webnovel

Old Love

Hyun Soo pada Kyung Ji "Jika aku bisa bertemu denganmu lagi, aku akan melakukan apapun untuk menebus apa yang telah terjadi padamu waktu itu. Aku akan membuatmu tersenyum seperti saat aku tidak bisa melihat senyummu." Kyung Ji pada Hyun Soo "Aku menyukaimu, aku akan selalu memilihmu. Jika keadaan berjalan sesuai yang kuinginkan, aku tidak akan memilih untuk menguburmu dalam - dalam dari ingatanku."

Tarin_Swan · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
47 Chs

CHAPTER 8 KENANGAN MANIS

Ketukan pintu kamarku tiba - tiba menghancurkan mimpi indahku. Aku berusaha membuka mataku sambil mengerang kecil, mengumpulkan kesadaranku. Aku berguling menempelkan kepalaku lebih dalam dengan bantal, berusaha tidak mendengar ketukan pintu yang semakin menjadi. Wajahku berkerut sedih dan aku merengek pura - pura menangis terganggu dengan ketukan yang tak kunjung berhenti itu. Aku memasukkan kepalaku ke dalam selimut berusaha tidak peduli, namun ketukan pintu kembali terdengar di ikuti suara samar - samar seorang pria, "kalau kau tidak keluar, aku yang akan menyeretmu keluar" sahut suara itu mengancam. Aku terus memejamkan mataku tidak peduli berusaha untuk tidur kembali, tiba - tiba terdengar suara pintu yang terbuka kasar dan seseorang berjalan cepat masuk ke dalam kamarku. Terdengar tawa kecil dari pria itu dan dengan gerakan cepat ia menarik selimutku. Dalam sekejap selimut yang menutupi tubuhku melayang dan langsung jatuh ke tanah, di sambung teriakan yang keluar sangat keras dari mulutku. Aku meronta - ronta sambil menendang, memukul, sambil terus berteriak keras. Gerakanku terhenti saat kakiku menyentuh bagian tubuhnya di ikuti suara tabrakan keras setelahnya

"HEY!!" teriak suara itu kesal.

Mendengar suara familiar ditelingaku, aku membuka mataku lebar - lebar menghentikan gerakanku. Kamarku terlihat sangat kacau, di tambah Hyun Soo yang tergeletak di lantai menopang tubuhnya diatas kursi kayu dengan satu tangan menutupi bibirnya. Ia terlihat sangat marah, membuat nyaliku langsung menciut melihatnya. Aku berdiri pelan dari tempat tidur, menundukkan kepala mendekat ke arah Hyun Soo

"gwaenchanha?" tanyaku canggung,

"aku tidak bisa melihat bagaimana keadaanku tapi" sahutnya terhenti menghembuskan nafas besar sejenak "aku bisa mengatakan padamu betapa buruknya keadaanku saat ini" lanjutnya dengan nada menekan.

Aku menghampirinya lalu belutut di hadapannya, aku yang merasa bersalah ini memberanikan diriku mengulurkan tanganku menyentuh wajahnya. Hyun Soo yang merasakan sentuhan tanganku awalnya menepis tanganku pelan, namun aku tetap bertekad menggerakkan tanganku dan membuatnya pasrah

"sudahlah, aku baik - baik saja" sahutnya memalingkan wajahnya,

"aku tahu kau menyembunyikan sesuatu dariku" bantahku cepat.

Aku menarik tangannya yang menutupi bibirnya sejak tadi, mataku melebar kaget melihat darah mengalir di ujung bibirnya. Keningku berkerut dalam dan rasa bersalah semakin menguasai hatiku. Aku mulai panik namun tidak ada yang bisa kulakukan, aku memperbaiki posisiku duduk dengan kaki terlipat, dan mengangkat kedua tanganku ke udara seperti siswa SMA yang sedang dihukum, "mianhae.." kataku sambil menundukkan kepalaku. Aku menghembuskan nafas besar "kau mungkin tidak bisa melihatku tapi percayalah aku sedang mengangkat kedua tanganku di hadapanmu.." sambungku. Senyum geli Hyun Soo mengembang dan ia berdeham kecil. Ia memalingkan wajahnya berusaha mengendalikan ekspresinya

"kau harus menerima hukuman atas perbuatanmu padaku" timpalnya dengan nada tegas sambil menyembunyikan senyumnya.

Aku hanya menghembuskan nafas pasrah "baiklah, aku akan melakukan apapun yang kau mau" jawbaku

"apapun?" tanyanya puas,

"ya, apapun.." jawabku, aku mengangkat kepalaku cepat "tapi hanya 3 permintaan" tambahku cepat.

Senyum puas terlihat jelas di wajah Hyun Soo, melihat senyum itu aku segera menurunkan tanganku, menunjuk ke arahnya "ohh.. kau tersenyum" tuduhku jahil, ia tampak menyembunyikan senyumnya "tidak" bantahnya singkat. Aku tertawa kecil melihat tingkah lucunya itu, Ia mengerutkan dahinya "kau berani tertawa?" tanyanya tegas. Mendengar nada tegasnya itu aku langsung menunduk dalam "tidak" jawabku lesu, mendengar perubahan suaraku yang drastis Hyun Soo kembali tersenyum kecil. Ia berdeham lalu membuka mulutnya "saatnya kau mengabulkan keinginan pertama" umumnya senang. Mendengar perkataannya itu, aku mendongak cepat dengan ekspresi kaget "secepat ini?" jawabku tercengang. Ia mengangguk puas dan langsung berdiri tegak tanpa menjawab apapun, aku menatapnya dengan ekspresi bingung bercampur tegang memikirkan apa keinginan pertamanya ini. Hyun Soo hanya berdiri diam mengulurkan tangannya ke arahku, aku yang masih sibuk dengan pikiranku tidak melihat tangannya, terus berfikir sendiri. Ia berdeham membuyarkan lamunanku, membuatku mendongak menatap tangannya yang terulur di hadapanku. Melihat sikapnya itu senyum malu mengembang di ujung bibirku, Hyun Soo berusaha mengendalikan ekspresinya sambil memalingkan wajahnya, "ulurkan tanganmu" mintanya sambil mengerakkan tangannya ringan. Aku tertawa kecil melihat tingkahnya yang terbilang imut itu dan menggengam erat tangannya sampai aku berhasil berdiri tegak.

