webnovel

Old Love

Hyun Soo pada Kyung Ji "Jika aku bisa bertemu denganmu lagi, aku akan melakukan apapun untuk menebus apa yang telah terjadi padamu waktu itu. Aku akan membuatmu tersenyum seperti saat aku tidak bisa melihat senyummu." Kyung Ji pada Hyun Soo "Aku menyukaimu, aku akan selalu memilihmu. Jika keadaan berjalan sesuai yang kuinginkan, aku tidak akan memilih untuk menguburmu dalam - dalam dari ingatanku."

Tarin_Swan · Teen
Not enough ratings
47 Chs

CHAPTER 24 KEBENARAN

Yoo Ki oppa mendorong kursi roda eomma pelan, sambil menikmati udara pagi yang sejuk di taman Gereja. Eomma menoleh kecil

"bagaimana keadaan Kyung Ji? Aku sangat merindukannya" tanya eomma

Yoo Ki oppa tersenyum kecil "dia luar biasa, aku sampai kesal menghadapinya" guraunya.

Mereka tertawa bersama sejenak, dan eomma kembali mengeluarkan rasa ingin tahunya "apa dia punya pacar?" tanya eomma santai, membuat Yoo Ki oppa menghembuskan nafas kecil mendnegar pertanyaan itu. Eomma menoleh cepat "ada apa dengan hembusan nafas itu?" sahut eomma curiga. Yoo Ki oppa melepaskan tawa kecilnya yang sejak tadi ia tahan, ia menggeleng kecil

"aniyo.." tepisnya

"Yoo Ki -ah, ceritakan pada imo, apa terjadi sesuatu?" minta eomma penasaran.

Yoo Ki oppa mengentikan kursi roda eomma di bawah pohon besar, ia memastikan kursi roda eomma berhenti sempurna, lalu menyenderkan tubuhnya santai pada batang pohon besar itu. Eomma menoleh menatap Yoo Ki oppa penasaran, menunggu Yoo Ki oppa memulai ceritanya. Yoo Ki oppa melirik jahil melihat bibinya yang sangat ingin tahu, ia menghembuskan nafas panjang, dan memulai ceritanya

"dia punya pacar, tapi sudah putus.." buka Yoo Ki oppa langsung menjatuhkan harapan eomma.

Kening eomma berkerut kecil "putus? Kenapa?" tanya eomma cepat semakin penasaran.

Yoo Ki oppa tertawa kecil melihat tingkah bibinya itu, ia menggeleng heran sambil berusaha mengendalikan tawanya. Eomma menopangkan sikunya condong ke arah Yoo Ki oppa, ia memasang ekspresi datar, agar Yoo Ki oppa memberi tahunya secepat mungkin. Tanpa berlama - lama lagi Yoo Ki oppa mulai bercerita

"terjadi kesalah pahaman antara mereka dengan Hyo Ra.."

"Hyo Ra? Moon Hyo Ra maksudmu?" tanya eomma menyela cerita Yoo Ki oppa.

Yoo Ki oppa mengangguk cepat "iya, apa imo tahu Moon Hyo Ra?" tanya Yoo Ki oppa kaget,

Eomma tertawa kecil "tentu saja" sahutnya yakin.

Eomma mengangkat tangannya hendak membisikan sesuatu, Yoo Ki oppa pun langsung berlutut mendenkatkan telinganya "kau dan Hyo Ra kan pacaran waktu itu" bisik eomma jahil. Yoo Ki oppa nenatap eomma kaget

"imo, bagaimana imo bisa..?" sahutnya kehabisan kata - kata, membuat eomma tertawa lepas melihat rekasi Yoo Ki oppa yang terlihat malu.

Setelah gurauan singkat itu, mereka kembali menyusuri taman Gereja, eomma menoleh kecil lagi menatap Yoo Ki oppa di belakangnya "Yoo Ki -ah.." panggil eomma lembut. Mendengar eomma memanggilnya, Yoo Ki oppa menunduk kecil "ne, imo" jawabnya santai. Eomma tersenyum kecil dan membuka mulutnya

"tentang mantan pacar Kyung Ji.." buka eomma ragu.

