webnovel

Old Love

Hyun Soo pada Kyung Ji "Jika aku bisa bertemu denganmu lagi, aku akan melakukan apapun untuk menebus apa yang telah terjadi padamu waktu itu. Aku akan membuatmu tersenyum seperti saat aku tidak bisa melihat senyummu." Kyung Ji pada Hyun Soo "Aku menyukaimu, aku akan selalu memilihmu. Jika keadaan berjalan sesuai yang kuinginkan, aku tidak akan memilih untuk menguburmu dalam - dalam dari ingatanku."

Tarin_Swan · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
47 Chs

CHAPTER 23 IMPIAN

Aku membuka mataku kaget dan langsung menarik tubuhku duduk di atas kasur. Aku langsung memegang kepalaku yang terasa sangat sakit, sambil memejamkan mataku rapat. Aku menghembuskan nafas panjang berusaha mengingat apa yang terjadi semalam, penggalan kejadian mulai bermunculan di otakku. Aku meremas kepalaku dengan kedua tanganku panik, teringat saat aku mengungkapkan perasaanku padanya, aku mengacak - acak rambutku kesal "Eun Kyung Ji.. kau benar - benar sudah gila" hinaku menyesal. Aku menoleh cepat, merasa panik yang juga mulai menyerangku 'Hyun Soo..' panggilku dalam hati, lalu bangkit dari tempat tidur cepat. Aku keluar dari kamar menuju pintu yang tak jauh dari kamar di sebelah kiri, aku membuka pintu itu cepat "Soo -yah.." panggilku. Tubuhku membeku dan mataku melebar kaget

"AAAAAAA..." teriakku langsung sambil menutup rapat mataku.

Hyun Soo yang sedang telanjang dada dengan, handuk tergulung di pingang langsung ikut berteriak "HEY!! TUTUP PINTUNYA!!" teriaknya kesal.

Aku duduk diam menundukkan kepalaku, sambil memainkan jariku canggung, sementara Hyun Soo berjalan panik di belakangku, sambil menahan rasa kesalnya. Aku berdeham kecil dan membalikkan badanku

"hey, kau juga salah.. kenapa kau tidak mengunci pintunya?" tuduhku

"kau seharunya mengetuk pintunya" sangkalnya tidak ingin di salahkan.

Aku mencibirkan bibirku sambil terus menatap sinis ke arahnya, Hyun Soo yang tidak mau kalah juga ikut menatapku sinis. Aku memalingkan mataku duluan terganggu oleh tatapannya

"ah.. molla.." putusku

"lupakan! Siap - siaplah, kita akan pulang" timpalnya santai sambil melemparkan sesuatu ke arahku.

Aku menangkap kotak tipis mengkilap yang di lemparnya padaku. Mataku melebar kaget "oh.. dari mana kau mendapatnya?" tanyaku melihat ponselku senang, Hyun Soo hanya menghembuskan nafas pasrah "entahlah" jawabnya. Aku langsung menyalakan ponselku cepat, melihat semua pesan yang masuk. Keningku berkerut bingung, lalu melambaikan satu tanganku memanggil Hyun Soo

"hey.. hey.. ini aneh" sahutku curiga.

Hyun Soo menunduk mendekatkan wajahnya pada ponselku melihat apa yang ku tunjukan padanya, kerutan kecil mulai terlihat di keningnya. Hyun Soo menggengam tanganku mengarahkan ponselku sedikit dekat ke arahnya, lebih teliti membaca pesan yang ku tunjukkan. Aku mematung di tempatku menatap wajah seriusnya, tanpa ku sadari aku menahan nafasku karena rasa gugupku yang berlebihan. Setelah selesai membaca, Hyun Soo menoleh ke arahku hendak mengatakan seusatu, namun suaranya terhenti melihat sikap anehku. Ia mengedipkan matanya beberapa kali

"hey, bernafaslah.." sahutnya sambil menyikut lenganku santai.

Mendengar perintahnya aku menghembsukan nafas yang sejak tadi ku tahan, dan menggeser posisi dudukku sedikit menjauh darinya. Kening Hyun Soo semakin berkerut dalam

"ada apa denganmu? Kau terlihat aneh.." sahutnya lagi

aku menggeleng cepat "tidak.. tidak.. aku baik - baik saja" tepisku gugup.

Aku berdiri cepat "aku mandi dulu, setelah itu ayo kita pulang" tambahku singkat, langsung berlari ke kemar mandi tanpa menunggu jawaban Hyun Soo.

