webnovel

Old Love

Hyun Soo pada Kyung Ji "Jika aku bisa bertemu denganmu lagi, aku akan melakukan apapun untuk menebus apa yang telah terjadi padamu waktu itu. Aku akan membuatmu tersenyum seperti saat aku tidak bisa melihat senyummu." Kyung Ji pada Hyun Soo "Aku menyukaimu, aku akan selalu memilihmu. Jika keadaan berjalan sesuai yang kuinginkan, aku tidak akan memilih untuk menguburmu dalam - dalam dari ingatanku."

Tarin_Swan · Teen
Not enough ratings
47 Chs

CHAPTER 9 KEHANCURAN

Sekertaris Min berjalan cepat sambil mengawal seorang wanita dengan rambut panjang kecokelatan, mengenakan baju ungu gelap, dan celana panajang cokelat yang ditutupi jaket hitam polos. Mereka keluar dari lift berjalan menyusuri lorong kaca panjang menunuju ruangan kerja Bae daepyonim. Sampai di depan ruangan Bae daepyonim, sekertaris Min mengetuk pintu kayu besar di hadapan mereka "daepyonim, tamu anda sudah sampai" sahutnya sopan sambil menunduk kecil. Terdengar suara Bae deapyonim dari dalam ruangan mempersilahkan mereka masuk, sekertaris Min membuka pintu ruangan itu, mempersilahkan wanita yang di kawalnya masuk terlebih dahulu. Ia menutup pintu pelan, langsung berlari kecil menunjukkan sofa tempat wanita itu duduk. Bae daepyonim menunduk sopan pada wanita itu, lalu duduk di hadapannya "terima kasih sudah datang menemuiku, Soo Kyung -ssi" bukanya sopan. Sekertaris Min kembali ke ruangan itu dengan nampan teh lalu meletakkannya pelan di hadapan mereka masing - masing, setelah itu ia membungkukan badannya sopan meninggalkan ruangan. Eomma melihat ke sekeliling ruangan sejenak, lalu kembali menatap Bae daepyonim serius

"apa tujuan anda ingin bertemu dengan saya? Hyuk Joon -ssi.." lanjut eomma tanpa basa - basi,

"baiklah, saya akan langsung ke inti pembicaraaan" ringkas Bae daepyonim sambil menepukkan kedua tangannya.

Ia berdiri mengambil bingkai foto di atas meja kerjanya sejenak, lalu menunjukkan fotonya bersama pria muda yang mirip dengannya "ini putraku "Hyun Soo, Bae Hyun Soo" jelasnya. Melihat foto itu eomma tersenyum kecil "jadi ini putra anda, aku pernah bertemu dengannya sekali di Busan" timpal eomma, lalu meletakkan pigura itu ke atas meja di hadapannya sambil terus menatap foto itu. Senyum kecil tersungging di bibir Bae daepyonim dan ia menyenderkan tubuhnya santai di sofa

"benarkah?" tanyanya takjub.

Eomma tersenyun kecil tanpa mengatakan apapun, terus menatap foto di hadapannya "ia sedang jatuh cinta sekarang" bukanya mulai bercerita.

Mata eomma melebar kaget, langsung mengarahkan pandangannya pada pria di hadapannya itu. Melihat tatapan eomma, Bae daepyonim tertawa kecil sambil mengangkat kedua tangannya "tidak.. tidak, aku tidak berusaha memisahkannya dari wanita yang dia cintai" bantah Bae daepyonim cepat. Ia menurunkan tangannya sedikit lemas sambil mengehembuskan nafas besar, melihat sikap aneh itu, eomma mengerutkan dahinya dan memberanikan diri bertanya

"apa yang terjadi padanya?"

"dia buta sejak lahir, kali ini dia jatuh cinta pada saat yang tidak tepat dengan orang yang kurang tepat.." sahut Bae daepyonim menunduk lesu,

"apa aku boleh tahu siapa wanita yang disukai putra anda?" tanya eomma hati - hati

"itu tujuanku ingin bertemu dengan Soo Kyung -ssi hari ini" jawabnya terdengar serius. Ia mengangkat kepalanya menatap eomma "bisakah anda menarik berkas perceraian anda?" lanjut Bae dapeyonim memohon.

