webnovel

Old Love

Hyun Soo pada Kyung Ji "Jika aku bisa bertemu denganmu lagi, aku akan melakukan apapun untuk menebus apa yang telah terjadi padamu waktu itu. Aku akan membuatmu tersenyum seperti saat aku tidak bisa melihat senyummu." Kyung Ji pada Hyun Soo "Aku menyukaimu, aku akan selalu memilihmu. Jika keadaan berjalan sesuai yang kuinginkan, aku tidak akan memilih untuk menguburmu dalam - dalam dari ingatanku."

Tarin_Swan · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
47 Chs

CHAPTER 20 CERITA MASA LALU

Seo Rin berlari secepat mungkin membawa segelas kopi di tangannya. Sejak aku bertengkar dengan Hyun Soo, aku memutuskan untuk tidak bekerja dan mengajukan surat pemutusan kontrak atas timku. Tentu saja ketidak hadiranku sangat menyiksa bagi Seo Rin, kami hanya berbicara lewat telfon dan ia menceritakan padaku keadaan Hyun Soo setiap harinya. Seo Rin juga membujukku untuk meminta maaf atau berbicara baik - baik dengan Hyun Soo, namun aku sudah tidak berniat melakukan itu lagi.

Aku menghabiskan hari santaiku sampai tiba - tiba pagi datang, membuatku menjadi incaran banyak orang. Gerombolan wartawan berdatangan ke Rumahku, menggangu kedamaianku akibat berita omong kosong yang tersebar luas di internet. Aku menutup laptopku kasar penuh emosi yang menggung di dalam hatiku, aku mengacak - acak rambutku kesal sambil berteriak keras meluapkan emosiku. Ponselku terus berdering, dari nomor yang ku kenal sampai nomor yang tidak ku kenal, aku membalik ponselku kasar, meremas rambutku kesal dengan semua yang ku alami ini. Eomma membuka pintu kamarku dengan koran di tangannya, menghembuskan nafas besar melihat keadaanku yang sangat tidak baik. Aku membaringkan kepalaku lemas di atas meja sambil membuka mulutku

"jika ini tentang skandal dengan Bae Hyun Soo katakan sekarang, aku siap menjawabnya" sahutku datar.

Eomma masuk menutup pintu kamarku pelan, lalu duduk di ujung kasurku, eomma menarik kecil tanganku menyuruhku duduk tegap menghadapnya. Saat aku selesai membenarkan posisiku, eomma menghembuskan nafas kecil, mulai membuka mulutnya

"kenapa kau pergi ke Rumahnya?" bukanya.

Aku melirik koran yang eomma bawa ke kamarku, membaca judul yang terpajang sangat besar, dan di cetak tebal berwarna merah

'PERJALANAN KE JEJU HINGGA TINGGAL SATU RUMAH, SIAPAKAH WANITA MISTERIUS INI?'

Aku mengusap wajahku kasar, tidak tahu apa yang harus aku katakan pada eomma kali ini. Aku terus melirik wajahku yang tercetak jelas di koran lesu 'haruskan aku operasi plastik?' tanyaku dalam hati. Eomma yang sejak tadi menunggu jawabanku kembali menanyakan pertanyaannya tadi

"Kyung Ji -ah, kenapa kau pergi ke Rumahnya?"

"aku bertemu dengan Si Hwan oppa dan Hyun Soo membawaku untuk menenangkan diriku" jelasku gugup

"apa benar kau tidak keluar dari sana sampai pagi?" tanya eomma menekan.

