webnovel

Old Love

Hyun Soo pada Kyung Ji "Jika aku bisa bertemu denganmu lagi, aku akan melakukan apapun untuk menebus apa yang telah terjadi padamu waktu itu. Aku akan membuatmu tersenyum seperti saat aku tidak bisa melihat senyummu." Kyung Ji pada Hyun Soo "Aku menyukaimu, aku akan selalu memilihmu. Jika keadaan berjalan sesuai yang kuinginkan, aku tidak akan memilih untuk menguburmu dalam - dalam dari ingatanku."

Tarin_Swan · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
47 Chs

CHAPTER 30 AKU MENGENALMU

Aku melirik Hyun Soo sinis sambil meletakkan tumpukan kertas di atas meja kerjanya, Hyun Soo yang menyadari lirikan sinisku itu terus memutar mata, mengalihkan pandangannya sambil berdeham kecil. Aku menghembuskan nafas pendek menghina sikapnya itu 'dia bahkan pandai berpura - pura sekarang' hinaku dalam hati. Aku membungkukkan badanku dan berjalan keluar meninggalkan ruangan Hyun Soo, setelah aku menutup pintunya Hyun Soo mengangkat kepalanya dari kertas yang sejak tadi dibacanya sambil menghembuskan nafas lega. Kami terlihat bagai pasangan egois yang tidak mau mengalah satu sama lain. Aku berjalan ke mejaku dengan langkah kesal, aku membalikkan badanku cepat dan menjulurkan lidahku ke arah pintu ruangan Hyun Soo, lalu duduk di belakang meja kerjaku. Tak lama, Bae daepyonim datang membuatku berdiri tegap membungkukkan badanku sopan, ia tersenyum ramah melihatku dan mengangguk kecil sebelum masuk ke dalam ruangan Hyun Soo. Aku terkadang merasa aneh akan sikap baik Bae daepyonim terhadapku, aku merasa itu sedikit berlebihan. Dia bahkan tidak tersenyum seperti itu pada anggota timku yang lain, yang menerima senyuman seperti itu, hanya aku.

Gerakan jari Hyun Soo terhenti melihat ayahnya masuk ke dalam ruangannya. Keningnya berkerut kecil "kenapa tidak memanggilku saja? Aku kan bisa pergi ke ruangan appa" bukanya santai. Senyum kecil tersungging di ujung bibir Bae daepyonim, ia menjatuhkan dirinya santai di sofa ruang kerja Hyun Soo, lalu menghembuskan nafas lega sambil melepas kancing jasnya. Kening Hyun Soo semakin berkerut dalam melihat tingkah tidak biasa ayahnya itu. Ia berdiri dari kursi kerjanya dan duduk berhadapan dengan ayahnya

"apa terjadi sesuatu?" tanyanya hati - hati,

Bae daepyonim tersenyum, menutup matanya sambil menggeleng santai "tidak ada" jawabnya santai.

Hyun Soo mengangguk kecil paham, terdiam menunggu ayahnya mengatakan tujuannya menemuinya. Bae daepyonim menoleh santai menatap Hyun Soo dan menunjuk ke arah pintu ruangnnya "bagaimana bekerja dengan bodyguard wanita?" tanyanya santai. Perasaan Hyun Soo semakin aneh mendengar pertanyaan tidak biasa Bae daepyonim itu, Hyun Soo memiringkan kepalanya kecil dan tertawa canggung

"ya, biasa saja, menyenangkan"

"apa kau dekat dengannya?" tanyanya lagi.

Hyun Soo menaikkan alisnya "ya, kami dekat, tidak dengannya saja, denggan anggota timnya juga" jelas Hyun Soo santai.