Kerutan tidak megerti memenuhi dahi eomma, Bae daepyonim yang memahami maksud kerutan di wajah eomma itu kembali beridiri, mengeluarkan amplop cokelat dari laci meja kerjanya. Setelah kembali duduk di hadapan eomma, ia membuka tali amplop itu dan membaliknya di atas meja. Isi amplop itu berhamburan di atas meja menarik perhatian eomma. Foto - foto acak yang menunjukkan wajah Hyun Soo dan wajah seorang gadis remaja yang sangat eomma kenali, mata eomma semkain melebar melihat satu - persatu foto itu. Gerakannya semakin cepat dan panik karena semakin banyak foto gadis yang sangat ia sayangi disana. Ya, itu adalah aku. Eomma mengangkat kepalanya meminta penjelasan atas semua foto itu pada Bae daepyonim

"apa putramu menyukai Kyung Ji?" tanya eomma gelisah,

"putrimu juga menyukainya, tidak mereka saling menyukai" jawab Bae daepyonim yakin.

Mendengar jawaban itu, air mata perlahan menetes di pipi eomma, terus menetes dan semakin deras. Eomma menunduk kembali melihat foto - foto di hadapannya itu, sambil mengusap pelan salah satu foto yang menunjukkan wajahku tersenyum cerah menatap Hyun Soo. Eomma menggeleng kuat "aku tidak bisa" bisiknya menyesal

"aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, wanita itu datang padaku dan mengatakan kalau dia akan mengambil Kyung Ji" lanjut eomma sambil menahan tangisnya.

Kening Bae daepynim berkerut kecil "lalu apa tujuan Soo Kyung -ssi datang ke Seoul?" tanyanya

"aku mengunjungi kakak iparku untuk meminta pertolongan.." sahutnya terputus sejenak "setelah kami resmi berpisah, aku akan membawa Kyung Ji pindah dari Busan" sambung eomma yakin.

Eomma kembali menatap foto - foto kami di hadapannya sambil menghembuskan nafas besar, air matanya terus menetes seiring suasana hatinya yang semakin memburuk. Bae daepyonim menunduk bingung, menopangkan sikunya di atas lutut berpikir keras, tidak ada satu solusi yang bisa ia dapatkan selain meyakinkan eomma untuk tidak melanjutkan perceraiannya demi kami. Eomma tampak mengusap air matanya cepat

"terima kasih telah memberi tahuku soal ini" sahut eomma.

Bae daepyonim mengangkat kepalanya cepat, mengerutkan dahi melihat ekspresi eomma yang berubah tegas, ia menegakkan tubuhnya perlahan "apa Soo Kyung -ssi punya rencana?" tanyanya ragu,

"aku sangat menyayangi putriku seperti Hyuk Joon -ssi" timpal eomma tulus, eomma menghembuskan nafas kecil "jika ini sudah terlambat untuk anda maka ini belum untukku, aku tidak ingin keegoisan mereka merampas kebahagiaan putriku" jelas eomma.

"Apa anda yakin anda dapat bertahan?" tanya Bae daepyonim cemas,

senyum tulus tersungging di bibir eomma meskipun matanya masih meneteskan air mata, eomma membuka mulutnya "aku bertahan untuk hartaku yang paling berharga didunia ini, kebahagiaan Kyung Ji jauh lebih penting bagiku" jawab eomma yakin.

000

Aku berjalan kecil sambil menggandeng tangan Hyun Soo menuju ke halte bus, kami saling bercerita ringan sambil melempar canda. Kami duduk di kuris halt menunggu, tak lama Hyun Soo memalingkan wajahnya menguap besar, membuatku tertawa kecil melihat kejadian langka itu. Hyun Soo mengerutkan keningnya kesal mendengar tawaku

"aku manusia biasa, aku juga bisa menguap" perotesnya,

"ya.. ya.. maafkan aku tuan" balasku menghina.

Bus yang kami tunggu datang dan aku pun menarik tangan Hyun Soo masuk ke dalam bus cepat. Kami duduk di kursi ujung kiri paling belakang menikmati perjalanan pulang, rasa kantuk mulai menyerangku dan aku pun menguap beberapa kali. Aku menggelengkan kepala sambil menepuk kedua pipiku kecil, berusaha tetap sadar selama perjalanan, aku menoleh menatap Hyun Soo menyadari ia terdiam sejak tadi. Mataku sedikit melebar melihatnya tertidur dengan kepala tersandar di jendela, aku mendekatkan wajahku ke arahnya, mengamatinya sambil tersenyum kecil. Aku mengangkat jariku melayang di depan dahinya, lalu merembet turun ke matanya "mata Hyun Soo" bisikku. Setelah itu, aku menurunkan jariku ke hidungnya "hidung Hyun Soo" bisikku lagi, aku menggerakkan jariku ke pipinya "pipi Hyun Soo" sambil menekan lembut pipinya dengan senyum jahil mengiasi bibirku. Merasakan sentuhanku, ia bergerak mengibaskan tangannya, dan kembali tertidur. Aku tertawa kecil melihat reaksniya yang lucu itu, lalu mengulurkan tanganku menahan kepalanya lembut mengarahkannya perlahan ke pundakku, ia tampak bergerak kecil lebih dalam ke pundakku dan kembali terlelap. Aku menurunkan tanganku perlahan sambil terus menatapnya lekat - lekat dengan senyum manis. Getaran panjang ponselku terasa mengacaukan suasana, membuatku mengeluarkan ponselku cepat dari saku jaket. Keningku berkerut keci melihat nama yang tertulis di layar, aku mengetuk layar ponselku santai, dan menempelkan ponselku ketelinga

"eomma.." panggilku ceria

"sayang, bagaimana kabarmu?" sahut eomma parau dari seberang telfon.