Aku menghenghela nafas panjang dan mengangguk pasrah. Bisa ku lihat dari wajah eomma bahwa ia sangat kecewa dan kesal padaku, namun eomma hanya diam sambil memijat kecil kepalanya. Tiba - tiba Yoo Ki oppa masuk begitu saja muali berceloteh jahil, "hey, miss selebriti, bagaima-" godanya terhenti canggung melihat eomma sedang duduk mematung di hadapanku. Aku melotot kesal sambil mengangkat kecil tinjuku ke udara melihat tingkah Yoo Ki oppa, sementara ia hanya diam memutar matanya canggung, lalu memutuskan kembali menutup pintu keluar dari kamarku. Suasana hening yang canggung kembali memenuhi kamarku

"tidak ada yang terjadi eomma percayalah" sahutku meyakinkan,

"Kyung Ji -ah, kenapa kau masih berhubungan dengannya? Dia selalu membuatmu dalam masalah, kenapa kau malah semakin dekat dengannya?" timpal eomma.

Aku menundukkan kepalaku "mianhae eomma.." jawabku lesu.

Dering panjang ponselku menggangu pembicaraan kami, aku menoleh ke arah meja dibelakangku, dan meraih ponselku yang berputar sendiri karena getarannya. Aku melihat nama yang tertera di layar dan mengerutkan keningku dalam. Aku langsung ketakutan melihat sekertaris ayah Hyun Soo yang menelfonku, aku menelan air liurku sejenak, dan mengetuk ponselku. Aku menempelkan ponselku ketelinga

"hallo.." sapaku,

"hallo apa benar ini nomor ponsel nona Eun Kyung Ji?" tanya sekertaris Min sopan.

Aku berdeham sejenak "ya, benar, apa ada yang bisa saya bantu?" tanyaku sopan.

Sekertaris Min pun mulai menjelaskan tujuannya menelfonku kali ini "tuan ingin bertemu dengan anda untuk membicarakan berita yang tersebar di media hari ini, apa anda punya waktu?" jelas sekertaris Min sopan. Aku menghembuskan nafas berat dari mulutku, sambil memijat keningku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku berusaha mengendalikan emosiku agar aku dapat bergikir dengan jernih, aku kembali teringat akan pertengkaran kami, dan membulatkan tekadku. Aku membuka mulutku yakin "aku tidak bisa, aku tidak mau bertemu dengan pria egois itu lagi, lagi pula aku sudah mengajukan pembatalan kontrak kerja, biarkan dia mengurusnya sendiri" timpalku yakin pada pendirianku. Sekertaris Min terdengar menghela nafas berat, suara nafasnya menunjukkan betapa tertekannya ia menghadpi sikap kekanakanku ini. Suasana menjadi sangat hening, tak lama aku menurunkan ponselku hendak menutup sambungan telfonnya, namun terdengar suara Hyun Soo dari seberang telfon

"mianhae.." sahutnya menahan gerakanku.

Mendengar suara Hyun Soo, aku melebarkan mataku kaget, kembali menempelkan ponselku ke telinga cepat. Aku mendengar suara nafas kecil dari telfon, namuan suara Hyun Soo tidak terdengar lagi. Aku memtuar mataku bingung 'apa aku salah?' tanyaku dalam hati, aku terus diam menunggu seseorang berbicara dari seberang telfon, namun tidak ada suara apapun dari sana. Aku kembali menurunkan tanganku perlahan, dan kali ini aku benar - benar memutus sambungan telfonnya.

000

Hyun Soo menurunkan tangannya perlahan dari telinga sambil menunduk lesu, ia mematap kosong ke arah ponsel sekertaris Min, dan meyunggingkan senyum pahit. Sekertaris Min mengambil kembali ponselnya sambil mengusap punggung Hyun Soo halus, berusaha memberinya semangat. Pintu kamarnya terbuka tiba - tiba, menunjukkan seseorang sangat ia kenal masuk begitu saja. Melihat siapa yang datang, sekertaris Min kembali berdiri tegap menjauh dari Hyun Soo, lalu membungkukan badan "selamat pagi, daepyonim" sapanya sopan. Mendengar sapaan sekertaris Min, Hyun Soo berdiri kaget ikut menunduk sopan di hadapan ayahnya. Ia berdeham kecil "selamat pagi, appa" sapanya gugup. Bae daepyinom menatap Hyun Soo sinis sambil berjalan melewatinya, duduk di ujung kasur Hyun Soo. Sekertaris Min langsung membungkuk sopan, pergi dari kamar Hyun Soo memberikan mereka waktu untuk bicara sendiri. Hyun Soo hanya terus diam mematung di tempat menunggu ayahnya membuka mulut terlebih dahulu, sementara Bae daepyonim terlihat menahan rasa marahnya. Hyun Soo mengepalkan tangannya memberanikan diri untuk berbicara, ia mengangkat kepalanya menatap ayahnya lurus. Setelah mempersiapkan diri, Hyun Soo membuka mulutnya