Bae daepyonim tampak mengangguk paham dan tesenyum kecil tanpa mengatakan apapun lagi, melihat reaksi itu, Hyun Soo merasa semakin curiga pada ayahnya. Ia tertawa kecil dan memberanikan diri untuk bertanya "waeyo? Tidak biasanya appa bertanya hal seperti ini padaku" sahutnya sambil menyandarkan tubuhnya santai ke sofa. Bae daepyonim menggeleng kecil sambil memamerkan senyum miringnya tanpa menjawab apapun, ia berdiri dari dan kembali mengkancingkan jasnya pergi meninggalkan ruangan Hyun Soo begitu saja. Hyun Soo pun hanya memasang wajah bingung sambill melihat punggung ayahnya yang menjauh meninggalkan ruangan. Melihat Bae daepyonim keluar dari ruangan Hyun Soo, aku kembali berdiri menuduk sopan di hadapannya. Bae daepyonim mendekat ke arahku dan menepuk kecil kedua bahuku, aku mengangkat kepalaku dengan mata terbuka lebar kaget, sambil memiringkan kepalaku tidak mengerti. Setelah melakukan itu, Bae daepyonim membalikkan badannya pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun, aku pun hanya menatap bingung lalu menoleh menatap pintu ruangan Hyun Soo, menyelinap masuk keruangan Hyun Soo dengan gerakan cepat. Hyun Soo yang sedang berjalan kembali ke mejanya, membalikkan badan santai langsung melihatku dengan ekspresi bingung. Aku langsung berjalan cepat ke arahanya dan mulai berbisik

"hey, ada apa dengan daepyonim?"

"appa? Wae?" tanyanya bingung

"sikapnya sangat aneh padaku, apa kau mengatakan sesuatu padanya?" tuduhku curiga.

Hyun Soo memutar matanya mendengar tuduhanku sambil mencibirkan bibirnya kesal, ia melirikku sinis "singkirkan tuduhan aneh yang ada di otakmu itu" timpalnya sambil mendorong kecil dahiku dengan jari telunjuknya. Aku membuka mulutku hampa tidak percaya atas perlakuan yang ku terima barusan, aku langsung melayangkan tanganku ke lengan Hyun Soo, memukulnya sekeras yang aku bisa. Merasakan pukulanku barusan, Hyun Soo langsung menjauh sambil mengusap lengannya kesakitan

"HEY!!" teiaknya kesal

"WAE?" balasku berteriak menantang.

Hyun Soo memalingkan wajahnya sejenak "ada apa denganmu hari ini?" tanyanya kehabisan akal, "seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu" timpalku cepat.

Hyun Soo menghembuskan nafas berat dari mulutnya sambil terus menatapku, aku juga terus menatapnya tanpa mengatakan apapun. Hyun Soo mengangkat kedua tangannya ke pinggang "aku tidak mengerti kenapa kau bersikap aneh sejak pagi tadi" bukanya memulai debat. Aku yang tidak mau kalah juga meletakkan kedua tanganku dipinggang "aku juga tidak mengerti kenapa kau mengabaikanku sejak kemarin" jawabku menekan. Mendengar perkataanku itu, ekspresi Hyun Soo melunak dan ia memiringkan kepalanya kecil. Ia kembali menghembuskan nafas dari mulutnya "pesan.." tebaknya canggung. Mendengar itu aku menyunggingkan senyum miring kemenanganku sambil menaikkan sebelah alis menantang, 'rasakan itu' kataku dalam hati. Hyun Soo menunduk dengan ekspresi canggung lalu memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana, ia tertawa garing lalu bergumam tidak jelas. Aku yang sebenarnya mendengar perkataannya itu berpura - pura tidak dengar untuk menggodanya, aku mengerutkan alisku "apa katamu?" sahutku sambil menyampirkan rambutku ke belakang telinga. Hyun Soo menutup matanya kesal dan kembali mengatakan yang ia katakan sebelumnya, aku tersenyum kecil mendengar itu, namun aku belum puas bermain - main dengannya. Aku berdeham kecil dan mencondongkan telingaku ke arahnya "apa? Aku tidak dengar, katakan lebih keras" mintaku sekali lagi. Hyun Soo akhirnya menghembuskan nafas kesalnya sambil melotot ke arahku

"Mi.. AN.. HAE.. PUAS?" teriaknya di depanku kesal,

tawa bahagiaku pun pecah melihat tingkah lucunya itu. Matanya terus menatapku dengan tatapan penuh kasih sayang, tanpa ia sadari bibirnya pun ikut menyunggingkan senyum melihat tawaku yang cerah di hadapannya.