Aku bersandar lemas di balik pintu kamar mandi lalu menghembuskan nafas lega yang sejak tadi ku tahan. Aku melirik ke arah pintu "sikapnya biasa saja, itu tandanya dia tidak ingat apapun, baiklah aku harus bersikap biasa kalau begitu" gumamku cepat menyimpulkan sambil berusaha menenangkan diriku.

000

Setelah mendengar suara pintu kamar mandi yang tertutup rapat, Hyun Soo menghembuskan nafas lega sambil memegang dadanya, jantungnya berdetak sangat cepat, dan ia terlihat sangat gugup. Ia menoleh ke arah pintu kamar mandi, kembali menghembsukan nafas lega "dia tidak curiga kan?" bisiknya pada diri sendiri. Hyun Soo menoleh menatap pintu balkon, mengingat jelas semua yang telah terjadi kemarin. Ia menggeleng cepat membuyarkan lamunannya, lalu menampar kecil pipinya sendiri "sadarlah" keluhnya kesal, ia menghela nafas pendek sambil mengelus pipinya kesakitan.

000

Eomma, appa, dan Yoo Ki oppa duduk di mobil menikmati pemandangan laut di sekeliling mereka. Yoo Ki oppa tersenyum di balik kemudi, dan menoleh sejenak ke arah appa yang duduk di sampingnya

"entah kenapa aku gugup" bukanya santai,

"ini pertama kalinya kalian bertemu setelah sekian lama, wajar kalau kau gugup" timpal eomma santai dari kursi belakang.

Yoo Ki oppa melirik ke arah spion tengah melemparkan senyum tampannya pada eomma, appa hanya tersenyum kecil, dan kembali menikmati perjalanan. Setelah perjalanan yang cukup lama, mereka sampai di depan Gereja, Yoo Ki oppa memarkir mobilnya dengan sempurna lalu turun sambil melihat Gereja yang berdiri kokoh di hadapannya. Yoo Ki oppa menundukkan kepalanya sambil tertawa kecil, mengingat kejadiaan saat ia bertemu denganku dengan Hyun Soo disana 3 tahun yang lalu. Melihat tingkah aneh Yoo Ki oppa, eomma dan appa saling menatap satu sama lain bingung, appa mengangkat bahunya santai melihat tatapan bingung eomma. Yoo Ki oppa menoleh ke arah kedua orang tuanya dan membuka mulutnya

"aku pernah mengalami kejadian lucu dengan Kyung Ji disini dulu, tiba - tiba aku teringat kejadian itu" jelanya santai.

Eomma dan appa mengangguk paham, lalu melemparkan tawa kecil. Mereka berjalan masuk bersama sambil terus melihat sekeliling mereka kagum, meskipun ini bukan pertama kalinya mereka mengunjungi Gereja ini. Saat sampai di taman Gereja, appa melihat adik iparnya sedang duduk tertawa melihat anak - anak kecil yang bermain tak jauh darinya, appa menghentikan langkahnya sejenak menoleh ke arah Yoo Ki oppa

"bersikaplah biasa, jangan membahas atau menyebut nama Kyung Ji" bisik appa mengingatkan Yoo Ki oppa.

Setelah mendengar perkataan appa, Yoo Ki oppa mengangguk paham dan mereka kembali berjalan mendekati eomma. Appa berdeham kecil dan memasang senyum kecilnya

"je-su.." sapa appa santai

"hyung-bu, hyung-su kalian berkunjung lagi" sambut eomma ramah.

Yoo Ki oppa tersenyum lebar, langsung membungkukan badan sopan "annyeonghaseyo imo.." sampanya langsung. Melihat kedatangan Yoo Ki oppa, senyum eomma semakin cerah, dan eomma menggerakaan kursi rodanya menghadap Yoo Ki oppa. Eomma terus menatap Yoo Ki oppa dari kepala sampai ke kaki tekesan

"Yoo Ki -ah" panggil eomma

"ne imo.." sahut Yoo Ki oppa,

"kau tinggi sekali" puji eomma langsung.

Yoo Ki oppa tertawa geli dan berlutut di hadapan eomma "imo terlihat lebih tinggi sekarang" guraunya santai, eomma mengulurkan tanggannya mengusap lembut pipi Yoo Ki oppa. Mereka terdiam terus saling menatap lurus sambil melemparkan senyum kecil. Mereka duduk berjajar sambil menikmati pemandangan sekitar, eomma tampak menahan beban yang ingin di keluarkannya, ia tidak tahu bagaimana menyampaikan semua itu pada saudara iparnya. Eomma menghela nafas dalam, meyakinkan dirinya untuk melepaskan bebannya

"hyung-bu, hyung-su.." panggil eomma ragu, mendengar adik iparnya memanggil, eomma dan appa menoleh cepat sambil tersenyum kecil menunggu adik iparnya mengatakan sesuatu.