Yoo Ki oppa mengangkat kecil alisnya sambil mengangguk pelan "ne.. ada apa dengan mantannya?"

eomma menghembuskan nafas kecil "apa.. pria itu, pria yang aku temui disini tiga tahun lalu? Apa pria itu buta?" tanya eomma ragu.

Mendengar perkataan bibinya, Yoo Ki oppa menghentikan langkahnya kaget. Ia langsung berjalan ke hadapan eomma, lalu berlutut menatap eomma lurus. Ekspresi eomma berubah perlahan melihat tingkah keponakannya itu, eomma pun langsung merasakan ada yang tidak beres kali ini

"ada apa? Apa terjadi sesuatu?" tanya eomma cemas,

Ekspresi Yoo Ki oppa terlihat sangat tegang "imo, pernah bertemu dengannya?" tanya Yoo Ki oppa hati - hati.

Eomma memutar matanya bingung dan mengangguk kecil. Ia tidak mengerti mengapa Yoo Ki oppa menjadi tegang seperti ini. Eomma mengedipkan matanya beberapa kali, lalu membuka mulutnya

"aku bertemu dengannya, aku juga masih ingat namanya, Bae Hyun Soo" jelas eomma yakin,

"imo, maafkan kelancanganku, tapi apa aku boleh tahu alasan imo bercerai dengan samchon?" tanya Yoo Ki oppa hati - hati.

Eomma tersenyum kecil sambil menyampirkan rambutnya yang beterbangan tertip angin, eomma menundukkan kepalanya pelan "samchon.. dia mencintai wanita lain" jawab eomma lembut. Yoo Ki oppa melebarkan matanya kaget, otaknya mulai merangkai kaitan kejadian yang ia ketahui, dan akhirnya terhenti pada satu jawaban. Benar, jawaban itu adalah kedua orang tua Hyun Soo. Yoo Ki oppa menoleh kaku menatap eomma

"lalu kenapa imo meninggalkan Kyung Ji begitu saja?" tanya Yoo Ki oppa hati - hati.

Mendengar pertanyaan Yoo Ki oppa, eomma menoleh cepat menatapnya serius, eomma yang tidak menerima pertanyaan itu langsung membantahnya putus asa

"Yoo Ki -ah, imo tidak pernah meninggalkan Kyung Ji, seseorang memberikan laporan kematian Kyung Ji, saat imo masih di rumah sakit akibat kebakaran itu" jelas eomma.

Kening Yoo Ki oppa semakin berkerut dalam "seseorang memberikan laporan kematian pada imo, dan seseorang lagi memberikan surat pada Kyung Ji" gumam Yoo Ki oppa curiga.

Eomma yang mendengar gumaman itu, langsung mencengkram tangan Yoo Ki oppa cepat meminta penjelasan "apa katamu?" tanya eomma ingin tahu. Yoo Ki oppa memutar matanya kebingungan, nafas eomma mulai tercekat, dan air mata mulai berjatuhan membasahi pipinya. Yoo Ki oppa mengusap air mata eomma lembut, sambil menyunggingkan senyum terbaiknya, ia menggengam erat tangan eomma

"aku berjanji pada imo" timpalnya cepat "tenanglah aku, eomma, dan appa akan membantu imo memperbaiki semuanya" janji Yoo Ki oppa yakin.

Mendengar janji Yoo Ki oppa, eomma memaksakan senyum kecil, meskipun air mata tidak berhenti mengalir keluar membasahi pipinya.

000

Aku berjalan santai berdampingan dengan Seo Rin sambil mengobrol kecil. Tiba - tiba dering ponselku terdengar membuatku menghentikan langkahku, mengeluarkan ponselku cepat dari dalam tas. Senyum kecilku mengembang dan aku langsung menangkat telfon yang masuk

"eomma, kemana kalian pergi meninggalakanku sebatang kara?" keluhku langsung tanpa basa - basi.

Eomma tersenyum kecil "maafkan kami sayang, eomma pikir kau akan lama mengawal atasanmu" sahut eomma merasa bersalah.

Aku menghembuskan nafas panjang sambil kembali berjalan bersama Seo Rin, aku memaksakan senyumku "ya sudahlah, tidak apa, kemana kalian pergi?" tanyaku santai. Suara angin terdengar dari seberang telfon, aku mengerutkan dahiku menunggu eomma mengatakan sesuatu. Eomma hanya terus diam, membuatku semakin pernasaran

"apa aku tidak boleh tahu?" tanyaku

"tidak.. tidak.." tepis eomma cepat, "kami pergi ke Busan sembentar" jawabnya.