"ini semua salahku appa, jangan libatkan dia dalam semua ini, mianhaeyo" ungkpanya mengaku bersalah,

"aku dengar dia berhenti bekerja, apa yang terjadi?" timpal Bae daepyonim santai

"aku terlalu emosi dan melampiaskan emosiku padanya, itu bukan salahnya" tepis Hyun Soo.

Bae daepyonim tertawa kecil sambil menggeleng heran "apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanyanya membuat Hyun Soo berpikir untuk memcari solusi atas masalahnya sendiri. Hyun Soo terus menatap ayahnya terdiam, tidak ada satu solusi pun yang dapat ia lakukan untuk menyelesaikan masalahnya. Ia menghela nafas kecil

"aku tidak tahu appa" jawabnya pasrah.

Mendengar jawaban Hyun Soo, Bae daepyonim berdiri dan berjalan menghampiri Hyun Soo, ia menepuk pundak Hyun Soo

"jawabannya sederhana, pertahankanlah dia.." timpalnya santai, "buatlah dia tidak lepas dari pandanganmu" sambung Bae daepyonim menasihati lalu pergi meninggalkan kamar Hyun Soo.

000

Aku menutupi wajahku dengan masker dan kaca mata hitam, berjalan penuh kecemasan seakan ada yang sedang megikutiku dari belakang. Satu hal yang wartawan itu tidak ketahui dari rumahku, adalah pintu belakang. Rumahku memiliki pintu belakang rahasia yang menembus ke gang belakang rumah kami, aku bisa keluar masuk dengan aman dari pintu itu.

Hariku sangat tidak tenang karena berita yang meledak begitu saja pagi ini, tetapi aku merasa sangat aneh 'kenapa setelah beberapa hari mereka baru merilis beritanya?' pertanyaan itu terus mengganggu pikiranku. Aku mulai mengingat - ingat kembali urutan kejadiannya, mulai dari sebelum hari itu. Beberapa saat setelah pulang hari jeju, kabar hubungan kami sedikit mereda karena pihak Hyun Soo menangani langsung berita itu dengan baik, tak lama aku pergi ke rumah Hyun Soo. Aku menurunkan jariku menghitung hari, sejak aku pergi ke Rumah Hyun Soo menuju hari ini, menurut pergitunganku ini sudah 12 hari. Tiba - tiba kakiku tersandung oleh batu karena kecerobohanku yang tidak memperhatikan jalan, aku menutup mataku bersiap menahan sakit yang sembentar lagi akan ku rasakan. Namun, seseorang menahan lenganku lalu menarikku berdiri tegak, membuatku berdiri berhadapan dengan sosok yang menarikku barusan dalam sekejap. Aku sedikit menurunkan kaca mataku "mwoya.." sahutku kaget melihat Hyun Soo, ia hanya mengenakan jaket abu - abu dan topi berwarna hitam. Aku segera menarik lenganku darinya lalu memalingkan wajahku cepat, aku menunduk kecil "gamsahabnida" sahutku singkat. Aku membalikkan badanku hendak pergi meninggalkannya, namun Hyun Soo kembali menahan lenganku

"mianhae.." ungkapnya tiba - tiba.