Keningku berkerut curiga mendengar suara parau eomma "apa terjadi sesuatu?" tanyaku langsung, eomma terdengar berdeham kecil "tidak, tidak terjadi apa - apa" timpal eomma cepat. Aku membuka mulutku, namun kau menahan diriku untuk bertanya berusaha menjaga perasaan eomma. Kami hanya terdiam canggung sampai eomma membuka pembicaraan kembali

"apa kau pergi ke suatu tempat?" tanya eomma,

aku tersenyum kecil "iya, aku pergi ke pantai sembentar, makan masakan laut imo, dan menghirup udara segar" ceritaku sambil mengingat apa yang ku lakukan hari ini. Tawa kecil eomma terdengar saat aku bercerita "kau pergi dengan siapa? Hyo Ra?" tanya eomma ringan. Aku melirik Hyun Soo yang tertidur pulas di sampingku "mmm.." gumamku ragu, aku menggigit kecil bibir bawahku "tidak.. eomma.. aku tidak pergi dengan Hyo Ra" jelasku canggung. Eomma terdiam sejenak

"lalu? Dengan siapa kau pergi?" tanyanya lagi,

"eomma.." panggilku ragu "aku berkenalan dengan seorang pria.. dia baik, aku bisa jamin itu" jelasku memastikan,

"apa dia yang eomma temui di Gereja beberapa waktu lalu?" tanya eomma terdengar canggung.

Aku mengangguk sambil bergumam membenarkan "mm.." lalu diam menunggu respon eomma. Keningku berkerut kecil tak kunjung mendengar jawaban eomma, rasa bingung pun mulai mendatangi hatiku. Aku kembali membuka mulutku "eomma, apa eomma mendengarku?" panggilku ragu. Eomma terdengar kaget sambil melemparkan tawa canggung "dia anak yang baik, eomma sempat bicara dengannya waktu itu" jawab eomma terdengar menyembunyikan sesuatu. Aku membuka mulutku cepat, namun eomma mendahuluiku menghentikan pembicaraan "sayang, besok eomma akan pulang, kita bicara lagi di rumah ya" sela eomma cepat. Aku menghembuskan nafas besar, memutuskan untuk menahan perkataanku "baiklah, sampai besok" jawabku lesu. Mendengar jawaban singkatku, eomma langsung menutup sambungan telfonnya tanpa mengatakan apapun. Aku menatap kosong dan menjatuhkan tanganku dari telinga lemas, aku menunduk sambil menghembuskan nafas berat dari mulutku, lalu aku menoleh pelan ke arah Hyun Soo yang bersandar nyaman di bahuku. Aku menghembuskan nafas lagi menjatuhkan kepalaku lemas ke sandaran kursi menutup mataku pelan, aku berusaha menenangkan pikiranku yang membuatku terlelap dalam tidur.

Supir Bus menepuk bahuku pelan berusaha membangunknku dari tidurku, aku perlahan mulai sadar dan memutar mataku ke sekeliling bus. Hanya tersisa aku dan Hyun Soo yang duduk di ujung belakang tidak mengerti apa yang terjadi, yang terpenting dimana kami. Aku membangungkan Hyun Soo panik, bergegas menariknya turun dari bus, sambil mengutuk diriku. Getar panjang ponselku menggangu pikiranku, aku segera mengeluarkan ponsel dari kantongku cepat melihat nama yang tertera di layar. Mataku melebar melihat tulisan 'rumah kedua' membuatku mengetuk ponselku cepat

"EOMMAA.. EOTTEOGHAE?" rengekku langsung tanpa basa basi

"Kyung Ji -yah, kau bersama Hyun Soo kan? Dimana kalian?" sahut eomma tidak mempedulikan rengekkanku.

Aku menoleh kesekeliling namun tidak menemukan petunjuk apapun tentang dimana keberadaan kami. Tempat kami berasa saat ini sedikit gelap, di penuhi oleh bus - bus yang terparkir sempurna di tempatnya. Hyun Soo hanya berdiri diam sambil memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana santai, aku menunjukkan ekspresi kesalku ke arah Hyun Soo dan menundukkan kepala lesu kehilangan harapan. Aku membuka mulutku kecil

"aku tidak tahu ini dimana.." jawabku pasrah

"apa kau tertidur di dalam bus lagi?" tebak eomma cemas

"iya.." sahutku mengaku

"aigoo.. kau harus lebih tanggap, kau kan tidak bisa berharap banyak pada Hyun Soo, sekarang bagaimana kau akan pulang?" sahut eomma dengan nada terdengar naik.