Dering ponsel Hyun Soo membuat saat itu kandas dalam sekejap, ia meraih ponselnya di atas meja kerjanya, raut wajahnya sedikit berubah melihat nama yang tertera di layar ponsel itu, seolah - olah ia sudah menunggu panggilan itu. Setelah percakapan singkat dari telfon, Hyun Soo langsung mengambil jaketnya dan bergegas hendak pergi dari ruangannya. Mata kami kembali bertemu dan membuat semangat yang membara dari mata Hyun Soo perlahan meredup. Aku mengedipkan mataku beebrapa kali, lalu membuka mulutku

"eodiga?" tanyaku canggung

"ooh.. aku.. ada urusan sembenatar" jawabnya canggung sambil menggaruk kecil belakang lehernya.

Aku memaksakan senyum kecilku "apa kami perlu ikut?" tanyaku sedikit berharap

"tidak.. tidak usah, aku tidak akan lama" tolaknya cepat sambil tersenyum canggung.

Aku menggigit bibir bawahku dan memaksakan senyumku berusaha menyembunyikan rasa kecewaku. Aku mengangguk beberapa kali "hati - hati" sahutku pelan, Hyun Soo hanya tersenyum kecil lalu melewatiku meninggalkan ruangannya.

000

Eomma mengangkat telfon Gereja dan mulai menekan satu - persatu nomor yang di lihatnya dalam sebuah kartu nama, ia menghembuskan nafas berat dari mulutnya sejenak sambil menunggu nada sambung yang terdengar jelas di telinganya. Setelah lama menunggu, matanya melebar kaget mendengar suara wanita dari seberang telfon. Eomma menggerakkan tanganya hendak menutup telfonnya namun gerakan itu terhenti, ia menghembuskan nafasnya yang tidak beraturan sambil menundukkan kepalanya. Tangannya kembali bergerak menempelkan telfon itu ketelinga, membuat suara wanita yang sejak dari menyapa dari seberang telfon kembali terdengar jelas di telinganya. Wanita itu terus berkata "hallo" dengan nada bingung, tak kunjung mendengar suara siapapun yang menelfonnya. Eomma menghembuskan nafas kecil sejenak, memberanikan diri mengeluarkan suaranya

"lama tak bicara, Gyu Na -ssi" sapanya

"nuguseyo?" tanya Gyu Na ahjumma terdengar bergetar

"ini aku.. Chae Soo Kyung."

Mendengar nama itu mata Gyu Na ahjumma melebar kaget, ia langsung menajuhkan ponselnya dari telinga dan menutup sambungan telfonnya. Bibirnya tampak bergetar dan wajahnya menjadi sangat pucat. Dering ponselnya kembali terdengar, ia menggerakkan tangan membalik ponselnya, melihat nomor yang barusan kembali menelfon. Gyu Na ahjumma menolak panggilan itu, lalu dengan gerakan cepat mematikan ponselnya begitu saja, memasukkan ponsel itu kedalam laci meja riasnya. Bibirnya semakin bergetar hebat, ia mengigit kecil kuku jempolnya ketakutan dan matanya terus berputar tak tentu arah. Ia terus berusaha menenangkan dirinya meskipun usahanya itu sia - sia. Tiba - tiba pintu kamarnya terbuka, Gyu Na ahjumma membalikkan badanya kaget dengan raut wajah ketakutan. Appa yang melihat sikap aneh istrinya itu, menutup pintu kamar

"ada apa?" tanyanya cemas,

Gyu Na ahjumma memaksakan tawa kecilnya "tidak.. tidak ada" bantahnya canggung.

Appa berlutut di hadapan Gyu Na ahjumma menatapnya ragu. Rasa curiga mulai muncul dalam hati Gyu Na ahjumma melihat appa yang bersikap aneh itu, namun ia terus diam menunggu appa memulai pembicaraan. Appa terlihat mendangakkan kepalanya perlahan, menatap wanita di hadapannya itu lurus - lurus, lalu menggerakkan tangannya menggengam tangan Gyu Na ahjumma yang terlipat di atas pangkuan kakinya. Appa menyunggingkan senyum yang terlihat di paksakan. Mereka hanya diam dan saling menatap sejenak, sampai Gyu Na ahjumma menarik tangannya begitu saja dari genggaman appa

"hajima.." sahutnya tiba - tiba

"Gyu Na -yah" paggil appa lembut

"silheo" sela Gyu Na ahjumma.