Langkahku terhenti sejenak dan aku menghembuskan nafas kecil dari mulutku, aku menoleh kearah Hyun Soo "untuk apa kau meminta maaf?" tanyaku datar. Hyun Soo tetap menatapku lurus

"segalanya.." jawabnya singkat

"baiklah, aku memaafkanmu" timpalku acuh lalu memarik tanganku pelan, kembali berjalan meninggalkannya.

000

Gyu Na ahjumma meremas koran di gengamannya kesal, melihat berita tentangku dan Hyun Soo. Ia melempar koran itu kasar, lalu meraih ponselnya di atas meja cepat, ia mengetuk ponselnya sambil menahan emosi yang memenuhi hatinya, dan menempelkan ponselnya ketelinga. Setelah nada panggil terdengar beberapa saat, ia membuka mulutnya

"sekertaris Min" panggilnya tegas

"Nyonya Gong, ada yang bisa saya bantu" sahut sekertaris Min sopan.

Gyu Na ahjumma terdengar menghembuskan nafas besar sejenak, "sambungkan aku pada Hyuk Joon -ssi" sahutnya tegas

"baik nyonya, tunggu sembentar" jawab sekertaris Min.

Tak lama terdengar suara Bae daepyonim "ada apa kau mencariku?" tanyanya langsung,

"apa maksud semua pemberitaan ini? Kau sengaja melakukannya kan?" timpal Gyu Na ahjumma menantang.

Bae daepyonim tampak menyandarkan tubuhnya ke kursi kerjanya santai, menghembuskan nafasnya lega, ia tersenyum kecil "aku suka kejelianmu, ya, aku yang melakukannya" akunya cepat, "lalu apa yang membuatmu semarah ini?" lanjutnya. Gyu Na ahjumma membuka mulutnya hampa mendengar pengakuan Bae daepyonim barusan, ia menghembuskan nafas kesal "semua itu sudah berlalu, mereka tidak akan bersama, hentikan semuanya sekarang" jawabnya kesal. Pria itu melemparkan tawa kecilnya pada Gyu Na ahjumma, lalu kembali menghembuskan nafas panjang

"bukankah Hyun Soo memintamu untuk mengembalikan apa yang dia miliki?" tanya Bae daepyonim menyinggung halus.

Mendengar pertanyaan yang membuatnya sangat semakin marah barusan, Gyu Na ahjumma langsung menutup sambungan telfonnya begitu saja. Bae daepyonim menurunkan ponsel di tangannya perlahan, sambil menghembuskan nafas berat. Ia menoleh kecil ke arah sekertaris Min yang sejak tadi berdiri mematung di tempatnya, menyerahkan ponsel di tangannya. Bae daepyonim mengetuk lengan kurisnya berfikir sejenak, lalu kembali menatap sekertaris Min serius, ia mengangguk kecil "lakukan sesuai rencana" perintahnya yakin. Mendengar perintah itu, sekertaris Min menunduk kecil "baik, daepyonim" jawabnya sopan sebelum berbalik meninggalkan ruangan Bae daepyonim cepat.

000

Aku berjalan beberapa langkah menjauh dari Hyun Soo, namun beban di hatiku terasa berat menggangguku, aku menoleh melihatnya masih berdiri mematung di tempatnya. Aku mengigit bibir bawahku ragu sambil membalikkan badanku, aku membuka mulutku hendak mengatakan sesuatu, tiba - tiba segerombolan pria keluar dari persembunyiannya, langsung membekap mulutku kuat. Aku memberontak sekuat tenaga, berusaha melepaskan diri dari pria itu. Hal yang serupa juga terjadi pada Hyun Soo, kami terus melawan bersama. Aku mulai kehabisan nafas, pandanganku mulai kabur, dan kekuatanku semakin melemah. Mataku mulai menutup perlahan kehilangan kesadaranku.

"Kyung Ji -ah.. bangunlah.. hey Eun Kyung Ji.."