Aku membuka mulutku hendak menjawab, namun suara laki - laki yang sangat ku kenal terdengar khawatir dari seberang telfon "apa terjadi sesuatu?" tanya pria itu, keningku berkerut kecil mendengar suara itu. Aku menjauhkan ponselku "apa aku salah dengar?" bisikku lalu kembali menempelkan ponselku ke telinga. Sejenak terdengar seperti suara angin kecil dan tak lama suara pria itu terdengar jelas

"Kyung Ji? Kau dimana?" sahut pria itu khawatir

"appa?" panggilku bingung,

"ya ini appa, katakan kau dimana?" sahut appa cepat.

Aku memiringkan kepala bingung mendengar suara appa, mulai berfikir keras 'jika appa ada disini, lalu kenapa eomma masih berada di Seoul? Apa urusan yang eomma lakukan di Seoul jika tidak bersama appa?' berbagai pertanyaan pun semakin memenuhi otakku. Aku hanyut dalam pertanyaan itu tanpa menyadari appa sejak tadi memanggilku. Otakku terus berputar, keningku semakin berkerut dalam, semakin keras pikiranku berputar, semakin erat aku menggenggam ponselku.

"Eun Kyung Ji!" panggil appa keras membuyarkan pikiranku,

aku tersentak kaget mengedipkan mataku beberapa kali "ya.. ya.. aku mendengarkan" jawabku cepat. Aku menggembungkan pipiku menghembuskan nafas sambil memijat keningku pelan,

"nyalakan GPSmu appa akan melacakmu" sahut appa tegas.

Aku berdeham kecil mendengar perkataan tegas appa "iya, baiklah akan kulakukan" jawabku pelan, langsung menutup sambungan telfon tanpa ragu. Aku menghembuskan nafas berat melakukan perintah yang appa berikan, lalu berlutut di tempat kembali hanyut dalam pikiranku. Hyun Soo ikut berlutut di sampingku

"hey.." bisiknya ditelingaku,

aku tersentak kaget mendengar bisikannya sambil menoleh cepat sambil menutupi telingaku. Hyun Soo terlihat memutar matanya berusaha merasakan suasana di sekelilingnya, ia terlihat tidak mengerti dengan apa yang terjadi, aku tertawa kecil melihat ekspresinya itu

"bersyukurlah kau tidak melihat semua ini" sahutku

"tapi itu membuatku merasa tidak berguna untukkmu.." sahutnya sambil terus meraba - raba situasi.

Aku menyenggolnya pelan membuatnya kehilangan keseimbangan, Hyun Soo berusaha menahan keseimbangannya sebelum akhirnya jatuh terduduk pelan, aku tertawa kecil melihat kejadian itu, membuatku ikut kehilangan keseimbanganku. Aku ikut jatuh duduk di sambung suara nafas Hyun Soo yang berusaha menahan tawanya,

"kau terjatuh kan?" sahutnya jahi.

Aku menjulurkan lidahku ke arahnya kesal lalu membenarkan posisi duduku di tanah. Hyun Soo terlihat kembali berlutut sambil meluruskan kedua tangannya lemas di atas lutut, aku melihatnya bingung "kenapa kau tidak duduk saja" tawarku santai. Ia hanya menggeleng keras tanpa menjawab perkataanku, keningku berkerut "mwoya" sahutku curiga. Hyun Soo menguap lebar lalu menggelengkan kepalanya keras sambil mengedipkan mata beberapa kali. Aku menyilakan kakiku dan menopang daguku diatas tangan memperhatikan Hyun Soo baik - baik, mataku sesekali menyipit saat aku menatapnya. Merasakan tatapanku Hyun Soo membuka mulutnya

"wae?" sahutnya datar.

Aku mengangkat kepalaku takjub "kau merasakan aku sedang mengamatimu?" tanyaku

"ya, rasanya seperti ada hantu yang sedang melihatku dan bersiap untuk mengambil jiwaku" jawabnya mulus tanpa rasa bersalah.