Eomma menunduk kecil "aku bertemu dengan Ji Yeol -ssi beberapa hari yang lalu, ia mengatakan padaku kalau Kyung Ji masih hidup" timpal eomma langsung.

Mendengar perkataan itu, eomma, appa, dan Yoo Ki oppa menunjukkan ekspresi kaget yang sama. Mereka terlihat bingung dan tidak tahu harus berkata apa menanggapi perperkataan eomma itu

"bagaimana kalian bisa bertemu? Apa yang ia katakan padamu?" tanya appa.

Eomma menoleh menatap mereka dan tersenyum kecil "aku juga tidak menyangka petemuan yang tiba - tiba itu.." jelas eomma terdengar ragu "dia berusaha meyakinkanku bahwa Kyung Ji masih hidup, awalnya aku tidak percaya, namun ia menunjukkan foto Kyung Ji padaku" lanjutnya. Mendengar cerita itu, eomma, appa, dan Yoo Ki oppa saling menatap diam. Mereka terlihat sangat canggung, tidak ada yang mengatakan apapun, dan hanya memutar mata mereka kebingungan. Eomma yang merasa ini sudah saatnya mengatakan kejujuran, akhirnya membuka mulutnya

"benar Soo Kyung -ah.." aku eomma tegas "Kyung Ji, dia masih hidup" lanjut eomma.

Appa hanya menundukkan kepalanya, sambil menghembuskan nafas berat mendengar pengakuan istrinya. Yoo Ki oppa pun berlutut di hadapan bibinya, ia meraih tangan eomma "imo, maukah imo mendengarkan penjelasan kami" mintanya lembut. Eomma tersenyum kecil

"aku tidak marah, hanya saja.. aku merasa sangat di sayangkan, aku melewatkan 3 tahun untuk menjadi ibu yang baik baginya" ungkkap eomma jujur,

"Soo Kyung -ah.." panggil eomma hendak mengatakan sesuatu, namun dering ponselnya menahan perkataanya.

Eomma mengeluarkan ponselnya dan matanya melebar melihat namaku tertera di layar, appa yang penasaran melihat ke layar ponsel eomma lalu berdeham kecil.

000

Aku menjauhkan ponselku dari telinga bingung karena eomma tak kunjung menjawab telfonku, aku memeiringkan kepalaku berdiri kehabisan akal menatap rumahku yang terkunci rapat. Aku kembali menatap ponselku mencoba menelfon eomma sekali lagi, panggilanku kembali terputus karena eomma tak kunjung menjawabnya. Aku menghembsukan nafas berat dan menekuk lutuku pasrah. Aku melirik ke sekelilingku bingung 'haruskah aku pergi kerumah Hyun Soo?' tanyaku dalam hati, aku menggelengkan kepalaku cepat menghilangkan pikiran aneh itu. Aku pun kembali berdiri dan berjalan meningglkan rumahku.

Setelah perjalanan singkat, aku sampai didepan flat seseorang yang tak jauh dari kantor HANSAN Grup. Aku menekan bell dengan senyum manis, menunggu seseorang membuka pintu dari dalam. Tak lama, terdengar suara pintu dan seorang wanita

"nuguseyo?" tanyanya membuka pintu santai,

melihatku berdiri didepan pintu, wanita itu menaikkan sebelah alisnya. Senyumku melebar "Seo Rin -ah.." sapaku ceria.

Seo Rin mempersilahkanku masuk dan duduk santai di atas kasur. Flatnya berukuran kecil hanya terdapat satu kasur, lemari, televisi kecil, dan kamar mandi kecil di dalam ruangan. Aku langsung menjatuhkan diriku nyaman ke atas kasurnya, melihat tingkahku Seo Rin langsung memukul kakiku kesal

"ada apa? Kenapa kau tidak tidur di rumahmu sendiri?" omelnya

"semua orang dirumah meninggalkanku entah kemana" keluhku lesu.