Ia langsung melepas tanganku canggung, lalu memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Detik itu juga, aku langsung tersadar akan pakaiannya yang sangat rapi, membuat alisku berkerut curiga. Aku tidak ingin membuat rasa penasaranku terdengar jelas di telinganya, dan berusaha mengendalikan suaraku

"Oohh.. kau terlihat tampan sekarang, apa ada seseorang yang ingin kau temui?" tanyaku dengan nada jahil.

Hyun Soo tersenyum kecil "kau sudah menendang orang tampan ini sampai jatuh berdarah" jawabnya santai sambil mengusap lukanya.

Mendengar jawaban itu, aku menjulurkan lidahku kesal ke arahnya lalu menariknya duduk di ujung kasurku, Hyun Soo mengikutiku dengan ekspresi bingung "apa yang kau lakukan?" tanyanya meminta penjelasan. Aku menoleh sambil terus berjalan ke arah lemari "diamlah disana" perintahku datar, aku membuka lemari mengambil kotak obat di bagian paling bawah, lalu membawanya santai ke arah kasur. Aku duduk di samping Hyun Soo memangku kotak obat itu, lalu membuka kotak itu santai mengeluarkan beberapa obat untuk mengobati luka di wajah Hyun Soo. Mendengar bunyi aneh yang tidak di kenalinya, Hyun Soo mengerutkan kening "apa yang kau lakukan?" tanyanya curiga. Mendengar pertanyaan itu aku tersenyum miring dengan obat di tanganku menatapnya licik, "meracuni lukamu" jawabku singkat, langsung mengoleskan obat pada lukanya pelan. Ia tampak menahan sakit dan menarik wajahnya menjauh dariku. Aku memukul kecil lengannya kesal

"diamlah, tahan sedikit saja" omelku

"hey, beginikah caramu mengobati seseorang?" tanyanya kesal.

Aku memutar mataku kesal "asal kau tahu ya, aku adalah wanita yang penuh kasih sayang sebelumnya, sejak bertemu denganmu saja aku menjadi wanita kasar" bantahku membela diri,

mendengar jawabanku Hyun Soo tertawa menghina "kasih sayang, omong kosong" sahutnya dengan berbisik kecil.

Mendengar perkataannya itu, alisku berkerut kesal dan aku langsung menggerakkan tangaku menekan keras lukanya. Hyun Soo langsung berteriak kecil menujukkan amarahnya, ia menghembuskan nafas besar dari mulutnya berusaha menahan emosinya, sementara aku membereskan kotak obatku dengan gerakan senang, sambil bersenandung kecil 'rasakan itu' kutukku dalam hati puas. Aku berjalan dengan langkah ringan mengembalikan kotak obatku kedalam lemari, setelah menutup pintu lemari aku menoleh menatap Hyun Soo masih duduk santai di tempatnya. Aku memiringkan kepalaku bingung meletakkan kedua tanganku di pinggang

"hey, kau tidak pergi?" tanyaku setengah mengusir

"rencanaku hari ini juga termasuk kau" jawabnya santai.

Aku meluruskan kepalaku kaget menatapnya lurus - lurus, tanpa memberikan jawaban apapun 'mwoya?' kataku bertanya - tanya dalam hati. Hyun Soo tersenyum miring dan membuka mulutnya

"kan sudah ku katakan tadi, saatnya kau mengabulkan keinginan pertama, dan rencanaku hari ini termasuk kau juga" jawabnya cepat dengan satu tarikan nafas dan tersenyum lebar.

000

Aku dan Hyun Soo duduk berdampingan di halte bus sambil menggerakkan kakiku riang di udara, aku menoleh ke arah Hyun Soo, membuat senyum lebar langsung tersungging di bibirku. Hyun Soo tampak memejamkan mata menikmati suasana sambil tersenyum lebar, ia memasukkan tangannya ke dalam saku jaket dan mengeluarkan sesuatu dari dalamnya. Dua kantong hitam panjang berada di tangan Hyun Soo, lalu ia menyodorkan salah satunya padaku meskipun arahnya sedikit salah

"pakailah ini" sahutnya.

Aku meraih tangannya dengan senyum lebar yang masih menghiasi bibirku "apa ini?" tanyaku santai, ia tersenyum "hadiah pertamamu" jawabnya. Mendengar kata hadiah, mataku melebar senang, aku langsung merampasnya dari tangan Hyun Soo dan membuka kantong itu cepat. Di dalamnya terdapat kaca mata hitam dengan model yang unik tapi sangat sesuai untuk perempuan. Framenya hitam dengan campuran emas yang terlihat mahal, aku langsung mencobanya dan mengeluarkan ponselku untuk melihat wajahku. Aku tersenyum kecil melihat pantulan wajahku pada layar ponsel dan menoleh kearah Hyun Soo

"gomawo Hyun Soo -yah" sahutku dengan nada imut.

Mendengar suaraku yang terdengar senang, Hyun Soo menyungingkan senyum miring ikut mengeluarkan miliknya dari kantong dan memakainya keren. Melihat Hyun Soo memiliki kaca mata yang sama, aku sedikit menurunkan kaca mataku kaget

"ohh.." sahutku sambil menunjuknya

"ini hanya milikmu dan milikku" jelasnya bangga, "kau bisa melihat ada inisial namamu di ujung gagangnya" tambahnya.