Aku menghembuskan nafas kesal lalu menggeleng kecil "tidak seharusnya aku memulai pembicaraan denganmu" sahutku remeh, Hyun Soo yang mendengar perkataanku membuka mulutnya kesal "diamlah, jangan melihatku kalau begitu" timpalnya menekan. Aku langsung berbalik menggeser badanku sedikit menjauh, memunggungi Hyun Soo. Ia yang merasakan gerakanku, mulai mengerutkan alis "Kyu- Kyung Ji -yah.." panggilnya bingung. Aku menoleh kecil menedengar panggilan itu, eskpresiku langsung berubah drastis melihatnya meraba - raba udara hampa, dengan ekspresi sedikit panik. Alisku berkerut dan aku terus menatapnya hening. Hyun Soo berdiri cepat, memutar badannya ke sekeliling bingung sambil berdeham kecil "Kyung Ji.." panggilnya pelan. Aku yang tidak memberinya jawaban membuatnya semakin panik

"EUN KYUNG JI" teriaknya keras,

aku berdiri lalu berjalan cepat ke arahnya, mencengkram bahunya kuat, membalikkan badannya ke arahku. Ekspresinya terlihat sangat panik, titik - titik keringat terlihat membasahi peluhnya, dan tubuhnya terasa kaku. Kerutan di keningnya semakin dalam seiring nafasnya yang terdegar panik. Aku tidak mengerti bagaimana rasanya hidup tanpa melihat dunia sekalipun, tapi setelah melihat semua ini, aku bisa merasakan dunia tetap saja mengerikan meskipun kau tidak pernah melihatnya secara langsung.

Sinar yang sangat terang tiba - tiba menusuk mataku. Aku menoleh cepat, langsung menyipitkan mataku terkena terpaan sinar terang itu. Aku mengangkat sebelah tanganku, berusaha melihat siapa yang datang dengan mobil hitam di hadapanku ini. Lampu mobil itu meredup, dan aku menggeleng kecil berusaha memfokuskan mataku kembali. Aku melihat seorang pria yang turun dari mobil berlari menghampiri kami cemas, pria itu langsung membalik tubuhku ke ahanya

"kau baik - baik saja? Tidak ada yang terluka kan?" tanya pria itu cemas sambil memperhatikan tubuhku dari kepala sampai kaki

"appa..?" panggilku tidak percaya.

Appa menatap ke arahku dengan alis terangkat bingung, menungguku mengatakan sesuatu. Aku menatap appa tidak mengerti, berkedip bingung beberapa kali "apa eomma tidak bersama appa?" tanyaku. Mendengar pertanyaanku, wajah appa perlahan terlihat bingung, lalu menggeleng kecil "apa ibumu mengatakan sesuatu?" tanya appa. Aku langsung mendapatkan petunjuk bahwa ada yang tidak beres kali ini, aku memutar mataku sambil berdeham kecil. Aku memaksakan senyumku meskipun terlihat kaku sambil melepaskan tangan appa dari pundakku, aku membalikkan badan cepat, menarik Hyun Soo ke hadapan appa. Aku kembali memaksakan senyumku

"hey, berikan salammu pada ayahku" bisikku sambil menyikut lengan Hyun Soo.

Hyun Soo tampak terkejut mendengar kata 'ayah' dari mulutkuu. Ia berdeham kecil, membungkukkan badannya sopan "annyeonghaseyo, saya Bae Hyun Soo" sapanya. Aku mencengkram kedua pundaknya, mengarahkannya ke arah appa berdiri dengan benar, melihat tindakanku appa menoleh ke arahku. Aku melemparkan senyum kaku pada appa sambil menggeleng kecil, appa pun menganggukan kepala kecil pahan, lalu tersenyum kembali mengarahkan pandangannya pada Hyun Soo

"annyeonghaseyo, aku Eun Ji Yeol, ayahnya Kyung Ji" sapa appa santai.

Hyun Soo terlihat canggung dan sedikit menjaga jaraknya dariku, setelah mengetahui kehadiran appa bersama kami. Aku tersenyum kecil melihat sikapnya yang tiba - tiba berubah itu, aku bergerak mendekatinya membuka mulut berbisik "kenapa kau menjauh dariku?" godaku. Hyun Soo pura - pura menggaruk belakang kepalanya canggung "diamlah!" bisiknya geram. Aku tertawa kecil mendengar jawabannya itu, melihat tingkah kami, appa menggeleng kecil dengan senyum di ujung bibirnya, lalu berdeham menggoda. Aku menoleh cepat ke arah appa lalu tersenyum menatapnya, aku menarik tangan Hyun Soo "ayo kita pulang" ajakku ceria berjalan ke arah mobil.

000

Gyu Na ahjumma mengeluarkan ponselnya ringan dari saku jaketnya setelah mendengar dering panjang, ia mengerutkan dahinya kecil, lalu membalikkan ponselnya cepat. Tak lama dering ponsel itu berhenti dengan sendirinya, ia mengehembuskan nafas lega kecil hendak memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku. Gerakannya terhenti, mendengar ponsel di tangannya kembali berdering. Ia membalikkan ponselnya menatap layar ponsel itu sejenak, menggerakkan jarinya mengangkat panggilan yang masuk

"hallo" bukanya singkat,

"Gyu Na -ssi ini aku, Chae Soo Kyung" sahut eomma tegas.