Appa berdiri dengan gerakan cepat dan menghembuskan nafas kecil sejenak sambil memejamkan kedua matanya. Appa membuka mulutnya dan membuat suasana semakin tegang "aku bertemu Soo Kyung" akunya lantang. Mendengar itu, mata Gyu Na ahjumma melebar, ia langsung berdiri dan meraih tangan appa dengan gerakan cepat "tidak.. aku tidak akan membiarkanmu meninggalkanku begitu saja" tahannya panik. Appa membuka matanya cepat langsung menatap Gyu Na ahjumma yang terlihat sangat ketakutan, appa melingkarkan tangannya pada pundak Gyu Na ahjumma lalu menariknya pelan ke dalam pelukannya. Tangan appa menepuk kecil punggung Gyu Na ahjumma dan semakin erat mendekapnya, appa menghembuskan nafas kecil dari mulutnya sejenak

"aku tidak akan meninggalkanmu."

Mendengar itu air mata bergulir jatuh dari ujung mata Gyu Na ahjumma, nafas panjang berhembus pelan dari mulutnya. Perasaanya lebih tenang mendengarkan perkataan appa barusan, meskipun perkataan itu tidak akan appa tepati.

000

Aku mengemasi barangku kesal sambil melihat pintu ruangan Hyun Soo, aku menghembuskan nafas kesal 'pembohong' hinaku dalam hati. Sejak pergi siang tadi, Hyun Soo tak kunjung kembali. Ia malah menitipkan pesan pada sekertaris Min untuk menyuruh kami pulang, entah mengapa melihatnya pergi tanpa memberi tahuku kemana ia akan pergi membuatku kesal. Seo Rin yang sejak tadi melihat tingkah kekanakanku itu tertawa kecil, ia mengetuk kecil mejaku

"kau mau pulang atau tidak?" tanyanya jahil,

aku berdeham kecil memasukkan barang - barangku ke dalam tas "tentu saja" jawabku canggung. Aku menutup tasku cepat dan berjalan melewati Seo Rin begitu saja. Senyum geli Seo Rin semakin melebar melihatku yang salah tingkah, ia membalikkan badannya cepat dan berjalan mengikutiku "hey, tunggu aku" teriaknya santai.

Kami duduk di halte menunggu bus kami datang, Seo Rin tersenyum kecil sambil menggoyang - goyangkan kakinya riang. Senyum kecilku tersunggging begitu saja melihat Seo Rin yang tampak senang

"apa ada perkembangan?" tanyaku santai,

"dia mengajakku bertemu akhir pekan ini" jawabnya malu - malu.

Tawaku pecah mendengar pengakuan Seo Rin, aku merasa sangat geli mendengar nada suaranya itu. Hari itu pertama kalinya aku melihat sisi itu dari Seo Rin dan yang ada dipikiranku adalah ia terlihat sangat lucu. Melihatku menertawainya, ekspresi Seo Rin berubah kesal dalam hitungan detik. Ia langsung mengangkat tanggannya memukul lenganku keras meluapkan rasa kesalnya, sementara aku terus tertawa sambil mengusap - usap lenganku kesakitan. Setelah aku berhasil mengendalikan tawaku, aku menatap Seo Rin dan teringat apa yang Yoo Ki oppa katakan, aku memutar mataku sejenak dan membuka mulutku

"hey.. apa kau tahu.."

"mwoga?" timpalnya santai,

"hadiah apa yang wanita sukai dari seorang pria?" tanyaku sambil sedikit memiringkan kepalaku.

Seo Rin memutar kepalanya dan mulai berfikir. Setelah beberapa saat berfikir, ia menaikkan alisnya dan kembali menoleh ke arahku "gobaeg.." jawabnya yakin. Mataku melebar mendengar jawaban Seo Rin yang sama seperti jawabanku waktu itu

"kenapa menurutmu begitu?" tanyaku ingin tahu.

Seo Rin menggagruk canggung belakang kepalanya kebingungan "entahlah, bagiku itu adalah awalan yang bahagia.. kau bisa mengatakan dia milikmu dan kau juga memiliki orang yang menganggapmu spesial.." jelasnya tidak yakin.