Seo Rin tertawa menghina mendengar keluhanku, ia mencubit pipiku gemas "aigoo.. aigo.. kasihan sekali kau" sahutnya menghina. Aku menepis tanganya santai, dengan ekspersi datar terdiam melihat tingkahnya. Aku menghembuskan nafas panjang, berguling santai diatas tempat tidur Seo Rin

"hey, gwaenchanha?" tanya Seo Rin tiba - tiba,

"wae?" tanyaku bingung

"ya, tentang.. gossip itu.. kau menginap di Rumah tuan Hyun Soo dan.." jelasnya gugup.

Mataku melebar mendengar perkataan Seo Rin, aku langsung bangun, dan menggeleng sekuat yang aku bisa "hey, tidak terjadi apa - apa, sungguh, aku terkuci di sebuah ruangan semalaman" bantahku cepat.

Kening Seo Rin tampak berkerut kecil "kau.. terkunci katamu?" timpalnya tidak percaya,

aku mengangguk cepat "iya, percayalah padaku, saat itu seorang wanita datang, dan Hyun Soo mengunciku sampai pagi di suatu kamar" jelasku membela diri.

Seo Rin mengedipkan matanya beberapa kali, ia memiringkan kepalanya bingung "tunggu.. tunggu.." selanya sambil mengangkat tangannya, di sambung anggukan cepat dariku. Seo Rin menyipitkan matanya "jadi, seorang wanita datang, dan tuan Hyun Soo menguncimu di dalam kamar sampai pagi karena wanita itu, begitu katamu?" simpulnya ragu. Aku mengangguk cepat membenarkan perkataanya. Seo Rin menghembsukan nafas besar, lalu menggeleng dengan ekspresi remeh. Aku mengerutkan dahiku melihat ekspresinya itu

"hey, apa sekarang kau tidak percaya padaku?" tuduhku kesal

"tidak, apa itu masuk akal? Kenapa dia menguncimu dalam kamar setelah mengetahui seorang wanita datang kerumahnya? Apa dia.. kau tahu maksudku kan? Two timing.." tuduhnya curiga,

"HEY!!" bentakku kesal mendengar tuduhan Seo Rin barusan

"tidakkah wajar jika aku berfikiran begitu? Itu benar - benar aneh.." lanjutnya tidak terima.

Aku mulai berfikir kembali tentang perkataan Seo Rin barusan, hatiku mulai ragu merasa dugaan Seo Ri ada benarnya juga. Aku mengacak - acak rambutku kesal "ah.. molla.. molla.. terserah dia saja" sahutku meluapkan perasaanku yang tidak jelas ini. Seo Rin tertawa menghina melihat sikapku, lalu melirikku sinis

"hey, kau menyukainya kan? Tuan Hyun Soo.." tebaknya licik.

Aku langsung menoleh kaget menatapnya "hoo.. bagaimana kau tahu? Apa sangat kelihatan?" tanyaku panik.

Seo Rin menghembsukan nafas besar dari mulutnya, ia berbaring santai di atas tempat tidur tidak menjawab pertanyaanku barusan. Aku pun menggoyang - goyangkan badannya sambil merengek manja, membuatnya merasa sangat terganggu. Seo Rin menepis tanganku cepat, terus diam mengabaikanku. Aku menghembuskan nafas besar dari mulutku sambil meliriknya sinis "kau juga sedang menyukai seseorang kan?" tuduhku asal. Seo Rin langsung terbangun kaget mendengar tuduhanku dan mencengram bahuku sambil menatapku lurus

"bagaimana kau tahu?" tanyanya.

Aku menutup mulutku dengan satu tangan tercengang "kau benar - benar menyukai seseorang?" tanyaku.

Seo Rin menatapku terdiam bingung, perlahan tawa canggungnya pecah. Ia berdeham kecil sambil kembali membaringkan tubuhnya "hmm.." gumamnya. Aku menyilangkan kakiku cepat, menopang daguku di atas kakiku

"mwoga?" tanyaku tidak mengerti

"aku menyukai seseorang" akunya begitu saja.

Mataku melebar mendengar pengakuannya itu "he- hey.. bagaimana bisa kau mengakuinya begitu saja.." sahutku canggung.

Seo Rin menoleh kecil ke arahku, ia menaikkan kecil bahunya sejenak, dan memutar matanya "aku mengatakan apa yang ku rasakan, jika aku suka, aku mengatakan suka.. begitu juga sebaliknya" jelasnya santai. Aku menepuk tanganku tercengang mendengar penjelasannya yang terasa sangat ringan di ucapkan begitu saja, sementara Seo Rin hanya tersenyum bangga dengan pendiriannya. Ia memejamkan matanya, kembali membuka mulutnya "maka dari itu aku bertanya padamu, apa kau menyukai tuan Hyun Soo?" tanyanya sekali lagi. Aku kembali melihat ke dalam hatiku, aku memang menyukainya, aku mengakui itu, tapi aku ingin menyembunyikannya selama yang aku bisa. Aku terus merasa sesuatu yang buruk akan terjadi, jika aku menyatakan perasaanku padanya. Perasaan yang lebih besar dari rasa sukaku adalah rasa takutku sendiri. Aku ingin terus menyimpan semuanya sendiri, sampai aku tidak bisa menahanya lagi.