Mendengar perkataan Hyun Soo barusan, aku melepaskan kaca mataku cepat mencari inisial itu, mataku melebar takjub melihat inisial E.K.J di ujung gagangnya. Nafas takjub keluar dari mulutku dan menoleh ke arah Hyun Soo. Aku meletakkan kaca mataku di pangkuanku dan mengulurkan tangan menarik milik Hyun Soo. Ia terlihat bingung dengan tindakanku "hey, apa yang kau lakukan?" tanyanya datar. Aku tersenyum kecil "aku mau lihat" jawabku sambil mengamati kaca matanya dan menemukan apa yang ku cari "ohh.. milikmu juga ada" sahutku takjub. Tawa Hyun Soo pecah mendengar perkataanku dan ia menggeleng kecil, tanpa ku sadari, aku ikut tertawa mendengar tawanya.

Bus yang kami tunggu akhirnya datang, aku segera mengambil kaca mataku dari pangkuanku dan dengan tangaku yang bebas, aku menarik tangan Hyun Soo semangat langsung masuk kedalam bus.

Aku menunduk kecil kepada supir bus yang tersenyum menatap kami, "ahjusshi dua orang" sahutku lalu menggerakkan pinggangku ke arah mesin. Setelah terdengar bunyi mesin aku menarik tangan Hyun Soo bersemangat, menariknya duduk di salah satu kursi dekat jendela. Rasa senangku semakin membukit seiring kecepatan bus yang yang meningkat, aku menoleh menatap Hyun Soo dan mengenakan kaca mata padanya "ooo.. kau terlihat seperti model" pujiku kagum. Hyun Soo hanya tersenyum miring tanpa menjawab apapun, aku teringat sesuatu "apa rencanamu untuk bersenang - senang hari ini?" tanyaku penasaran. Mendengar pertanyaanku ekspresi Hyun Soo tampak berubah bingung

"Hmm.. aku tidak tahu" gumamnya,

mataku melebar kaget "tidak ada rencana?" tanyaku tidak yakin di sambut anggukan cepat Hyun Soo.

Aku menghembuskan nafas besar dari mulutku sambil melirik Hyun Soo sinis "kau bercanda kan?" tanyaku mengancam, sayangnya ekspresi Hyun Soo terasa sangat yakin, membuatku kembali menghembuskan nafas besar. Aku pun meyakinkan diriku dan menggenggam tangan Hyun Soo erat, "baiklah kalau begitu, kita lakukan apa yang biasanya aku lakukan" ajakku semangat. Hyun Soo tampak penasaran dan memiringkan kepala "apa yang biasanya kau lakukan?" tanyanya. Aku hanya tersenyum licik mendengar pertanyaan itu, menoleh ke jendela menikmati pemadangan yang membentang indah memanjakan mataku.

000

Tak lama setelah kami pergi, deretan mobil hitam datang dan terparkir berbaris di depan Gereja. Segerombolan pria dengan setelan jas hitam rapi turun dari deteran mobil itu, berdiri berbaris bagaikan benteng yang gagah. Seorang dari pria itu membukakan pintu penumpang salah satu mobil, sambil menunduk sopan mempersilahkan seseorang turun dari dalamnya. Seorang wanita dengan terusan putih yang di tutupi jaket merah muda panjang turun dari dalam mobil, memutar tubuhnya mengamati sekeliling Gereja. Tatapannya tampak angkuh dan ia berjalan dengan percaya diri menuju ke arah Gereja. Ditengah perjalanannya menaiki tangga, langkahnya terhenti mendengar suara wanita yang sopan "siapa yang anda cari?" tanya suara itu, wanita itu menoleh mendapati biarawati yang tampak tidak terlalu tua sedang mengamatinya bingung. Ekspresinya melunak dan ia menunduk sopan "saya ingin menanyakan beberapa hal" jawabnya, "sebelumnya biarkan saya memeprkenalkan diri saya, nama saya Gong Gyu Na, ibu Hyun Soo yang menginap disini" tambahnya sopan. Ekspresi biarawati itu berubah kaget dan ikut menunduk kecil "saya Gemma, biarawati yang merawat Hyun Soo disini" sapa eomma sopan. Mendengar jawaban eomma, Gyu Na ahjumma tersenyum kecil dan mereka berjalan masuk ke dalam ruang kecil di dalam Gereja. Mereka hanya duduk berhadapan tanpa mengatakan apapun membuat suasanan ruangan menjadi sangat canggung, eomma berdeham kecil sambil memperbaiki posisi duduknya dan memulai pembicaraan

"apa tujuan anda datang kemari?" buka eomma sopan.

Gyu Na ahjumma mengeluakan selembar kertas kecil, lalu menyodorkannya pada eomma "saya ingin tahu apa biarawati tahu inisial nama ini?" sahutnya balik bertanya.

Eomma mengerutkaan dahinya penasaran dan tersenyum kecil mengulurkan tangannya mengambil lembaran kertas itu. Eomma mengamatinya sejenak "E.K.J?" baca eomma tidak yakin. Eomma mengarahkan pandangannya pada wanita di hadapannya itu, lalu membuka mulutnya "saya tidak yakin jika saya tahu nama ini" sahut eomma tidak menemukan petunjuk apapun di kepalanya. Eomma meletakkan kembali kertas itu ke atas meja dan mendorongnya kecil megembalikan kertas itu pada pemiliknya. Gyu Na ahjumma tampak menunduk kecewa sesaat dan kembali megangkat wajahnya sambil memaksakan senyum kecil, melihat reaksi itu eomma sedikit mengerutkan keningnya curiga memberanikan diri bertanya

"untuk apa anda mencari orang tersebut?" tanya eomma hati - hati.

Menyadari kecurigaan eomma, Gyu Na ahjumma tertawa kecil "saya hanya ingin tahu apa yang wanita ini lakukan, sampai membuat Hyun Soo tersenyum bahagia" jawabnya santai.