Aku mengangguk kecil mendengar jawaban itu, Seo Rin menatapku santai "kanapa tiba - tiba kau menanyakan hal ini?" tanyanya. Aku memutar mataku dan melemparkan tawa garing "mm.. geunyang.. mwo.." jawabku tidak jelas. Seo Rin yang tidak mempercayai jawaban anehku itu hanya memelototiku sejenak lalu mengalihkan pandandangannya dariku, ia tersenyum kecil

"aku tidak tahu alasanmu, tapi jika ini soal tuan Hyun Soo.. terimalah perasaanmu dulu" sahutnya menasihati.

Aku langsung menoleh dengan gerakan cepat dan menatapnya takjub, sementara Seo Rin langsung melepaskan tawa kecilnya sambil melirikku geli, seakan - akan ia sudah dapat menebak reaksiku

"jika kau tidak menerima perasaanmu sendiri, bagaimana kau bisa menerima perasaannya?" tambahnya

"aku takut ini hanya perasaanku saja.."

"tetap saja, jika memang begitu terimalah semua itu" timpalnya menekan.

Seo Rin langsung berdiri melihat bus yang di tunggunya datang dari kejauhan, aku hanya terdiam merenungi perkataanya itu sambil menundukkan kepalaku. Seo Rin terus melangkah mendekat ke tangga bus, namun ia menghentikan langkahnya sejenak dan membalikkan badannya

"Kyung Ji -ah.. aku rasa dia mengenalmu, lebih dariku mengenalmu.." sahutnya terhenti, ia melambaikan tangannya "pikirkan baik - baik, sampai besok" lanjutnya.

Pintu bus tertutup dan langsung berjalan membawanya pergi meninggalkanku, dan pikiranku yang kacau. Aku langsung berdiri dan berjalan meninggalkan halte, berjalan dengan otak yang penuh pikiran tentang perasaanku pada Hyun Soo. Aku terus hanyut dalam pikiranku sampai tiba - tiba terdengar suara klakson mobil yang keras tepat di sampingku, aku menoleh cepat ke arah suara klakson itu melihat Si Hwan oppa menatapku dengan senyum kecil di balik roda kemudi.

Kami duduk berhadapan di sebuah cafe, terus diam tanpa mengatakan apapun. Aku ikut ke dalam cafe memenuhi keinginan Si Hwan oppa yang ingin mengatakan seusatu padaku, namun ia tak kunjung menggatakan apapun padaku, dan hanya duduk sambil menyesap kopinya. Aku menghembuskan nafas kecilku dan memutuskan untuk mengakhiri pertemuan ini secepat mungkin

"apa yang ingin oppa bicarakan?" tanyaku langsung.

Si Hwan oppa meletakkan kopinya "aku akan pergi"

mataku melebar mendengar jawabannya barusan, aku mengigit kecil bibir bawahku sejenak "lalu? Kenapa oppa memberi tahuku?" tanyaku pura - pura tidak peduli.

Si Hwan oppa tersenyum kecil, ia menatapku lurus - lurus "jangan begitu, aku tahu kau peduli padaku" sahunya menggoda,

"aku memang tidak peduli" bantahku gugup

"aku mengenalmu.. Eun Kyung Ji.." timpalnya.

Mendengar perkataan itu, aku kembali teringat perkataan Seo Rin 'tapi aku rasa dia mengenalmu' dan kali ini 'aku mengenalmu' kedua kalimat ini membuatku semakin ragu akan kata hatiku. Aku berdeham kecil sambil meraih gelas kopiku dan menyesapnya cepat. Si Hwan oppa tersenyum kecil

"kau menyukainya.. Bae Hyun Soo"

mendengar ucapannya yang tiba - tiba itu, aku langsung tersedak kopi yang aku minum. Si Hwan oppa langsung mengambil tissue di ujung meja dan memberikannya padaku sambil menepuk kecil bahuku, ia menatapku sambil tersenyum geli "gwaenchanha?" tanyanya santai. Aku yang masih terbatuk menganggguk kecil sambil berusaha mengendalikan diriku sendiri. Si Hwan oppa tertawa kecil sambil kembali menyandarkan tubuhnya santai pada kursinya "lihatlah.. kau sangat mudah di tebak" sahutnya santai sambil menunjukku geli. Aku meliriknya sinis tanpa mengatakan apapun membuatnya merasa semakin bersemangat menggodaku

"kau bahkan kembali menyukainya setelah 3 tahun" bisiknya sambil menggeleng heran

"apa?" tanyaku cepat.