000

Sejak hari pertemuannya dengan eomma, tidak ada hari damai bagi appa. Hari - hari yang di lewatinya bagaikan hukuman atas perbuatan egois wanita yang di cintainya, perasaan appa semakin kacau setiap harinya, dan ia tidak tahu apa yang harus di lakukannya untuk bebas dari semua yang ia rasakan saat ini.

Appa yang baru pulang dari kerja, masuk ke dalam kamarnya lalu melepas jaketnya. Melihat Gyu Na ahjumma yang sedang tertidur, appa menghembsukan nafas kecil, dan berbaring perlahan di sampingnya. Merasakan kehadiran appa, Gyu Na ahjumma membuka matanya perlahan terbangun dari tidurnya

"kau sudah pulang?" tanyanya

"ya, istirahatlah" jawab appa singkat.

Keduanya sangat canggung untuk berbicara, mereka menyimpan beban berat dalam hati mereka masing - masing. Gyu Na ahjumma terus bertahan pada keinginannya untuk tetap bersama appa, namun hati appa sudah berubah sejak ia mengetahui semua yang di lakukan Gyu Na ahjumma selama ini. Satu hal yang appa inginkan adalah maaf darikku, dan terutama dari eomma yang menanggung semuanya sendirian. Appa meyakinkan dirinya untuk melepaskan semuanya dan melakukan apa yang di inginkannya, yaitu memohon maaf pada kami. Ia membalikkan badannya

"sebaiknya, kita akhiri semua ini" putus appa begitu saja.

Gyu Na ahjumma membuka matanya kaget, menarik tubuhnya duduk menghadap appa lurus, ia sangat tidak terima mendengar keputusan appa. Ia mengigit kecil bibir bawahnya "ada apa denganmu? Apa aku melakukan kesalahan?" tanyanya panik. Appa menghembuskan nafas besar mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Gyu Na ahjumma begitu saja. Appa menarik tubuhnya duduk sambil menunduk dalam, tatapannya berubah sinis kepada Gyu Na ahjumma. Mereka terdiam membisu, membuat suasana menjadi tegang dalam hitungan detik. Appa tidak menyangka pertanyaan itu keluar dari mulut Gyu Na ahjumma, seakan ia tidak menyadari kesalahannya selama ini

"apa kau melakukan kesalahan? Kau benar - benar tidak tahu atau kau pura - pura tidak tahu?" tuduh appa.

Appa menoleh menatap Gyu Na ahjumma tajam "Menyakiti Soo Kyung, mengatakan kepada semua orang kalau Kyung Ji sudah mati, membawaku ke Amerika untuk menutupi perbuatanmu" timpalnya. Appa membalikkan tubuhnya cepat mencengkam bahu Gyu Na ahjumma "KATAKAN APA LAGI YANG KAU SEMBUNYIKAN DARIKU?" bentaknya kasar.

Mata Gyu Na ahjumma melebar kaget, ia hanya terdiam tidak tahu harus mengatakan apa, terjebak dalam situasi ini. Ia menudukkan kepalanya dalam, perlahan tetesan air mata mulai berjatuhan dari ujung matanya. Perasaan takut dan bersalah yang selama ini di pendamnya dalam hati pun meledak begitu saja, seiring derasnya air mata yang berjatuhan membasahi pipinya. Namun, rasa cinta dalam hatinya lebih besar dari penyesalan itu. Ia sudah mendapatkan apa yang di impikannya selama ini, tapi ia tidak tahu, bahwa takdir dapat merenggut apa yang di impikannya secepat ia membalikkan telapak tangannya.

Sebesar apapun penyesalan Gyu Na ahjumma saat itu, tidaklah penting lagi bagi appa. Karena keinginan appa untuk mengembalikan semuanya padaku, sudah menjadi keputusan yang bulat.