Eomma tertegun mendengar jawaban wanita di hadapannya itu "apakah anda tidak pernah melakukan sesuatu yang membuatnya bahagia?" tanya eomma terus terang, di sambut ekspresi tercengang Gyu Na ahjumma. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Gyu Na ahjumma membuat eomma semakin bertanya - tanya. Eomma yang ingin mengetahui kebenaran, memberanikan diri untuk berpendapat "saya sudah mendengar semuanya dari Hyun Soo" buka eomma, "karena ini hanya antara kita, saya harap Gyu Na -ssi bisa lebih terbuka" lanjut eomma. Gyu Na ahjumma tampak tercengang mendengar perkataan eomma "apa yang biarawati ketahui? Tidak sampai mana biarawati mengetahuinya?" tanyanya panik. Eomma menghembuskan nafas besar "saya hanya tahu sampai perceraian anda" jawab eomma terpaksa berbohong, Gyu Na ahjumma tampak sedikit lega mendengar jawaban eomma, dan menatap eomma lurus - lurus. Ia membuka mulutnya mulai memohon "jangan katakan apapun pada anak itu, aku tahu bahwa aku bersalah, tapi aku hanya ingin merasakah kebahagiaan" mohonnya dengan tatapan penuh kesedihan. Melihat sikap wanita di hadapannya itu eomma merasa kasihan dan mengulurkan tangannya menggengam tangan Gyu Na ahjumma, "Gyu Na -ssi, kebahagiaan itu selalu ada dalam hidupmu, hanya saja kau selalu menutup matamu dari kebahagiaan yang nyata dan menginginkan kebahagiaan yang tidak nyata" sahut eomma memberi nasihat. Gyu Na ahjumma hanya diam menatap eomma lurus - lurus, perlahan air mata mulai jatuh membasahi pipinya, "aku.. aku tidak bisa" sahutnya lirih. Eomma kembali teringat akan nama Eun Ji Yeol yang di sebut sekertaris Min beberapa waktu lalu dan berdeham kecil, "aku lebih menginginkan kebahagiaan yang sembentar lagi kudapatkan" lanjut wanita di hadapannya. Gyu Na ahjumma berusaha mengusap air matanya, meskipun air mata itu semakin mentes deras "dan Hyuk Joon -ssi bukan orang yang bisa memberikannya" tambahnya. Eomma membuka mulutnya hendak melanjutkan pembicaraan, namun suaranya tersela ponsel Gyu Na ahjumma yang berdering panjang. Suasana haru ruangan perlahan rusak seketika, Gyu Na ahjumma mengeluarkan ponselnya dari tas tangannya melihat nama yang tertulis di layar, kemudian menatap eomma canggung. Menyadari maksud tatapan itu eomma tersenyum kecil mempersilahkannya dengan anggukan, Gyu Na ahjumma tersenyum kecil lalu mengusap air matanya cepat sambil menghembuskan nafas berat, berusaha menenangkan dirinya. Ia mengetuk layar ponselnya dan menempelkannya ketelinga

"hallo" sahutnya kecil

"apa kau masih di Gereja? Kau sudah bertemu putramu?" tanya suara seorang pria dari seberang telfon,

"iya, aku masi di Gereja, tapi aku belum menemuinya" jawab Gyu Na ahjumma ringan

"benarkah? Kau ada dimana? Aku tidak melihatmu" tanya pria itu bingung.

Mendengar pria yang berbicara dengannya ada di Gereja, mata Gyu Na ahjumma melebar kaget "kau disini? Tunggulah diluar Gereja aku akan menemuimu" sahutnya terdengar lebih ceria. Pria itu terdengar menyetujui perkataannya lalu mereka mengakhiri pembicaraan mereka. Setelah sambungan telfonnya terputus, Gyu Na ahjumma langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas dan bergegas hendak meninggalkan ruangan. Eomma yang mengamati perubahan sikapnya itu, mengeluarkan rasa ingin tahunya "apa seseorang menunggumu?" cegat eomma. Gerakan Gyu Na ahjumma terhenti mendengar pertanyaan eomma dan ia mengangguk dengan senyum kecil "dia diluar" jawab wanita itu singkat. Eomma mengangguk paham sambil mengalihkan pandangannya "apa boleh aku ikut menemuinya?" minta eomma hati - hati. Mendnegar permintaan eomma, senyum kecil mengembang di bibir Gyu Na ahjumma dan ia mengangguk setuju. Mereka keluar berjalan berdampingan bersama. Sampai di luar Gereja mereka berhenti tidak jauh dari seorang pria tinggi yang mengenakan jaket panjang cokelat, sedang mengobrol ringan dengan beberapa biarawati. Gyu Na ahjumma berlari kecil mendapati pria itu dan menyapa biarawati yang sedang berbicara denga pria yang menunggunya itu. Setelah pembicaraan singkat, mereka menundukkan badan sopan dan biarawati itu pergi melanjutkan kegiatannya. Gyu Na ahjumma tampak menyelipkan tangannya pada lengan pria itu dan menariknya kehadapan eomma. Ekspresi kaget mulai tergambar di wajah eomma melihat pria yang di gandeng Gyu Na ahjumma itu, pria itu juga menunjukkan ekspresi kaget yang sama setelah matanya bertemu dengan mata eomma. Keheningan canggung mulai menyelimuti mereka, sementara Gyu Na ahjumma menatap mereka bergantian bingung. Eomma mengangkat tangannya menutup mulutnya kaget tidak berkata - kata, melihat rekasi itu Gyu Na ahjumma membuka mulutnya dengan kening berkerut "apa birawati mengenal Ji Yeol -ssi?" tanyanya bingung. Eomma yang hanyut dalam rasa kaget tidak menghiraukan perkataan Gyu Na ahjumma, terus menatap pria di hadapannya tidak percaya. Kening Gyu Na ahjumma semkain berkerut dalam, ia menoleh ke arah appa dan kembali membuka mulutnya "apa kau mengenal biarawati ini?" tanyanya kali ini pada appa. Appa menoleh cepat tersadar

"ap.. apa yang kau katakan tadi?" sahut appa gugup

"apa kau mengenal biarawati ini?" ulang Gyu Na ahjumma.