Suara itu samar - samar terdengar ditelingaku, perlahan aku membuka mataku menunjukkan wajah Hyun Soo yang terlihat kabur dimataku, aku kembali memejamkan mataku kuat sambil mengerang kecil. Perlahan penglihatanku mulai normal kembali, dan wajah khawatir Hyun Soo tertangkap jelas di mataku. Aku mengangkat diriku berusaha duduk sambil menggelengkan kepalaku kuat

"gwaenchanha?" tanya Hyun Soo cemas,

aku mengangguk cepat "kau?" tanyaku.

Hyun Soo menghembuskan nafas lega dari mulutnya, mulai melihat kesekeliling ruangan. Ia terlihat panik dan berdiri sambil memeriksa seluruh ruangan. Aku melihat sekeliling ruangan asing itu, merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Kami berada di suatu tempat mewah lengkap dengan ruang tengah, dan dapur yang luas. Hyun Soo kembali setelah memeriksa seluruh ruangan, membuatku menatapnya ragu "apa tidak ada jalan untuk keluar dari sini?" tanyaku, Hyun Soo menggeleng kuat "balkonya sangat tinggi, pintu satu - satunya akses keluar masuk terkuci, bahkan kita tidak bisa membukanya dari dalam" jelasnya kehilangan harapan. Aku meraba - raba tubuhku mencari ponselku cemas, Hyun Soo menghembuskan nafas besar "lupakan usahamu itu, kita tidak bisa menelfon siapapun, ponsel kita diambil, dan telfon tempat ini sudah diputus" sahutnya putus asa. Aku langsung berdiri cepat dan menjelajahi seluruh ruangan tempat ini, gerakanku terhenti saat aku sampai di kamar. Aku memutar mataku canggung melihat hanya ada satu tempat tidur besar di dalamnya, aku menelan air liurku langsung menutup pintu kamar itu cepat. Hyun Soo yang entah sejak kapan berada di belakangku menatapku jahil

"apa yang kau pikirkan?" tanyanya menggodaku

"aku tidak memikirkan apapun.." tepisku cepat.

Hyun Soo berjalan mendekatiku dan mendorong kecil kepalaku dengan jarinya "pikiran anehmu sudah tergambar jelas di wajahmu, dasar mesum" tuduhnya jahil. Aku mengerutkan dahiku kesal dan menendang kakinya, lalu pergi melewatinya santai. Hyun Soo mengejarku dengan langkah setengah pincang sambil mengusap kecil kakinya. Aku membuka pintu balkon yang berada di depan ruang tamu. Angin malam yang bertiup keras langsung menghantamku, menerbangkan rambutku ke belakang acak. Aku bersandar santai di pagar balkon, melihat pendangan kota yang ramai. Hyun Soo ikut masuk ke balkon sambil menyamprikan jaketnya menutupi tubuhku, aku menatapnya kaget melihat jaketnya sudah tersampir menutupi tubuhku hangat, sementara ia hanya tersenyum sambil menyadarkan tubuhnya santai di balkon. Rambut Hyun Soo juga beterbangan acak tertiup angin, namun ia terlihat tetap keren di mataku. Tiba - tiba ia menoleh kearahku "apa aku setampan itu?" tanyanya menggodaku, aku tertawa sambil menggeleng heran mendengar kepercayaan dirinya yang sangat besar barusan. Hyun Soo tersenyum kecil melihat tawaku

"apa sekarang kau benar - benar memaafkanku?" tanyanya santai.

Aku menghembuskan nafas besar sejenak "maafkan aku juga.." ungkapku sambil menoleh menatapnya,

"aku tidak pernah menyalahkanmu, jadi jangan pernah meminta maaf padaku" tepisnya lembut.

Tanpa ku sadari senyum kecil tersungging di bibirku, Hyun Soo menghembuskan nafas panjangnya, dan membalikkan badan "ayo masuk, aku kedingingan" ajaknya santai. Ia berjalan melewatiku namun aku menahan lengannya

"apa aku boleh tahu?" tanyaku penasaran.