000

Aku membuka ponselku dalam perjalanan menuju ke kantor, aku menghembuskan nafas besar dari mulutku melihat tidak ada jawaban apapun dari eomma dan appa sejak kemarin. Aku berakhir menginap di flat Seo Rin dan meminjam bajunya untuk bekerja hari ini. Melihat tidak ada kabar dari keluargaku, membuatku menyimpulkan aku akan menginap di flat Seo Rin lagi untuk malam ini. Seo Rin yang sejak kemarin selalu mengecek ponselnya, menunjukkan ekspresi yang sama denganku, ia kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas sambil menghela nafas panjang. Aku mengerutkan dahiku curiga

"siapa yang kau nantikan sejak kemarin? Kau terlihat mencurigakan" godaku jahil.

Seo Rin menghembuskan nafas panjangnya "entahlah, dia menghilang begitu saja bagaikan udara" sahutnya pasrah.

Aku tertawa kecil mendengar nada pasrahnya yang sangat menyedihkan, kami berjalan berdampingan keluar dari stasiun kereta bawah tanah sambil menikmati udara pagi, dan suasana kota yang sibuk. Sampai di depan gedung kantor yang menjulang tinggi, aku terdiam menatap gedung di hadapanku lekat - lekat, lalu menarik nafas dalam dan menghembusaknnya dari mulut cepat. Aku menoleh ke arah Seo Rin yang menungguku dan kembali melangkahkan kakiku yakin masuk ke dalam kantor.

Semua anggota tim langsung menyambut kami dengan ceria, seakan mereka telah menunggu kedatangan kami. Aku duduk di mejaku dengan senyum lebar dan teman - temanku juga duduk menunggu Hyun Soo yang masih belum datang. Tak lama, Hyun Soo datang dengan jas rapi di ikuti oleh sekertaris Min dan Do Hwan -ssi di sampingnya. Suasana hatinya telihat sangat bagus pagi ini, ia menunduk kecil kepada siapapun yang menyapanya sopan sambil melemparkan senyum terbaiknya pada mereka. Kami berdiri dan membungkukkan badan sopan menyambut kedatangannya. Langkah Hyun Soo terhenti menatapku sejenak membuat mata kami bertemu, senyumnya semakin mengembang melihaku, dan ia langsung mengalihkan pandangannya masuk ke dalam ruangannya. Sekertaris Min dan Do Hwan -ssi mengikutinya ke dalam ruangan santai, tak lama sekertaris Min keluar dari ruangan Hyun Soo melemparkan senyum kecil padaku

"tuan memanggil anda" sahutnya sopan.

Mendengar itu, aku menunduk kecil lalu beranjak dari kursiku menuju ruangan Hyun Soo. Aku mengetuk pintu ruangannya pelan, menunggu suara Hyun Soo yang mempersilahkanku masuk. Setelah mendengar suaranya, aku masuk dengan sopan, dan menutup pintu ruangannya cepat. Setelah pintu tertutup rapat, sikapku berubah 180 derajat, aku berlari kecil ke arah Hyun Soo

"wae?" tanyaku tanpa basa - basi

Hyun Soo menyerahkan setumpuk kertas padaku "ini untuk beberapa hari ke depan, pelajarilah, dan beri tahu timmu" jelasnya santai.

Aku menerima tumpukan kertas itu sambil mengangguk kecil, aku membacanya sekilas lalu mengalihkan pandanganku kembali pada Hyun Soo "ada lagi?" tanyaku. Hyun Soo tersenyum dan menggeleng kecil. Melihat gelengan itu, aku menyunggingkan senyumku langsung membalikkan badanku cepat meninggalkan ruangan. Melihat keakraban kami, Do Hwan -ssi mengerutkan dahinya menatap Hyun Soo curiga

"suasana yang aneh.." sahutnya.

Hyun Soo mengarahkan pandangannya pada lembaran kertas di hadapannya "apanya yang aneh?" sahutnya acuh,

"aku ramal kalian akan bertengkar sembentar lagi" goda Do Hwan -ssi jahil.

Hyun Soo mengangkat kepalanya dengan ekspresi kesal cepat, ia mengulung beberapa lembar kertas di tangannya, lalu mengangkat tangannya hendak memukul lengan Do Hwan -ssi dengan gulungan itu kesal. Do Hwan -ssi hanya tertawa puas sambil mengangkat kedua tangannya, setelah candaan ringan mereka kembali fokus pada urusan pekerjaan. Do Hwan -ssi tampak teringat sesuatu, langsung menyikut lengan Hyun Soo

"hey, Soo -yah, tentang skandal kemarin.." buka Do Hwan -ssi terhenti.