Appa mengangguk kaku sambil menoleh ke arah eomma dan tersenyum kaku "Kyung Ji sangat dekat dengannya, ia bahkan memanggil biarawati ini eomma" jelas appa sambil melirik canggung ke arah eomma. Senyum cerah langsung menghiasi bibir Gyu Na ahjumma setelah mendengar penjelasan appa, ia langsung berjalan ke arah eomma dan menggengam tangan eomma erat, "kalau begitu, biarawati bisa menceritakan banyak hal tentang Kyung Ji agar aku bisa semakin dekat dengannya" mintanya ceria. Eomma hanya tersenyum kecil mendengar hal itu tanpa mengatakan apapun menanggapi perkataan wanita di hadapannya itu, senyum Gyu Na ahjumma semakin melebar

"dan kita juga mengenalkan Kyung Ji pada putaku Hyun Soo, lalu.." tambahnya terputus "andwae" sela eomma tegas.

Mendengar perkataan tegas eomma itu, Gyu Na ahjumma terdiam kaget dan hanya menatap eomma bingung. Eomma yang merasakan hal buruk akan terjadi menatap appa lekat - lekat dengan maksud yang tidak bisa di pahami, appa hanya berdeham kecil sambil berbalik menatap eomma, sementara Gyu Na ahjumma berdiri menatap mereka bergantian tidak mengerti.

000

Aku dan Hyun Soo sampai di tujuan pertamaku, aku berjalan pelan dengan senyum cerah dan menarik nafas dalam. Aku menoleh dengan senyum lebar ke arah Hyun Soo dan berlutut melepas sepatuku, tak lama hangatnya pasir pantai mulai menjalari seluruh tubuhku dari telapak kaki. Aku menyikut lengan Hyun Soo "lepas sepatumu" perintahku pelan. Hyun Soo menaikkan alisnya bingung "sepatu?" tanyanya sambil menunjuk ke bawah, aku mengganguk kuat menyikut lengannya berulang kali "iyaa.. cepat.. cepat.. lepas sepatumu" mintaku manja. Hyun Soo tertawa kecil mendengar nada manjaku dan berlutut pasrah melepas sepatunya. Ketika kakinya menyentuh pasir untuk pertama kalinya, ia menghentakkan kakinya kaget "panas sekali" protesnya, tawaku pecah melihat tingkahnya itu, dan aku langsung meraih tangannya. Aku menyisipkan jariku ke sela - sela jarinya menggengam tangannya erat, aku menatap wajahnya lurus "bersiaplah, kita akan lari" kataku pelan sambil tersenyum lebar. Senyum Hyun Soo perlahan mengembang dan ia membungkukkan badannya bersiap untuk lari. Aku menoleh ke depan sambil bersiap "sekarang" kataku cepat sambil melangkahkan kakiku cepat, kami berlari menuju ke bibir pantai sambil tertawa lepas dan berteriak senang. Aku dan Hyun Soo benar - benar menikmati saat itu. Saat kami berada di bibir pantai aku memelankan langkakhku, ombak deras datang dengan cepat menyerang kami. Aku menarik Hyun Soo bergerak mundur, sementara kaki kami merasakan dinginnya air laut yang menggenang karena ombak. Kami tertawa lepas dan aku semakin erat menggengam tangan Hyun Soo, aku menunduk mencipratkan air laut ke arah Hyun Soo, membuatnya tersentak kaget merasakan dinginnya air yang mendarat di wajahnya. Ia membalas perbuatanku dan akhirnya kami saling menyerang satu sama lain. Hyun Soo terlihat berlari mundur ke bagian yang kering membuatku berteriak kesal

"Hey, kau mau kemana?"

"Aku tidak mau bajuku basah" sahutnya santai sambil terus bergerak menjauh.

Aku mengejarnya dan menahan tangannya "disini sudah tidak basah" sahutku santai. Aku berjalan kesampingnya berdiri menatap laut, perasaan senangku hari ini membuatku tidak bisa berhenti tersenyum, sambil sesekali melirik ke arah Hyun Soo. Ia tampak tersenyum miring "apa kau sangat senang?" tanyanya santai. Aku mengangguk kuat "mm.. sangat" jawabku, tak lama ombak kembali datang dan menyapu pasir di hadapan kami, merasakan air ombak yang menyentuh kakinya, kening Hyun Soo berkerut "hey, kau bilang disini sudah tidak kena ombak" protesnya. Aku menoleh kesal ke arahnya dan melirik ke arah pantai licik, aku tersenyum jahil

"hey, kau tahu" bukaku

"kenapa?" sahutnya terdengar penasaran

"disini tersebar cerita, kalau ke pantai ini orang yang tidak ingin basah justru akhirnya akan basah kuyup, karena ada hantu yang akan menarik orang - orang dari bawah pasir" jelasku yakin.

Mendengar ceritaku Hyun Soo terlihat sedikit takut, namun ia berusaha menyembunyikan rasa takutnya. Aku tersenyum licik melihat ekspresi takutnya itu dan melanjutkan ceritaku "dan tempat hantu itu menarik kaki korbannya adalah tempatmu berdiri, apa kau tidak mau pindah tempat?" tawarku berusaha meyakinkannya. Hyun Soo terlihat semakin takut dan berdeham kecil "ayo kita pindah" sahutnya terdengar gugup. Mendengar suara takutnya, aku berusaha menahan tawaku sambil meraih tangannya, aku menggandengnya bergerak maju dan ia mengikuti arahanku. Aku melihat ombak besar bergerak menuju ke arah kami dan melirik Hyun Soo licik. Aku pun menghentikan langkahku lalu membalikkan tubuhku ke arahnya sambil menunggu waktu yang tepat. Saat ombak besar itu sudah cukup dekat aku mengayunkan kakiku kencang, menendang pergelangan kaki Hyun Soo yang membuatnya jatuh belutut ke atas pasir. Dalam hitungan detik, ombak yang datang langsung menyerangnya, dan membuatnya basah kuyup dari kepala sampai kaki. Tawa besarku pecah melihat kejadian ini dan Hyun Soo hanya terdiam di tempatnya kaget dengan kejadian yang di alaminya barusan, aku terus tertawa sampai perutku merasa sakit berusaha mengendalikan tawaku. Ia menutup matanya erat kesal sambil membasuh wajahnya dengan tangan

"kau senang?" tanyanya datar.