Aku semakin curiga mendengar eomma dan appa sering pergi ke Busan akhir - akhir ini. Aku berdeham kecil "oppa juga?" tanyaku, eomma kembali diam sejenak

"Yoo Ki pergi Sokcho beberapa hari, apa dia tidak bilang padamu?" tanya eomma terdengar gugup

"tidak.. oppa tidak mengatakan apapun.." jawabku menahan rasa curigaku.

Eomma tertawa garing memecah suasana canggung antara kami, "padahal eomma sudah mengingatkan Yoo Ki untuk memberi tahumu" timpal eomma di sela tawanya yang aneh.

Aku menghembuskan nafas kecilku, terdiam mendengar suara eomma yang semakin mencurigakan. Aku akhirnya pasrah, memutuskan bersikap seolah - olah tidak meraksan apapun yang aneh. Eomma yang mendengar hembusan nafasku dari seberang telfon, hanya terus diam menungguku berbicara duluan. Aku pun membuka mulutku cepat

"entahlah.. oppa tidak bilang apapun padaku.." kataku datar

"begitu rupanya, eomma akan memarahinya nanti" gurau eomma ringan.

Tawaku pecah mendengar gurauan itu, kami tertawa bersana sejenak, setelah percakapan ringan kami eomma pun mengakhiri pembicaraan kami, dan mematikan sambungan telfonnya duluan. Aku menurunkan tanganku dari telinga sambil menghembuskan nafas besarku, Seo Rin yang melihat perubahan tingkahku yang drastis itu menjadi bingung. Ia sedikit memiringkan kepalanya

"nugu?" tanyanya

"eomma.." jawabku lesu,

Seo Rin hanya diam sambil mengusap pelan lenganku memeberi semangat. Aku tersenyum kecil ke arahnya sambil terus berjalan sampai ke flat Seo Rin, dering pelan terdengar dari kantong celana Seo Rin. Ia mengeluarkan ponselnya, langsung tersenyung cerah menatap nama yang tertera di layar. Aku menyipitkan mataku, langsung berusaha mengintip ponsel Seo Rin cepat, ia yang tampak membaca gerakanku, dan menutupi ponselnya cepat. Aku mencibirkan bibirku sambil meliriknya sinis, Seo Rin menjulurkan lidahnya jahil sejenak, lalu kembali menatap ponselnya senang. Pesan itu dari Yoo Ki oppa

Dari: Yoon seonsaeng

Seo Rin -ssi, apa yang kau lakukan sekarang?

Seo Rin tersenyum sendiri melihat pesan itu, ia menggerakkan jarinya mengetikkan sesuatu, dan menghembuskan nafas lega setelah mengirim pesannya. Aku tertawa tidak percaya melihat tingkah tak biasa itu "aigoo.. lihatlah dirimu" hinaku terganggu, Seo Rin yang tidak terima menoleh cepat

"jika kau iri, hubungi tuan Hyun Soo sana" tuduhnya licik.

Aku mengulurkan tanganku "aigoo.." kataku sambil mencubit keras pipinya.

Seo Rin menepis tanganku santai dengan wajah datar, ia bersikap biasa saja seolah tidak merasakan sakit sedikitpun. Seo Rin menatapku sinis lalu membalikkan badannya meninggalkanku, langkahnya terhenti melihat wanita berambut pendek, dengan paiakan ketat yang terlihat mahal. Aku melihat wanita yang sama dengan Seo Rin, memiringkan kepalaku

"Moon.. Hyo Ra..?" panggilku ragu.

Wanita itu menoleh mendengarku memanggil namanya, membuat Seo Rin juga ikut menoleh ke arahku kaget

"kau mengenalnya?" bisik Seo Rin,

"ya, musuh lama" jawabku cepat, dan langsung berjalan mendekati Hyo Ra.

Hyo Ra tampak biasa saja melihatku, ia malah melipat kedua tangannya angkuh di depan dada. Aku berhenti di hadapannya, menghembuskan nafas kecil sebelum memulai pembicaraan, kami saling menatap

"apa yang kau lakukan disini?" tanyaku tanpa basa - basi

"mencarimu.." jawabnya santai.