Hyun Soo menoleh menatapku dan menaikkan alisnya "hmm?" gumamnya,

"tentang kotak itu" jawabku sambil membalikkan badanku ke arah Hyun Soo.

Hyun Soo menarikku ke ruang tengah dan mendudukanku di sofa. la menarik kecil celananya duduk di atas meja menghadap ke arahku, menatapku lurus - lurus

"ada apa dengan kotak itu? Kau penasaran?" tanyanya.

Aku memutar mataku canggung "penasaran? Ya.. begitulah.." jawabku bingung,

"sebagai gantinya.." jawabnya terdengar gelisah "tetaplah bersamaku" lanjutnya.

Mataku melebar mendengar perkataannya barusan, jantungku terasa berhenti sejenak, dan hatiku terasa meledak. Aku mengedipkan mataku beberapa kali, tanpa ku sadari, aku menahan nafasku. Hyun Soo menatapku degan alis berkerut kecil, mengguncang tubuhku "hey, bernafaslah.. bernafas.." sahutnya panik. Aku membuka mulutku tersadar, langsung menunduk dalam menghembuskan nafas panjang yang sejak tadi ku tahan. Hyun Soo tertawa kecil melihat kejadian barusan, ia menggeleng heran sambil menatapku geli, sementara aku hanya hanyut pada perasaanku berusaha tetap bernafas dengan baik.

Hyun Soo menghela nafas besar sejenak "itu, kenang - kenangan milik anak perempuan pernah ku ceritakan padamu" bukanya santai. Ekspresiku langsung berubah drastis mendengar perkataan Hyun Soo barusan, aku mendongak cepat ke arahnya

"mwo? Itu miliknya?" tanyaku,

aku mengalihkan wajahku teringat akan perbuatanku hari itu. Aku menutup mataku rapat kesal pada diriku sendiri sambil menggigir bibir bawahku. Hyun Soo tersenyum kecil "sudahlah, tak apa, itu sudah terjadi" tepisanya,

"tetap saja.. aku merusaknya.." tepisku canggung.

Hyun Soo tersenyum miring "lupakanlah" sahutnya santai.

Keheningan canggung kembali menyelimuti ruangan, aku menatapnya ragu lalu berdeham sejenak "apa aku boleh tahu?" tanyaku cepat. Hyun Soo memiringkan kepalanya bingung "mwoga?" tanyanya. Aku ikut memiringkan kepalaku "kenapa kalian bisa sampai berpisah? Kenapa dia.. maksudku apa dia sakit?" tanyaku canggung. Hyun Soo memalingkan wajahnya lalu menghembuskan nafas besar

"lain kali.. aku akan menceritakannya padamu lain kali" sahutnya santai.

000

Aku terlelap dalam tidurku, sementara Hyun Soo duduk menatapku yang tertidur lelap lurus - lurus. Ia mengangkat tangannya membelai wajahku lembut dan memejamkan matanya perlahan. Keningnya berkerut kecil, terus merasakan kulitku yang menyentuh jemarinya. Ia membuka matanya perlahan, lalu menghembuskan nafas besar "apa kali ini aku hanya menganggapnya pelampiasanmu, atau aku benar - benar melupakanmu?" bisiknya bimbang. Hyun Soo menarik selimut menutup tubuhku pelan dan keluar dari kamar tanpa suara. Ia bersandar di pintu sejenak sambil menghembuskan nafas berat. Tak lama, Hyun Soo berjalan menjauh dari kamar menuju balkon. Angin kencang langsung menyerangnya, namun ia terus melangkah, seakan kulitnya sudah tidak merasakan dinginnya angin yang menusuk itu. Hyun Soo kembali hanyut dalam pikirannya, ia mengingat dengan jelas apa yang di alaminya hari itu.