Mendengar pertanyaannya itu tawaku, semakin keras "ohh sangat" timpalku di sela tawa, sambil memegang perutku. Hyun Soo mematung di tempatnya tidak percaya dengan jawabanku barusan, tak lama ombak yang datang kembali menyiramnya yang masi berlutut kaget di tempat. Melihat ombak kembali menyerangnya, tawaku semakin pecah, aku terus berusaha mengendalikan tawaku sambil meraih tangannya. Aku menarik tangannya sampai ia berhasil berdiri tegak, mataku tertuju begitu saja pada bajunya yang basah dan membentuk otot di tubuhnya yang bidang, aku mengalihkan pandanganku sambil mengendalikan rasa maluku melihat tubuh atletisnya itu. Aku berdeham kecil "hey, apa kau tidak kedinginan?" tanyaku terdengar canggung, "berkatmu, terima kasih" sahut Hyun Soo sinis sambil mengeringkan rambut dengan jari - jarinya acak. Aku mengedipkan mataku beberapa kali sambil berusaha mengalihkan pandanganku dari tubuhnya itu, aku menarik tangannya "ayo pergi dari sini, akan kubelikan baju untukmu" ajakku dengan senyum manis. Hyun Soo hanya diam mengikutiku pasrah, sambil menggeleng kecil. Aku memimpin jalan sambil menggandeng erat tangan Hyun Soo, melewati toko - toko yang berjejeran di sepanjang jalan. Aku melihat baju yang terlihat bagus untukknya dan menoleh mengamatinya dari atas ke bawah. Aku kembali melihat baju di dalam toko dan tersenyum yakin "kau percaya padaku kan?" tanyaku. Hyun Soo menunjukkan ekspresi ragunya sejenak dan pada akhirnya mengangguk tidak yakin. Keningku berkerut kecil melihat reaksi itu

"hey.. kau percaya padaku tidak?" tanyaku merasakan keraguannya

"Baiklah.. baiklah.. terserah kau saja" jawabnya pasrah.

Senyum puasku mengembang cerah dan aku menarik tangannya masuk ke dalam toko di depan mataku, aku menunjuk baju yang terpajang di patung rapi "imo, berikan aku yang persis seperti ini" sahutku semangat.

Penjaga itu mengganguk kecil "kalian pasti habis bermain di pantai" sahutnya ramah,

Hyun Soo tersenyum garing dan aku tertawa kecil "iya, kami tidak membawa baju cadangan" sahutku sopan di sambung tawa ramah penjaga stan itu. Setelah menerima baju yang kupilih, aku meraih tangan Hyun Soo langsung menyrahkan baju - baju itu cepat, Hyun Soo yang masih meraba - raba baju itu terlihat semakin ragu dengan keputusannya mempercayaiku. Aku langsung membalikkan badannya dan mendorongnya masuk ke dalam ruangan ganti, menutup tirainya cepat "cepatlah pakai baju itu" teriakku pelan lalu mengibaskan kedua tanganku senang. Ia membuka tirai ruangan itu pelan "Kyung.. Kyung Ji -yah.. kau disana?" panggilnya canggung, mendengarnya memanggilku, aku langsung menoleh cepat dan menghampirinya. Mataku melebar kaget melihat baju pilihanku terlihat sangat pas dengannya, aku menepukkan tanganku senang lalu membolak - balik tubuhnya. Kaos polos berwarna hitam dengan kardigan hijau, dan celana pendek cokelat polos terlihat sangat pas ditubuhnya. Aku meraih tangannya dan menaikkan lengan kardigan perlahan dengan senyum cerah. Setelah menaikkan lengan kardigannya aku menatapnya dari atas ke bawah dengan senyum puas,

"kalian pasangan yang sangat serasi" sahut penjaga toko yang sejak tadi memperhatikan kami.

Mataku melebar kaget "ohh.. tidak kami bu- bukan.." tepisku hendak membantah, namun terhenti oleh perkataan Hyun Soo yang mengejutkan

"terima kasih" sahut Hyun Soo seakan membenarkan perkataan penjaga toko itu.

Aku menatapnya lurus - lurus sambil bertanya dalam hatiku, Hyun Soo hanya tersenyum miring diam tidak membuka mulutnya lagi. Setelah membayar baju yang kami beli, kami berjalan kecil melewati deretan toko dengan berbagai macam jualan, aku yang menikmati pemandangan sekitarku melirik Hyun Soo canggung sesekali. Aku yang tidak ingin menikmati pemandangan ini sendirian, melingkarkan tanganku pada lengannya, menariknya medekat kearahku. Aku mulai bercerta tentang apa yang kulihat dan ia tersenyum mendengarnya, terkadang ia memberikan komentar, terkadang ia juga bertanya penasaran. Aku bertindak bagaikan matanya, meskipun sejujurnya dalam hatiku yang paling dalam, aku tidak pernah menganggapnya buta. Bagiku Hyun Soo bisa melihat dan yang merasakan hal itu hanyalah aku. Suara perutku mengganggu perjalan kami, Hyun Soo menundukkan kepalanya ke sumber suara itu sambil menahan tawanya, aku memegang perutku malu sambil menutup mulutku rapat

"ayo kita makan sesuatu" sahut Hyun Soo santai, ia berfikir sejenak "apa kau punya ide?" tanyanya.

Aku tersenyum lebar mendengar pertanyaan itu dan langsung menyeretnya mengikutiku tanpa berlama - lama lagi, aku masuk ke dalam tenda yang familiar dan melihat sekeliling. Senyumku melebar "IMOOO..." teriakku senang. Penajga tenda itu menoleh cepat dan senyumnya melebar melihat kehadiranku "Kyung Ji -yah.." sambut penjaga tenda itu ceria. Aku melepaskan tanganku dari Hyun Soo dan berlari memeluk wanita paruh baya itu girang, kami berpelukan erat membuat suasana menjadi ramai. Aku melepaskan pelukanku "aku lapar" sahutku manja, penjaga tenda itu langsung melihatku dengan senyum lebar "baiklah, tunggu sembantar" sahutnya lembut sambil menepuk pipiku pelan lalu masuk kedalam dapur. Aku melihatnya masuk ke dapur dan berlari kecil ke arah Hyun Soo menariknya duduk di salah satu meja. Ia terlihat berusaha merasakan suasana sekitarnya dan itu membuatku tertawa kecil. Aku mengambil sumpit dan sendok lalu menatanya di depan Hyun Soo

"apa yang kau rasakan?" tanyaku penasaran

"tidak ada.. aku tidak bisa memahami suasana ini" jelasnya sambil memiringkan kepalanya kecil.