Entah ini perasaanku saja atau memang benar, tapi aku merasa cara bicara Hyo Ra, dan caranya menatapku berbeda sekarang. Ia menatapku seperti, menatap seorang teman, dan itu aneh bagiku. Aku memutar mataku sambil menghembuskan nafas kecil

"katakan" sahutku cepat,

"masuklah, kita bicara ditempat lain" timpalnya sambil berjalan menunju mobilnya yang terparkir tak jauh dari flat Seo Rin.

Aku memijat keningku sambil menoleh kecil menatap Seo Rin, ia malah menggerakkan dagunya menyuruhku pergi mengikuti Hyo Ra. Aku memutar mataku kesal sambil menggeleng kecil, melihat gelenganku, Seo Rin malah melotot, dan menggerakkan dagunya sekali lagi menyuruhku pergi. Aku mendongak kesal 'wah.. jinjja..' omelku dalam hati, aku melirik sinis Seo Rin sambil melangkahkan kakiku kesal.

000

Seo Rin berjalan keluar dari kamar mandi santai sambil membasuh wajahnya pelan dengan handuk, ia menggantung handuknya santai, lalu melemparkan diri lega ke atas tempat tidurnya. Ia kembali teringat akan kejadian tadi "bagaimana Kyung Ji bisa mengenal Moon Hyo Ra?" gumamnya curiga. Seo Rin memutar otaknya keras, sambil mencari kaitan antara aku dan Hyo Ra, ia melebarkan matanya teringat akan sesuatu sambil menepuk tangannya

"ahh.." sahutnya teringat "tuan Hyun Soo dan Moon Hyo Ra kan di kabarkan akan menikah.. ahh.. mungkin Moon Hyo Ra tidak terima akan kehadiran Kyung Ji" simpulnya.

Seo Rin mengganguk kecil "pasti karena itu" gumamnya yakin. Ia langsung berdiri, mengacak - acak tempat tidur mencari ponselnya yang tergetak entah dimana. Setelah menemukan ponselnya, Seo Rin tampak mengetik sejenak, hendak mengirimkan pesan padaku. Geraknnya itu terhenti, melihat telfon masuk yang membuat senyum cerahnya kembali mengembang. Ia berdeham kecil lalu mengetuk cepat ponselnya

"hallo" sapanya dengan hati berbunga - bunga

"hallo" sahut Yoo Ki oppa dari seberang telfon.

Seo Rin menahan tawa bahagianya sambil mengepalkan tangan kuat, lalu menghembuskan nafas kecil. Terdengar tawa kecil Yoo Ki oppa dari seberang telfon

"Seo Rin -ssi mwohae?" tanyanya santai,

"aku.. baru pulang kerja dan baru saja selesai mandi, Yoon seonsaeng sediri sedang apa?" tanya Seo Rin tak bisa berhenti tersenyum.

Yoo Ki oppa terdegar menjauhkan ponselnya hening sejenak, tak lama ia tertawa kecil "Seo Rin -ssi.." panggilya, ekspersi Seo Rin terlihat bingung "ada apa?" tanyanya. Yoo Ki oppa menghela nafas kecil sejenak "nyalakan kameramu" timpalnya.

Seo Rin sedikit memiringkan kepalanya "ne?" tanyanya bingung,

"nyalakan kameramu, cepat" timpal Yoo Ki oppa mendesak Seo Rin.

Seo Rin mengedipkan matanya cepat, "ne? Ooo.. ne.." sahutnya gugup dan langsung menjauhkan ponselnya dari telinga, menyalakan video call. Senyum Yoo Ki oppa semakin mengembang melihat wajah Seo Rin muncul di layar ponselnya, ia melambaikan tangannya santai

"apa kau bisa melihatku?" tanya Yoo Ki oppa.