000

Saat itu, aku masih tidak sadarkan diri di ruang operasi, dengan alat bantu pernafasan menempel di hidungku. Saat itu, Hyun Soo yang pulang dengan pegawalan ketat, langsung mengeluarkan emosinya. Hyun Soo berjalan cepat menuju kamar Gyu Na ahjumma, tanpa mengetuk, ia membuka pintu kamar di hadapannya kasar, langsung mengeluarkan perasaanya

"apa kau senang sudah membuat kami saling menyakiti satu sama lain? Tidakkah kau memikirkan perasaan orang lain? Apa kau masih menganggapku putramu?" tanyanya bertubi - tubi.

Melihat kedatangan Hyun Soo yang meluapkan rasa kesalnya, Gyu Na ahjumma berpura - pura tidak tahu, dan menanyakan apa maksud Hyun Soo tiba - tiba bersikap seperti ini. Hyun Soo yang semakin marah pada ibunya, menaikkan nada suaranya. Ia semakin tidak menerima ke adaan setelah mendengar alasanku meninggalkannya. Karena kedua orang tua kami, aku memutuskan meniggalkannya. Kata - kataku yang menyakitkan hatinya terus terulang di kepalanya, ia meremas kepalanya kuat sambil mengendalikan perasaannya yang bercampur aduk. Rasa takut yang Gyu Na ahjumma pendam semakin besar melihat ke adaan Hyun Soo. Ia menghembuskan nafas panjang menenangkan dirinya, terus melajutkan apa yang telah ia lakukan, demi kebahagiaan yang ia inginkan selama ini. Gyu Na ahjumma mengepalkan tangannya kuat

"benar, aku tidak peduli" timpalnya tegas, "kami sudah saling menyukai bahkan sejak kalian belum di lahirkan, jadi aku tidak melepaskannya lagi untuk hal sepele seperti dirimu" lanjutnya menyakitkan hati.

Hyun Soo menghembuskan nafas besar menahan emosinya "baiklah, ingat perkataanku baik - baik, aku tidak akan bertemu denganmu lagi, tidak akan pernah lagi, sampai kau mengembalikan semua yang harusnya menjadi miliku.." timpalnya memperingatkan "pergilah dari hidupku!" lanjut Hyun Soo menekan dan membalkkan badannya pergi begitu saja.

Hyun Soo membanting pintu kamarnya kesal dan meninju keras tembok kamarnya melampiaskan emosinya. Darah segar mengalir keluar dari tangannya dalam hitungan detik dan menempel di tembok. Hyun Soo menundukkan kepalanya sambil menjatuhkan lulutnya ke tanah, air mata mulai membendung di ujung matanya, ia menahan tangisnya berusaha terlihat kuat menghadapi situasi ini. Hyun Soo sangat hancur dan saat itu aku hanya meninggalkannya begitu saja. Sekertaris Min mengetuk pintu kamarnya, namun Hyun Soo hanya duduk bersandar di tembok tidak menghiraukan ketukan itu, ia terus diam dengan tatapan kosong. Sekertaris Min kembali mengetuk pintu kamar Hyun Soo

"tuan apa saya boleh masuk?" tanyanya sopan dari balik pintu.

Keningnya berkerut karena Hyun Soo tak kunjung memberikannya jawaban, Sekertaris Min kembali mengetuk pintu kamar Hyun Soo, dan membuka mulutnya "tuan maafkan kelancangan saya" sahutnya singkat. Setelah mengatakan demikian, sekertaris Min membuka pintu kamar Hyun Soo dan masuk ke dalamnya cepat. Alisnya berkerut sedih, melihat keadaan Hyun Soo yang sangat hancur. Sekertaris Min membuka mulutnya kaget melihat bekas darah menempel di tembok, ia langsung menhampiri Hyun Soo, dan memeriksa tubuhnya cepat. Melihat luka di tangan Hyun Soo, sekertaris Min menghembuskan nafas panjang, ia memeluk Hyun Soo sambil menepuk pelan punggungnya. Hyun Soo menghembuskan nafas besar dari mulutnya

"noona, apa yang terjadi pada Kyung Ji?" tanyanya datar

"nona Kyung Ji mengalami kecelakaan, kondisinya masih tidak sadarkan diri" jawab sekertaris Min terpaksa.

