. Ia tidak tahu apakah Nathan menangis frustasi atau bahagia.
"Kenapa Nath? Ada apa?" Tanya Nicholas.
"Anak Gue.... Freya....,"