Hyun Soo langsung menepuk tangannya teringat akan kejadian kemarin, ia menoleh cepat menatap managernya "apa yang terjadi? Kenapa tiba - tiba berita aneh itu tersebar?" tanyanya cepat menyela perkataan Do Hwan -ssi.

Mendengar pertanyaan itu, Do Hwan -ssi memiringkan kepalanya bingung, ia mengangkat kedua tangannya ke udara "aku tidak tahu apa - apa, makanya aku ingin bertanya, dan mendengar penjelasanmu" sahutnya membela diri. Hyun Soo semakin bingung setelah mendengar pernyataan managernya barusan, ia mengerutkan alisnya

"jika Hyung tidak tahu, lalu siapa yang menyebarkan berita itu tiba - tiba?" tanyanya penasaran.

Do Hwan -ssi mencondongkan kepalanya mendekat ke arah Hyun Soo "apa ayahmu tahu kau membawanya kerumah?" bisiknya.

Hyun Soo menarik dirinya menajuh "eeyy.. tidak mungkin" tepisnya remeh. Mendengar jawaban Hyun Soo itu, Do Hwan -ssi mengangguk percaya sambil menegakkan kembali tubuhnya. Namun bisa di lihat dari raut wajahnya jika Do Hwan -ssi masih mencurigai Bae daepyonim, ia menoleh ke arah Hyun Soo sejenak melemparkan tawa garinya, kembali memfokuskan pikirannya pada tumpukkan kertas di hadapannya.

Setelah jam makan siang berlalu, aku mengamati ruangan Hyun Soo cemas mengetahui ia tidak keluar untuk makan siang. Aku mengeluarkan ponselku dari saku celana, mengetik pesan untuknya

"apa kau tidak lapar?" ketikku cepat sambil sesekali mencuri pandangan ke arah ruangan Hyun Soo.

Aku menunggu jawaban darinya sambil terus menatap penuh harap ke arah ruangannya, tak lama Do Hwan -ssi keluar dari ruangan Hyun Soo membawa tasnya, dan melambaikan tangannya santai. Hyun Soo ikut melambaikan tangannya sejenak, setelah Do Hwan -ssi pergi, ia menoleh ke arahku "belikan aku makanan" sahutnya santai. Aku menunduk sopan "baik tuan" jawabku dan langsung beranjak dari mejaku membawa jaketku.

Tak lama aku kembali dengan kantong besar berisi makanan untuk Hyun Soo, aku mengetuk pintu ruangannya sopan, lalu masuk setelah mendengar suaranya dari dalam. Aku menutup pintu pelan lalu berlari kecil menghampirinya. Terlihat kertas berserakan di hadapannya dan masih ada beberapa tumpuk yang tertata rapi di pinggir mejanya. Aku menggelengkan kepalaku tercengang melihat betapa banyak pekerjaannya, melihat eskpresiku Hyun Soo tertawa kecil

"wae?" tanyanya santai

"aku heran kenapa kau bisa bertahan dalam neraka ini.." timpalku bergurau.

Hyun Soo tertawa kecil dan menghembuskan nafas panjang "entahlah.." jawabnya sambil menyenderkan tubuhnya santai. Aku mengangkat kantong yang ku bawa, senyumku melebar memberinya tanda untuk makan saat itu juga. Hyun Soo berdiri pasrah dari kursinya mengikuti keinginanku untuk makan. Kami duduk di sofa depan meja kerjanya santai, aku mulai mengeluarkan semua makanan yang ku beli untuknya, mulai dari nasi, sayur, lauk, air dingin, kopi, cemilan, hingga buah, semuanya ku beli begitu saja tanpa berfikir panjang. Hyun Soo tertawa kecil melihat tumpukan makanan di hadapannya lalu melirikku geli, aku memutar mataku cepat, dan melemparkan tawa garing. Aku kembali menatapnya

"kau bisa menyimpanya untuk jaga - jaga" usulku cepat.

Hyun Soo tertawa kecil mendengar pembelaan diriku barusan, matanya mulai menjelajahi satu - persatu tumpukan makanan di hadapannya, lalu menghembuskan nafas kecil. Ia meraih kotak nasi dan mulai memakannya. Senyum puasku melebar melihatnya makan dengan lahap, setelah ia selesai makan, aku membereskan mejanya sambil bertanya

"apa ada lagi yang kau perlukan?" tanyaku.