Tawa Seo Rin pecah melihat tingkah kekananakan dokter di dalam layar ponselnya itu, ia menggangguk cepat "ya, aku bisa melihat Yoon seonsaeng" jawabnya santai di sela tawanya. Yoo Ki oppa tampak menginguk ke belakang Seo Rin berusaha melihat seperti apa isi flatnya, namun Seo Rin malah berusaha menutupi pandangan Yoo Ki oppa, karena flatnya yang berantakan bagai kapal pecah. Yoo Ki oppa kembali tertawa kecil, ia menggeleng heran pada Seo Rin lalu mengarahkan kameranya ke pemandangan di belakangnya. Ia menatap lembut ke arah Seo Rin

"aku sedang di Busan" katanya tiba - tiba,

"Busan? Apa Yoon seonsaeng di pindahkan?" tanya Seo Rin kaget.

Yoo Ki oppa menggeleng kecil "tidak, aku hanya mengunjungi bibiku" jawabnya santai.

Mereka mengobrol panjang sambil saling melempar canda, tiba - tiba seorang wanita dengan kursi roda datang dari belakangnya "Yoo Ki -ah, waktunya makan malam" panggil wanita itu lembut. Yoo Ki oppa menoleh kaget, menurunkan ponselnya canggung, dan membalikkan badannya menghadap eomma

"aku akan segera ke ruang makan" sahut Yoo Ki oppa santai.

Meskipun Yoo Ki oppa menurunkan ponselnya, Seo Rin masih bisa melihat wajah eomma dengan jelas. Ia mengamati wajah eomma baik - baik, dengan kening berkerut 'wanita ini mirip seseorang' katanya dalam hati. Tiba - tiba Yoo Ki oppa kembali mengangkat ponselnya, langsung menjauh kaget melihat wajah Seo Rin yang sangat dekat dengan kamera, Yoo Ki oppa tertawa geli

"apa yang kau lakukan?" tanyanya santai.

Seo Rin menjauhkan wajahnya malu "tidak, tidak ada.." tepisnya cepat.

Yoo Ki oppa menggeleng heran mendengar jawaban Seo Rin, ia menoleh kecil kebelakang, dan mengigit bibir bawahnya sejenak

"apa kau sudah makan?" tanyanya,

"belum, aku masih ingin berguling - guling di kasur sejenak" timpalnya santai.

Yoo Ki oppa tetawa kecil "dasar malas.." hinanya langsung,

"aku memang malas" sambung Seo Rin cepat.

Mereka kembali tertawa bersama dan Seo Rin berdeham kecil setelahnya. Yoo Ki oppa terdiam menatap Seo Rin, ia menyunggingkan senyum miring tapannya "makanlah, karena aku juga ingin makan sekarang" guraunya merusak suasana romantis. Seo Rin menghembuskan nafas besarnya

"annyeonghi gasibsio" sahutnya sopan sambil berpura - pura hendak menutup telfonnya,

"hey, aku hanya bercanda" tahan Yoo Ki oppa panik.

Seo Rin tertawa lepas melihat rekasi Yoo Ki oppa, ia tidak menyangka Yoo Ki oppa akan termakan oleh trik kuno itu. Yoo Ki oppa tersenyum kecil melihat tawa Seo Rin, ia menunduk kecil "sudah jangan tertawa terus" katanya terlihat malu, Seo Rin berusaha mengendalikan tawanya itu sambil menghela nafas panjang. Mereka terus menatap satu sama lain dengan senyum cerah, Yoo Ki oppa menoleh kecil lagi sejenak "makanlah jangan sampai sakit" bukanya, "aku tidak ada di Seoul, jika kau ingin sakit tunggulah aku pulang ke Seoul dulu" lanjutnya penuh perasaan. Seo Rin merinding mendengar perkataan Yoo Ki oppa barusan, ia tertawa geli dengan ekspresi aneh sambil mengusap tangan sebelahnya cepat. Yoo Ki oppa tertawa geli setelah itu

"aku tidak percaya aku mengatakan hal aneh seperti itu" sahut Yoo Ki oppa geli,

"aku tidak percaya aku mendengarkan hal aneh seperti itu" timpal Seo Rin menirukan nada suara Yoo Ki oppa.

Mereka saling melempar senyum paling manis mereka sejenak, Yoo Ki oppa melambaikan tangan pada Seo Rin, begitu pula sebaliknya. Setelah lambaian singkat itu, Seo Rin mematikan sambungan video callnya terlebih dahulu. Ia menghembuskan nafas lega, kembali tersenyum sambil mengusap kecil layar ponselnya.