Mata Gyu Na ahjumma melebar mendengar nama Chae Soo Kyung, ia memainkan kukunya panik sambil berusaha menenangkan diri "apa ada yang ingin anda sampaikan?" tanyanya gelisah. Suara eomma terdengar yakin "aku tidak akan beripsah dari Ji Yeol -ssi" jawab eomma. Mendengar perkataan eomma barusan, kemarahan mulai tergambar pada wajah Gyu Na -ahjumma, ia mengepalkan tangannya kuat sambil mengigit bibi bawahnya menahan luapan emosi yang mendidih di hatinya. Eomma terdengar menghembuskan nafas besar "aku tidak ingin keegoisan kalian, merampas kebahagiaan orang lain yang jauh lebih pantas mendapatkan kebahagiaan itu" jelas eomma menekan lalu menutup sambungan telfon.

Gyu Na ahjumma tampak sangat tersinggung mendengar perkataan eomma barusan, ia berusaha mengatur nafasnya sambil terus mengepalkan tangannya kuat. Ia menoleh ke kaca spion menganggukan kepalanya kecil pada bodyguard yang duduk di balik kemudi, melihat anggukan itu bodyguardnya tampak mengerti, lalu ikut mengangguk kecil.

000

Keningku berkerut curiga melihat segerombolan pria dengan setelan jas rapi berdiri siaga seakan menunggu kedatangan seseorang, aku pun langsung melirik ke spion menatap Hyun Soo curiga. Aku berdeham kecil kembali melihat keluar jendela, sementara appa memarkirkan mobilnya lalu melepas sabuk pengamannya santai, turun dari mobil. Aku menoleh cepat menatap Hyun Soo lurus - lurus "hey, apa kabar kita hilang akan langsung terdengar sampai Seoul?" tanyaku langsung, Hyun Soo mengangkat alisnya bingung lalu menggeleng kuat "apa yang kau lihat?" tanyanya. Aku memutar mataku sambil memiringkan kepala "gerombolan pria yang hendak menerkam ketika kita turun dari mobil" jelasku ragu. Appa mengetuk kaca mobil memberi tanda menyuruh kami turun, aku mengangguk kecil sambil menghembuskan nafas besar, lalu melepas sabuk pengamanku turun dari mobil.

Begitu melihat Hyun Soo turun dari mobil, gerombolan pria itu langsung mendekat ke arahnya, mereka membelengunya, dan lansgung menariknya paksa. Aku yang panik melihat itu, berusaha menarik Hyun Soo meskipun usahaku sia - sia. Salah satu dari mereka dengan cepat melepaskan genggamanku pada Hyun Soo, lalu mendorongku kuat menjauh. Keseimbanganku yang hilang akibat dorongan pria kekar itu, membuatku terhuyung berusaha tetap berdiri sampai appa menopangku dari belakang. Mereka terus menyeret Hyun Soo paksa memasukkannya kedalam mobil, meskipun Hyun Soo terus memberontak, dan berteriak keras berusaha melepaskan diri. Setelah Hyun Soo berhasil masuk, mobil itu langsung terkunci, dan pergi dengan kecepatan tinggi membawa Hyun Soo entah kemana. Aku hendak berlari mengejar mobil itu, namun gerombolan pria yang masih berdiri disana sigap berbaris menghalangiku, membuat appa menarik tanganku cepat. Aku menoleh menatap appa dan mobil yang semakin menjauh itu bergantian

"appa lepaskan aku" sahutku memohon.

Appa menggeleng kuat sambil terus menggaman erat tanganku, aku mengacak rambutku kesal dengan tanganku yang bebas, sambil terus menatap deretan mobil itu cemas. Ketika mobil yang membawa Hyun Soo itu telah hilang dari pandnaganku, aku menarik tanganku melepaskan genggaman appa, dan berjalan meninggalkannya begitu saja. Appa mengejarku sambil terus memanggilku berusaha menjelaskan maksud tindakannya tadi. Semakin dekat aku mendengar langkah appa, semakin cepat aku menggerakkan kakiku berusaha menjauh. Sampai di depan kamar, aku langsung masuk dengan gerak cepat mengunci pintu kamarku, lalu melemparkan diriku ke atas kasur. Appa terus mengetuk sambil berteriak memanggilku dari luar, aku yang semakin kesal mendengar suara appa, mengambil bantal yanng tak jauh dari kepalaku, dan menutupi telingaku dengan bantal itu. Setelah berteriak lama, appa terdengar menghembuskan nafas berat berjalan meninggalkan kamarku, memutuskan untuk mengalah. Suasana hening itu membuatku melepaskan bantalku perlahan sambil melirik ke arah pintu, keningku berekrut mendengar suara samar appa yang sedang berbicara dengan seseorang di telfon. Aku menurunkan kakiku pelan, mengendap - endap ke arah pintu berusaha mendengarkan pembicaraan appa. Aku menempelkan telingaku pintu