Aku tertawa kecil melihat tingkahnya dan Hyun Soo kembali memulai pembicaraan "apa yang akan kita makan sekarang?" tanyanya santai, aku teringat akan jjamppong disini yang rasanya super pedas "hey.. hey.. apa kau bisa makan pedas?" tanyaku penasaran. Mendengar pertanyaanku Hyun Soo sedikit memiringkan kepalanya sambil memasang ekspresi tidak yakin, ia menarik nafas kecil "aku sedikit benci mendengar kata pedas" jawabnya datar, aku membuka mulutku paham mendengar jawabannya itu sambil mengangguk beberapa kali. Aku menoleh ke sekeliling "imo.." teriakku, wanita paruh baya itu keluar dari dapur santai "oh.. Kyung Ji -yah, ada apa?" sahutnya. Aku tersenyum kecil menatapnya "untuk hari ini berikan satu jjamppong saja" mintaku sopan, penjaga tenda itu terlihat menaikkan alis bingung mendengar permintaanku "tumben, apa temanmu tidak makan?" tanyanya. Aku hanya tertawa garing dan menggeleng kecil, melihat reaksiku penjaga tenda itu terlihat mengangguk paham lalu kembali ke dalam dapur santai. Hyun Soo mendengar percakapan kami dan menyahut

"apa kau tidak lapar?" tanyanya

"kenapa?" sahutku balik bertanya,

"kau hanya memesan satu jjamppong dan akan membaginya denganku, apa kau akan kenyang?" jawabnya santai memberi penjelasan.

Aku tersenyum kecil mendengar perkataannya yang terdengar manis di telingaku, aku menggeleng kecil "tidak juga, aku bisa makan yang lain" timpalku santai. Hyun Soo menaikkan alisnya "yang lain?" tanyanya terdengar bingung. Aku hanya tertawa kecil sambil mengalihkan pandanganku membirkan Hyun Soo merasakan penasaran sendirian, penjaga tenda keluar dari dapur membawa satu baki penuh dengan makanan, ia menata makanan di meja satu - persatu dengan hati - hati sambil tersenyum riang. Setelah makanan rapi tertata di meja, ia memeluk bakinya santai sambil mengamati Hyun Soo serius, aku menatap mereka bergantian dan tertawa kecil

"waeyo?" tanyaku penasaran.

Hyun Soo yang ikut mendengar suaraku menunjuk dirinya "aku?" tanyanya bingung,

aku menggeleng kecil "tidak, bukan kau, imo sejak tadi memperhatikanmu, jadi aku bertanya padanya kenapa?" jelasku di sambung anggukan kecil Hyun Soo.

Aku kembali menoleh ke arah penjaga tenda yang masih berdiam di tempatnya, ia tersenyum lebar "aku lebih suka pria ini" sahutnya tiba - tiba. Aku melebarkan mataku kaget "maksudnya?" sahutku bingung sambil melirik Hyun Soo gugup. Wanita di hadapanku mengganguk yakin "iya, dibandingkan pria yang datang bersamamu beberapa waktu lalu, ak-" mataku melebar dan aku menahan kata - katanya "imo.." selaku sambil menggeleng kecil. Ia tampak paham maksud gelenganku dan menutup mulutnya rapat, menoleh ke arah Hyun Soo "siapa namamu anak muda?" tanyanya pada Hyun Soo. Aku tersenyum kecil melihat tingkah penjaga tenda itu lalu menoleh menatap Hyun Soo, ia terlihat canggung "Bae Hyun Soo.. imo" jawabnya gugup. Wanita itu mengulurkan tangannya ingin menjabat tangan Hyun Soo. Melihat itu, aku reflek meraih tangan Hyun Soo menjabat tangan penjaga stan yang terulur padanya, Hyun Soo tersenyum canggung sambil membungkukan badannya kecil. Aku menoleh ke arah penjaga tenda yang juga sedang menatapku lurus, aku menggerakkan tanganku kedepan mata lalu menggeleng kecil. Memahami maksudku, wanita paruh baya itu membuka mulutnya kaget lalu kembali menatap Hyun Soo dengan tatapan kasihan. Ia menepuk kecil pundak Hyun Soo "makanlah yang banyak" sahutnya manis. Aku tersenyum kecil melihat adegan di hadapanku sambil menatap mereka bergantian.

Setelah penjaga tenda pergi meninggalkan kami, Hyun Soo mulai kembali fokus pada makanan dan mengendus kuat beberapa kali. Aku menatapnya tidak mengerti

"ada bau yang kau kenal?" tanyaku penasaran

"jjamppong dan kimchi" jawabnya santai.

Tawaku pecah mendengar jawabannya itu, aku mengambil sumpit di hadapannya lalu menyelipkan sumpit itu ke sela - sela jarinya. Aku mengarahkan tangannya ke arah piring satu - persatu "ini muneo-jorim, lalu mandu, lalu eomuk, ini haesam dan ini.." kata - kataku terhenti melihat gaebul di depan mataku. Aku memiringkan kepalaku dan melirik Hyun Soo sejenak, ia tampak bingung karena perkataanku yang terhenti begitu saja

"kenapa?" tanyanya

"ini.. sebaiknya kau tidak memakannya.." sahutku ragu - ragu.