000

Aku duduk menopang sikuku di atas meja melihat keluar jendela, Hyo Ra sejak tadi menyesap tehnya santai terlihat gelisah menantikan kedatangan seseorang. Aku menghembsukan nafas kesal, sambil melihat jamku yang menunjukkan pukul 10 lebih 20 menit, itu tandanya kami sudah duduk diam di cafe ini selama 15 menit. Aku sudah tak sanggup menahan rasa lelahku, langsung berdiri dengan wajah datar "aku pulang" kataku datar hendak melangkahkan kakiku. Hyo Ra ikut berdiri cepat menahan lenganku

"hey.. hey.. tunggu dulu, tunggu sembentar lagi" mintanya,

aku memutar mataku kesal sambil menghembsukan nafas besar dari mulutku. Aku meletakkan kedua tanganku di pinggang lalu kembali menatap Hyo Ra sinis

"hey Moon Hyo Ra, apa yang sebenarnya ingin kau katakan?" bukaku mengomel, aku melirik jamku "aku sudah duduk 15 menit di hadapanmu, kau hanya duduk diam meminum tehmu bagaikan patung berlian, kau pikir aku tertarik melihatmu? Tidak sama sekali" lanjutku menekan kesal.

Aku menghembuskan nafas panjang sambil menunduk sambil memijat kecil dahiku, setelah meluapkan kekesalanku pada Hyo Ra. Aku kembali mengangkat kepalaku sambil menyisir rambut panjangku ke belakang dengan tangan sebelah, kembali menatap Hyo Ra lurus "aku lelah, bisakah kau katakan apa yang ingin kau katakan sekarang?" mintaku terpaksa. Hyo Ra mengulurkan tangannya mencengkram kedua bahuku, lalu mendorongku kembali ke tempat dudukku semula. Kakiku hanya mengikuti arahannya dan duduk di sofa kecil sambil melipat tanganku di depan dada. Hyo Ra terlihat menelfon seseorang sejenak lalu menyandarkan tubuhnya ke sofa santai, aku menggeleng kecil, dan menoleh keluar jendela tidak peduli. Tak lama, seorang pria datang menghampiri meja kami, duduk di samping Hyo Ra berhadapan langsung denganku. Aku kembali menghembuskan nafas berat untuk kesekian kalinya, menoleh menatap pria itu

"sekarang apa lagi ini?" keluhku melirik dua orang di hadapanku bergantian.

Si Hwan oppa berdeham kecil, ia melirik Hyo Ra canggung, menyikut kecil lengan Hyo Ra. Melihat gerakan mencurigakan itu, aku mulai mencium bau persengkokolan antara mereka. Aku mengerutkan dahiku curiga

"ada apa dengan gerakan mencurigakan itu? Apa yang kalian rencanakan kali ini?" tuduhku curiga.

Hyo Ra pun membuka mulutnya cepat menjawab pertanyaanku duluan, ia membenarkan posisi duduknya "aku sudah tahu kau adik Yoo Ki oppa, maaf aku salah paham padamu" sahutnya mengaku. Aku memutar mata canggung "oh.. lalu?" tanyaku santai. Hyo Ra tampak tercengang melihat responku barusan, ia memutar matanya bingung "mak- maksudku.. hmm.." jawabnya bingung. Ia terlihat menggaruk kecil kepalanya, melihat tingkahnya itu membuatku semakin curiga, aku terus menatapnya lurus menunggu Hyo Ra menyampaikan maksdunya yang sebenarnya. Hyo Ra tersenyum canggung

"aku ingin kembali bersama Yoo Ki oppa.." bukanya gugup,

aku menghembuskan nafas tidak percaya dari mulutku mendengar pengakuannya barusan, aku menatapnya dengan wajah datar "aigoo.." sahutku tidak percaya. Aku menggelengkan kepalaku heran, sambil mengulurkan tanganku meraih gelas teh di hadapanku. Saat aku hendak menyesap tehku, tanpa sengaja mataku bertemu dengan mata Si Hwan oppa. Aku mengalihkan tatpanku pada Hyo Ra

"lalu kenapa kau menunggunya untuk mengatakan hal ini padaku?" tanyaku cepat, lalu menyesap tehku santai

"karna aku ingin kembali denganmu" jawab Si Hwan oppa cepat.