Mendengar kondisiku yang sekarat, Hyun Soo langsung berdiri kaget, dan berlari hendak menemuiku. Namun, sekertaris Min menahan lengannya

"tuan, tunggu sembentar" tahan sekertaris Min.

Hyun Soo menghentikan langkahnya, menerima benda berbentuk kotak ringan yang terasa seperti besi, membuat kening Hyun Soo berkerut kecil. Ia membalik benda di gengamannya itu dan membuka mulutnya

"apa ini?" tanyanya bingung

"ini ponsel nona Kyung Ji, saya mendapatkannya dari rumah sakit" jelas sekertaris Min.

Hyun Soo meremas kuat ponselku di tangannya, berjalan ke meja kerja di kamarnya, menyimpan ponsel itu di laci mejanya. Ia menghembuskan nafas kecil "apa aku bisa menemui Kyung Ji?" tanyanya ragu. Sekertaris Min membuka mulutnya hendak menjawab Hyun Soo, namun suaranya terhenti oleh suara Bae daepyonim.

Bae daepyonim berdiri tegap di depan pintu kamar Hyun Soo, ia melirik sekertaris Min yang menunduk sopan padanya, dan berjalan melewatinya. Bae daepyonim berdiri di hadapan Hyun Soo, lalu memberikan amplop cokelat panjang yang di bawanya ke tangan Hyun Soo. Ia berdeham kecil

"pergilah ke Amerika" perintahnya tegas

"appa.." panggil Hyun Soo tidak percaya

"aku tahu bagaimana kacaunya perasaanmu saat ini, tapi saat ini aku menawarkan bantuanku padamu" jelasnya memahami, "pergilah, aku akan menemukan pendonor mata untukmu, dan kembalilah jika kau sudah bisa melihat dunia" perintahnya tegas.

Hyun Soo terlihat mulai ragu mendengar penawaran ayahnya barusan, ia mengigit bibir bawahnya sejenak "ijinkan aku menemui Kyung Ji, sekali saja" mintanya. Bae daepyonim mengangguk kecil "baiklah" jawabnya. Hyun Soo akhirnya menyunggingkan senyum kecil di ujung bibirnya, harapan mulai kembali dalam hatinya, dan ia mengangguk setuju dengan yakin. Bae daepyonim memasukkan kedua tangannya dalam saku

"baiklah, kita sepakat kalau begitu, pergilah setelah kau menjenguknya" sahutnya santai dan membalikkan badannya meninggalkan kamar Hyun Soo,

"appa.." panggil Hyun Soo menghentikan langkah Bae daepyonim.

Mendengar Hyun Soo memanggilnya, Bae daepyonim menoleh kecil "apa ada yang kau inginkan lagi?" tanyanya.

Hyun Soo menggeleng kecil, lalu membungkukkan badannya 90 derajat "gamsahabnida" ungkapnya sepenuh hati, ia menegakkan badannya "dan maafkan aku, kalau selama ini aku mencurigaimu" tambahnya. Mendengar ungkapan Hyun Soo yang tiba - tiba itu, Bae deapyonim tertawa kecil "hentikan, aku geli mendengarnya" jawabnya santai, lalu kembali melanjutkan langkahnya.

Hyun Soo berlari dari kamarnya hendak menjengukku di rumah sakit, seberkas harapan untuk memperbaiki semua ini terlihat di matanya. Namun, Gyu Na ahjumma kembali menghadang langkhanya, Hyun Soo melepaskan tangannya kasar dari genggaman Gyu Na ahjumma. Ia kembali melanjutkan langkahnya tidak peduli, namun Gyu Na ahjumma membuka mulutnya, membuat dunia Hyun Soo hancur lebur dalam sekejap

"Eun Kyung Ji, dia sudah mati" sahutnya tanpa perasaan.

***