Hyun Soo menggeleng santai sambil menyunggingkan senyum miringnya. Aku ikut melemparkan senyumku padanya "kalau begitu aku keluar dulu" kataku santai, lalu membalikkan badanku. Langkahku terhenti merasakan tangan Hyun Soo yang menggengam lenganku, aku menatap tangannya sejenak, lalu mengalihkan pandangaku ke wajahnya menaikkan alisku ringan. Hyun Soo tampak bingung memutar otaknya mencari alasannya menahanku. Aku memiringkan kepalaku "wae? Kau butuh sesuatu?" desakku santai. Hyun Soo melemparkan tawa garinya, membuka mulutnya kaku

"aku.. aku.." bukanya bingung, ia teringat akan suatu hal, dan menjadikannya alasan "aku butuh pendapatmu" sahutnya lega lalu menarik lenganku cepat ke mejanya.

Aku hanya pasrah mengikutinya penasaran, apa yang ingin dia tanyakan padaku. Hyun Soo mengambil salah satu tumpukan kertas di pinggir mejanya, ia menyodorkan beberapa lembar kertas itu padaku "coba lihat ini" perintahnya santai sambil melepaskan gengamannya. Aku membalik lembaran kertas yang di sodorkannya itu, mulai melihat beberapa gambar pose model dengan konsep yang beragam. Mataku melebar tertarik, semakin antusisas melihat halaman - halaman lainnya. Aku tersenyum kecil dan mengangkat kepalaku

"apa pendapat yang kau inginkan?" tanyaku

"kau suka konsep yang mana untuk pemotretanku besok lusa?" tanyanya santai.

Aku membuka mulutku hampa sambil mengangguk paham, kembali mengarahkan pandanganku pada lembaran konsep di tanganku, aku membolak - balik ragu lembaran itu, sampai akhirnya aku menentukan pilihanku. Aku membalikkan lembaran kertas berisi konsep yang terlihat romantis namun gagah, langsung menujukannya pada Hyun Soo

"ini.. aku suka yang ini.." jawabku yakin.

Hyun Soo tertawa kecil melihat konsep yang ku tunjukkan, ia melirikku sejenak, lalu mengangguk kecil. Melihat lirikan itu aku mengerutkan keingku curiga

"wae?" tanyaku

"tidak, aku merasa lucu saja.. hyung juga ingin aku melakukan konsep konyol ini" jelasnya geli sambil menggeleng kecil.

Mataku melebar takjub "benarkah?" tanyaku, Hyun Soo mengangguk cepat sambil tertawa kecil merespon pertanyaanku. Aku kembali membalik lembaran konsep itu perlahan, gerakanku terhenti melihat salah satu contoh foto, dengan model wanita di dalamanya. Aku membalik lembaran konsep itu cepat, berpura - pura tidak melihat foto itu. Melihat tingkah anehku yang tiba - tiba itu, Hyun Soo menyipitkan matanya curiga

"ada apa?" tanyanya,

aku menggeleng cepat "tidak.. tidak ada apa - apa" tepisku cepat.

Hyun Soo menaikkan bahunya cuek, kembali pada kesibukannya. Aku berdeham kecil dan membuka mulutku

"Soo -yah" panggilku

Hyun Soo tidak menoleh sama sekali "hmm.." gumamnya santai, lalu menungguku mengatakan sesuatu

"kenapa kau menjadi model?" tanyaku penasaran.

Hyun Soo menghentikan pekerjaannya, mulai berfikir "entahlah, mungkin karena impiannya melihatku menjadi model" jelasnya tidak yakin. Aku kembali teringat akan wanita yang Hyun Soo sukai lalu mengangguk paham, suasana menjadi hening, dan aku mulai merasa canggung. Aku memaksakan senyumku "kalau tidak ada yang bisa aku lakukan lagi, aku keluar dulu, orang - orang akan curiga" sahutku cepat langsung membalikkan badanku.

"Eun Kyung Ji" panggil Hyun Soo,

aku menoleh kaku "ne.." jawabku.

Hyun Soo menghembuskan nafas kecil "aku tidak akan melakukannya" sahutnya tiba - tiba. Aku memiringkan kepalaku bingung "ne?" timpalku tidak mengerti, Hyun Soo mengangguk kecil "foto yang tadi kau lihat.." sahutnya terhenti. Ia menggaruk kecil hidungnya "aku tidak akan melakukannya" lanjutnya dengan senyum kecil. Entah mengapa mendengar perkataannya barusan, hatiku seakan - akan meledak. Senyum lebarku mengembang dan aku tidak bisa mengendalikan rasa bahagiaku. Aku kembali membalikkan badanku cepat, berjalan dengan langkah ringan meninggalkan ruangannya.

***