Aku langsung tersedak mendengar jawaban itu. Aku meletakkan gelasku cepat ke atas meja, mengulurkan tangan mengambil tissue, menutupi mulutku sambil terbatuk kecil. Aku melirik Si Hwan oppa sinis "mwo?" tanyaku tidak percaya. Melihat lirikan sinisku, eskpresi Si Hwan oppa sama sekali tidak berubah. Ekspresinya sangat serius, tidak ada tanda yang menunjukkan bahwa ia bermain - main denganku sekarang, aku pun menggeleng kecil mengalihkan tatapanku darinya. Aku membasuh bibirku cepat dengan tissue di tanganku, lalu melempar kecil tissue itu ke atas meja. Aku menggeleng sekali lagi, lalu berdiri dari kursiku meninggalkan Hyo Ra dan Si Hwan oppa begitu saja.

Langkahku terhenti dan tubuhku membeku, mataku melebar kaget, bibirku juga bergetar hebat. Hyo Ra berdiri hendak menahanku, namun gerakannya terhenti kaget melihat Hyun Soo yang menatapku dengan ekspresi sangat marah. Melihat Hyo Ra yang terdiam mematung di tepatnya, membuat Si Hwan oppa menoleh kecil kebelakang. Matanya bertemu dengan mata Hyun Soo, membuat Hyun Soo tertawa menghina di hadapanku. Mata sinis Hyun Soo menatapku dan Si Hwan oppa bergantian sejenak, lalu ia mengalihkan tatapannya pada Hyo Ra

"kita bicara besok" tekannya kesal.

Matanya kembali menatap sinis ke arahku dan tangannya langsung mencengram lenganku, menarikku keluar dari cafe. Aku mengikutinya sambil meringis kesakitan, merasakan cengkramannya yang kuat di lenganku. Aku mencengkram lengannya berusaha melepaskan lenganku, meskipun aku tahu usahaku itu sia - sia. Ia terus berjalan tanpa mempedulikanku sampai kami sudah sangat jauh dari cafe itu, Hyun Soo menghentikan langkahnya, langsung melepaskan tanganku kasar, dan berbalik menatapku

"apa yang kau lakukan sekarang? Kau bilang kau tidak menyukainya?" ungkapnya kesal.

Aku sibuk memeriksa lenganku yang merah akibat cengkramannya, aku menoleh sinis ke arahnya dan mengangkat tanganku hendak memukulnya. Ia menahan tangganku cepat dan menarikku mendekat,

"jawab aku!" perintahnya menekan lalu melepaskan tanganku kasar.

Aku terdorong mundur beberapa langkah akibat perbuatan kasarnya itu, aku menyisir rambutku ke belakang cepat, sambil menghembuskan nafas kesal. Hyun Soo menghembsukan nafas besarnya, mulai tersadar akan perbuatannya barusan, tatapannya melunak, dan ia mengusap kecil hidungnya kebingungan. Aku menoleh cepat dengan emosiku yang meledak

"kau pikir aku mau kembali dengannya? Aku juga tidak tahu ia akan mengatakan hal gila itu, kenapa kau selalu menuduhku tanpa mendengarkan penjelasanku?" sahutku menekan.

Hyun Soo mengehmbuskan nafas tidak percaya mendengar pembelaan diriku "kau tidak tahu? Apa kau tidak curiga saat dia mengajakmu bertemu seperti itu?" tepisnya,

"lihatlah.. kau selalu menuduhku tanpa mendengarkan penjelasanku" timpalku remeh.

Hyun Soo mengusap belakang kepalanya menahan emosinya "aku tidak menuduhmu" bantahnya membela diri,

aku menghembsukan nafas tidak percaya dari mulutku sambil menggeleng heran "lalu apa? mencurigaiku? Mencari - cari kesalahanku?" sahutku semkain emosi.

Hyun Soo menghentakkan kakinya kesal sambil memutar tubuhnya, ia mengacak - acak rambutnya kesal tidak tahu harus berkata apa. Aku menghembsukan nafas panjang dari mulutku "geumanhaja" sahutku pasrah. Aku melemparkan tatapan kesal ke arahnya sejenak, lalu berjalan melewatinya begitu saja.

***