Hyun Soo mengerutkan alisnya "kenapa memangnya?" tanyanya lagi,

aku terdiam ragu sambil menutar mataku bingung, karena tidak mendengar apapun dariku ia menundukkan kepalanya mendekati piring gaebul itu, mengendusnya beberapa kali. Ia mengangkat wajahnya dengan eskpresi aneh, lalu menarik tangannya dariku menunjuk piring gaebul "apa itu mentah?" tanyanya curiga. Tawaku pecah mendengar pertanyaanya itu, Hyun Soo tersenyum miring mendengar suara tawaku. Dia kembali membuka mulutnya "jangan tertawa terus, jawab aku.." sahutnya menekan, tawaku semakin keras mendengar rengekannya itu dan aku menepuk tanganku pelan. Setelah puas tertawa aku kembuka mulutku

"kau tahu? Pertanyaan yang ada di pikiranku adalah 'makanan apa ini?' atau 'ini tidak beracun kan', aku tidak menyangka kau malah bertanya itu mentah atau tidak" jelasku cepat dengan dialekku yang sangat khas.

Hyun Soo tertawa kecil mendengar perkataanku "hey, dialekmu itu.." sahutnya berusaha menahan tawa "sangat aneh" lanjutnya. Kami makan bersama dengan candaan serta obrolan kecil, waktu terasa berlalu cepat, tanpa kami sadari langit sudah mulai terlihat gelap. Aku berjalan berdampingan di samping Hyun Soo sambil menggengam tangannya santai. Aku menyisir rambutku yang berterbangan tertiup angin acak, sambil menatap ke arah pantai "kau mau merasakan suasana matahari terbenam?" tanyaku. Hyun Soo tersenyum kecil dan mengangguk cepat menyetujui tawaranku, aku tersenyum lebar sambil menariknya semangat mendekat ke arah pantai. Kami duduk berdampingan sambil menikmati suasana

"Kyung Ji -yah" panggil Hyun Soo.

Aku tidak menoleh padanya dan hanya bergumam sambil menaikkan alisku "hmm.."

"apa yang akan kau lakukan nanti setelah kau lulus? tanyanya santai.

Mendengar pertanyaan itu aku mulai memiringkan kepala bingung dan berfikir keras tentang impianku. Otakku yang lambat tidak bisa menemukan jawaban atas pertanyaan itu dan aku menghembuskan nafas besar "entahlah" jawabku lesu. Hyun Soo tertawa kecil mendengar suaraku "tenanglah waktumu masih panjang, jika tidak ada yang bisa kau lakukan kau bisa datang ke perusahaanku, aku akan memberikan apapun yang kau mau" sahutnya santai sambil mendongak kelangit. Mendengar jawabannya itu aku tertawa kecil "dasar sombong" timpalku menghina, lalu menjulurkan lidahku ke arahnya. Aku kembali menatap pemandangan matahari terbenam yang indah di depan mataku, sambil sesekali melirik Hyun Soo gelisah. Aku menggigit bibir bawahku mengumpulkan keberanian untuk bertanya

"kalau kau?" tanyaku hati - hati "apa yang akan kau lakukan?"

Hyun Soo tersenyum miring "aku juga tidak tahu" jawabnya pasrah, ia menghembuskan nafas berat dari mulutnya "jika aku tidak buta, mungkin aku akan melanjutkan pekerjaan ayahku" tambahnya terdengar sedih. Aku menatapnya lurus - lurus, melihat kesedihan di wajahnya "bagiku kau tidak buta" kataku langsung tanpa ku sadari. Mendengar perkataanku Hyun Soo menoleh kaget dan berdeham kecil "apa katamu?" tanyanya mencoba mendengar perkataanku lagi.

Aku mengangguk yakin "iya, bagiku kau tidak buta" ulangku serius.

Senyum lebar tersungging di bibir Hyun Soo "baiklah, aku tidak buta" sahutnya, ia mengalihkan wajahnya dariku "apa yang kau bayangkan? Aku akan menjadikan bayanganmu itu kenyataan" sahutnya sangat percaya diri. Aku tersenyum lebar memalingkan wajahku darinya, aku meneluk kakiku erat dan meletakkan daguku di atas lutut. Aku mulai berangan - agan akan masa depan yang indah untuk Hyun Soo. Aku menyandarkan kepalalu ke bahunya, mulai membuka mulut

"Pejamkanlah matamu dan coba kau bayangkan" sahutku pelan.

Hyun Soo tertawa kecil menuruti perkataanku, aku pun mulai menceritakan angan - anganku

"kau akhirnya menjadi model terkenal yang di cintai banyak orang, kau menggunakan setelan jas rapi menghadiri acara besar menerima penghargaan terhormat, wanita - wanita cantik mengidolakamu, dan keluargamu sangat banga padamu" jelasku lembut sambil tersenyum sesekali "tapi kau sangat sombong karena ketampananmu yang berlebihan" timpalku sambil tertawa lepas.

Hyun Soo membuka matanya mengerutkan kening kesal mendengar perkataan terakhirku, lalu tersenyum miring setelahnya. Ia mengehembuskan nafas besar "kau meninggalkan satu hal" sahutnya santai, aku mengangkat kepalaku menatapnya bingung "aku rasa tidak" jawabku yakin. Senyumnya melebar dan ia mengulurkan tanganya merangkul bahuku

"aku menjadi model terkenal yang dicintai banyak orang, aku menggunakan setelan jas rapi dan menghadiri acara besar bersamamu karena penghargaan yang ku terima, wanita - wanita cantik megidolakanku, membuatmu cemburu" ulangnya dengan nada jahil sambil sesekali melepaskan tawa. Tatapannya menjadi tenang "dan kau akan terus bersamaku" tambahnya gagah membuat jantungku berdetak sangat cepat. Aku menegakkan tubuhku menatapnya dengan mata terbuka lebar, nafasku terasa berhenti, dan seluruh isi tubuhku serasa ingin meledak. Aliran hangat memenuhi tubuhku membuat wajahku perlahan memerah, aku mengangkat kedua tangan menutup wajahku malu sambil berusaha mengendalikan perasaanku

'ini bukan perasaanku sendiri kan?' tanyaku ragu dalam hati sambil menatap Hyun Soo lekat - lekat.

***