"baiklah, aku akan menemuimu besok, biarkan aku menenangkan Kyung Ji sekarang" sahut appa dan kembali hening mendengarkan tanggapan orang yang menelfonnya. Terdengar hembusan nafas kecil sejenak "baiklah, aku akan kembali ke Seoul besok, sampai jumpa" sahutnya mengakhiri pembicaraan. Aku mengigit bibir bawahku curiga, mulai memutar otakku keras. Aku kembali melangkahkan kakiku menjauh dari pintu, sambil mengeluarkan ponselku dari saku celana perlahan. Jariku terhenti ragu di depan kontak sekertaris yang Hyun Soo gunakan untuk menelfonku beberapa waktu yang lalu, aku kembali melirik ke arah pintu 'aku ingin tahu apa yang terjadi pada Hyun Soo' keluhku dalam hati. Terdengar suara langkah kaki yang menjauh dan perlahan menghilang, membuatku menyimpulkan bahawa appa telah pergi dari sini. Aku kembali fokus menatap kontak di depan mataku, mengetuknya pelan termakan rasa cemasku. Aku menghembuskan nafas kecil menempelkan ponselku ketelinga, setelah bunyi nada panggil beberapa kali terdengar suara wanita dengan nada sopan

"selamat malam, nona Kyung Ji" sapa sekertaris Min sopan.

Aku menggarku leherku canggung "selamat malam.." sapaku, "hmm.. maaf menggangu anda nona, aku ingin bertanya, apa nona tahu dimana Hyun Soo?" tanyaku langsung pada pokok pembicaraan

"nona bisa panggil saya sekertaris Min, apa tuan Hyun Soo tidak bersama nona? Saya yakin tuan belum kembali dari Busan" jawabnya tersengar bingung.

Aku menghembuskan nafas besarku mendengar jawaban sekertaris Min, rasa cemas semakin mendalami hatiku "ya, memang dia bersamaku seharian penuh, tiba - tiba segerombolan pria menagkapnya dan membawanya paksa" jelasku cemas,

"APA?" sahut sekertaris Min kaget, "terima kasih nona Kyung Ji telah memberi tahu saya, akan saya urus semuanya" tambahnya panik dan langsung menutup telfon tanpa menunggu jawabanku.

Aku menatap layar ponselku tidak percaya dengan kejadian barusan, dan hanya menunduk pasrah. Aku berdiri berjalan mengelilingi kamarku cemas sambil mengigit kecil kuku jempolku, aku tidak akan tenang sebelum mendengar kabar, bahwa Hyun Soo baik - baik saja. Aku terus menunggu sambil sesekali melihat ponselku, tiap kali ponselku berdering aku berharap itu adalah pesan dari Hyun Soo. Semakin lama aku menunggu semakin besar rasa gelisah di hatiku. Tanpa terasa matahari mulai terbit dan langit mulai terang. Aku hanya duduk diatas kasur dengan rambut bernatakan menatap kosong ke depan, aku kembali menoleh ke arah ponselku menekan tombolnya cepat, namun tetap tidak ada kabar apapun darinya. Aku menjatuhkan diriku lemas kesamping sambil menghembuskan nafas besar.

Lamunanku terhenti begitu saja mendengar seseorang mengetuk pintu kamarku, aku menarik tubuhku lemas berjalan ke arah pintu, membuka pintu kasar, dan mendapati seorang wanita yang terlihat familiar berdiri tegak dengan senyum manis ke arahku. Melihat wanita itu aku membungkuk sopan memberi salam

"annyeonghaseyo, Gyu Na ahjumma."

Senyum wanita itu melebar dan ia menunduk kecil "maaf aku menggangu tidurmu" sahutnya lembut. Aku langsung menggeleng cepat, "tidak.. tidak.. ini juga sudah saatnya bangun" tepisku cepat sambil memaksakan senyum. Aku mempersilahkannya masuk dengan sopan, dan mengikutinya dari belakang meninggalkan pintu kamar terbuka lebar. Gyu Na ahjumma tampak melihat kesekeliling ruangan dengan tatapan yang tidak aku memgerti maksudnya, aku mengeserkan kursi ke arahnya, mempersilahkannya duduk dengan sopan. Aku pun duduk di pinggir kasur canggung, menundukkan kepalaku menghindari kontak mata dengannya

"apa kau pintar berbahasa asing?" tanya Gyu Na ahjumma membuka pembicaraan.