Si Hwan oppa tampak kaget mengetahui aku bisa mendengarnya, ia menggeleng cepat "tidak, aku tidak mengatakan apapun" tepisnya gugup. Aku mengerutkan alisku "aku yakin oppa mengatakan sesuatu" sahutku curiga, Si Hwan oppa kembali menggeleng cepat membantah dan membuatku menyerah begitu saja. Kami keluar dari cafe santai, dan aku lansgung membalikkan badanku menatap Si Hwan oppa lurus - lurus

"aku tidak tahu kemana dan apa alasanmu pergi, tapi aku harap oppa mendapatkan hidup yang lebih baik, semalat jalan" sahutku dengan senyum tulus.

Senyum Si Hwan oppa menggembang pelahan mendengar perkataanku itu, ia mendunduk kecil sambil menggerakkan kakinya menendang udara hampa. Si Hwan oppa mengulurkan tangannya ke arahku sambil menggerakkan dagunya menyuruhku menjabat tangannya, tawa kecilku pecah melihat sifatnya yang tidak berubah itu, aku menggerakkan tanganku menjabat tanggannya dan menatapnya dengan senyum cerah. Tiba - tiba Si Hwan oppa menarikku dengan gerakan cepat, membuatku berada dalam pelukannya dalam seketika. Ia menyenderkan dagunya di atas kepalaku

"sembentar saja"

"ini tidak sepertimu.." kataku canggung,

"aku merasa bahwa aku satu - satunya orang yang paling mengenalmu, namun aku salah" sahutnya terdengar menyedihkan

"mwoya.." "aku lupa kalau aku hanya menggantikan posisi orang lain sejak itu" lanjutnya menyela perkataanku.

Setelah mengatakan itu, Si Hwan oppa melepaskan pelukannya dan menatapku lurus - lurus "selamat tinggal" ucapnya dengan senyum manis, lalu membalikkan badannya meniggalkanku begitu saja.

000

Aku kembali menyusuri jalan malam itu dengan pikiran yang semakin berputar - putar. Perkataan Si Hwan oppa kini menambah beban pikiranku. Aku terus menyusuri jalanan sampai aku tiba di depan taman yang biasanya aku dan Hyun Soo kunjungi, aku menghembuskan nafas berat dari mulutku sejenak terdiam di tempatku. Aku menutup mataku perlahan menikmati keheningan yang ada, namun satu hal yang berbeda dari diriku kali ini. Saat aku memejamkan mataku, wajah Hyun Soo terlihat dalam bayanganku, semakin jelas, dan semakin jelas.

"Eun Kyung Ji.." panggil Hyun Soo.

Aku menutup wajahku dengan kedua tangganku "AHHH.. KAU SUDAH GILA EUN KYUNG JI.. KAU BAHKAN MENDENGAR SUARANYA SEKARANG" teriakku kesal pada dikriku sendiri. Aku mengusap wajahku sejenak sebelum menurunkan tanganku, lalu membuka mataku perlahan. Mataku langsung melebar melihat sosok Hyun Soo yang terlihat jelas di depan mataku

"aku sudah gila" keluhku lalu membalikkan badanku lesu.

Melihatku membalikkan badanku begitu saja, Hyun Soo mengulurkan tangannya menarik lenganku cepat. Dalam sekejap aku sudah berada dalam pelukannya, mataku melebar kaget dan aku berusaha melepaskan diriku darinya, namun usahaku sia - sia. Semakin keras usahaku melepaskan diri, semakin erat Hyun Soo memelukku. Aku terus mendorongnya menjauh

"neo wae geulae?" tanyaku panik,

"jangan menghilang lagi"

"hey, apa kau minum?" tuduhku kesal

"aku akan selalu bersamamu" sahutnya mengabaikan perkataanku.

Pelukan Hyun Soo yang semakin erat membuat nafasku sesak, aku memukul punggungnya kesakitan, namun ia tidak menghiraukanku dan terus memelukku. Semakin erat dan semakin erat lagi, seolah - olah aku akan menghilang dari dunia ini dalam waktu yang singkat. Hyun Soo terus memelukku sambil menggenggam erat ponsel berwarna putih dengan fotoku sebagai wallpapernya.

***