Aku mengangkat kepalaku kaget, memutar mataku dengan senyum garing "bahasa asing.. sepertinya tidak" jawabku ragu.

Suasana kembali hening, membuat aku melirik canggung wanita di hadapanku beberapa kali "apa tujuan anda menemui saya?" tanyaku sopan. Gyu Na ahjumma tampak tersenyum kecil mendengar pertanyaanku itu, seakan ia sudah menunggu pertanyaan itu. Ia berdeham lalu membuka mulutnya "apa kau tahu kedua orang tuamu akan berpisah sembentar lagi?" tanyanya menjebak. Aku tercengang mendengar pertanyaan itu darinya dan mengkerutkan keningku. Aku mengalihkan pandanganku darinya sejenak, lalu kembali menatapnya lurus

"aku tahu.. dan aku tidak peduli" jawbaku berpura - pura tidak peduli.

Alis Gyu Na ahjumma menukik licik "menarik, kau dan ibumu memiliki kesombongan yang sama" timpalnya.

Aku menghembuskan nafas tidak percaya dari mulutku 'wah.. ajumma ini sangat tidak tahu malu rupanya' hinaku dalam hati, sambil melemparkan tatapan sinis. Aku memberanikan diri membuka mulutku "aku tidak tahu apa yang terjadi antara ahjumma dan appa, tapi aku tidak akan membiarkan kalian memisahkanku dan eomma" sahutku menanggalkan kesopanan padanya. Aku menghembuskan nafas kecil "aku mendengar semua yang kalian bicarakan waktu itu, pembicaraan itu membuatku sangat kasihan padamu" tambahku tegas. Raut kesal mulai tergambar jelas di wajah Gyu Na ahjumma "apa yang kau katakan?" tanyanya menahan emosi,

aku tersenyum kecil "aku sangat kasihan padamu, kau terdengar bagaikan wanita kesepian yang haus akan kasih sayang.." jawabku terhenti sejenak "sampai - sampai kau meminta, dan akhirnya berterima kasih atas pria yang di berikan orang lain padamu" lanjutku berani dengan nada menekan. Langkah kaki cepat terdengar mendekat ke arahku, di susul tamparan keras yang mendarat di pipi kananku dalam hitungan detik. Aku menghembuskan nafas besar setelah merasakan tamparan itu. Aku memegang pipiku pelan, sambil menoleh menatap orang yang melayangkan tangannya kasar ke pipiku. Mataku melebar kaget melihat appa berdiri tegap dengan tatapan penuh amarah ke arahku, sedangkan Gyu Na ahjumma berdiri mematung sambil menutup mulutnya yang terbuka hampa kaget. Aku melirik kedua orang tua di hadapanku itu bergantian, lalu melemparkan tawa pahit dari mulutku. Appa tampak tersadar akan perbuatannya, menunduk menatap tangannya sendiri bingung, appa kembali menatap ke arahku dengan ekspresi melunak dan kembali mengangkat tangannya berusaha menyentuh pipiku. Aku langsung melangkah menarik diriku menjauh dari tangannya yang hendak menyentuhku, aku membuang mukaku, dan membuka mulutku dingin "bisakah kalian tidak datang menemuiku lagi?" mintaku datar, mereka hanya terdiam kaget sambil memutar mata bingung mendengar permintaanku. Aku melirik Gyu Na ahjumma dan appa bergantian "aku tidak tahu kekerasan apa lagi yang akan aku terima jika aku terus bersama kalian, jadi aku minta pada kalian menjauhlah dari hidupku" ucapku kasar. Aku menatap appa lurus - lurus "aku harap appa juga menjauh dari hidup eomma" tambahku menekan sambil menurunkan tanganku dari pipi. Aku menutup mataku rapat "bisakah kalian pergi" usirku singkat. Appa membuka mulutnya berusaha menjelaskan padaku "Kyu- Kyung Ji -yah, dengarkan.." bukanya terhenti melihatku menutup kedua telingaku rapat,

"pergilah.. jebal.." mintaku dengan suara kecil.

Appa pun melangkah mundur membalikkan badannya perlahan sambil menarik lengan Gyu Na ahjumma erat, mendengar langkah mereka yang semakin jauh, aku membanting pintu kamarku keras kembali menguncinya. Aku menyenderkan diriku dan jatuh terduduk di balik pintu. Aku menghembuskan nafas besar dari mulutku, air mata perlahan membasahi pipiku "kau melakukan hal yang benar, kerja bagus" bisikku menenangkan diri menahan rasa sakit yang meremukkan hatiku.

***