webnovel

Oh My Gay

Menjadi teman tanpa menikah bukan sebuah impian Earth dan Sky. Namun keinginan keduanya untuk bersama, harus dikubur kareana adanya pertentangan dari ayah Earth. Jika itu cinta, tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Earth kembali dipertemukan dengan Sky, disaat ia telah bersama seorang wanita bernama Moon. Namun kakak Sky —Cloud- yang masih menyimpan benci kepada Earth dan keluarganya, ingin menghancurkan hubungan Earth dengan Moon. Apakah Earth dapat mempertahankan jati diri yang diminta oleh Ayahnya? Atau ia memilih untuk kembali bersama Sky dan menjadi teman tanpa menikah? . . . IG :@puspasariajeng

Ajengkelin · LGBT+
Không đủ số lượng người đọc
114 Chs

Berusaha Move On

Sky melangkahkan kakinya menuju kerumunan, dimana orang-orang tengah mengantre untuk membeli tiket bioskop. Sky memiliki janji dengan First dan Two untuk menonton film yang akan tayang premier sore ini. Terlihat First dan Two sudah berada di sana dan sedang mengantre.

"Aku sudah belikan camilan dan minuman untuk kita—"

"Loh, First, Two?"

Sky menoleh ke arah belakang, tertuju pada sumber suara seseorang yang menyapa mereka.

"Sky? Kalian nonton juga?"

"Hai, Earth! Kau sedang berkencan?" tanya Two, heboh.

Sky melirik pada tangan Earth yang tidak lepas dari genggaman tangan Moon.

"Aku dan Moon masuk duluan, ya. Kita bisa makan bersama setelah menonton," ujar Earth, kemudian berlalu dan masuk ke dalam teater lebih dulu.

Sementara Sky yang bersama First dan Two menjadi tidak enak karena bertemu dengan dua sejoli itu. Namun ia tidak dapat menghindar dan hanya bisa menahan apapun yang membuat dirinya sesak. Ia pun bersikap seolah seorang profesional, dan tetap melanjutkan apa yang akan terjadi hari ini kepadanya.

***

Cloud terdiam duduk di balkon kamarnya. Memikirkan apa yang terjadi pada Sky. Entah mengapa ia terlalu posesif pada adiknya dan tidak ingin kalau sang adik mendapat masalah, apalagi terluka. Ia memang sangat sayang dan perhatian kepada Sky. Itu semua ia lakukan kerena tahu kalau Earth telah kembali dalam kehidupan mereka. Tanpa disadari olehnya, sang ibu sejak tadi berada di sana dan melihat Cloud yang sepertinya sedang cemas.

"Apa yang kau pikirkan, Cloud?" tanya sang ibu, yang kini duduk di sebelahnya.

"Bu … a—aku hanya mencemaskan Sky," jawabnya berterus terang.

"Biarkan adikmu pergi bermain dengan teman-temannya. Kau tidak perlu mengikuti ataupun mencemaskannya seperti ini," tutur ibunya.

"Jika bukan karena ada Earth, aku tidak akan mencemaskannya, Bu …."

"Apa Sky pergi bersama Earth?"

Cloud menggelengkan kepalanya. "Tidak. Dia pergi bersama teman kelas yang lainnya."

Sementara itu, Sky yang duduk di antara First dan Two merasa tidak nyaman karena tepat di depannya ada Earth dan Moon yang duduk bersama, bersebelahan. Pandangan Sky tidak fokus pada layar lebar film yang ia tonton dan sesekali melirik pada pasangan yang terlihat mesra itu.

Tangannya mengepal, seolah ada sesuatu yang ditahan olehnya. Bahkan butiran bening telah menumpuk pada pelupuk mata, yang sesekali ia usap dengan lengan kemejanya. Sky cukup beruntung hari ini. Kesedihannya akan Earth dan Moon yang terlihat mesra, dinilai oleh First dan Two adalah hal yang wajar. Mereka mengira kalau Sky terlalu terbawa perasaan pada film yang sedang mereka tonton, dimana hampir seluruh scene pada film itu bertajuk sedih.

"Lain waktu kita bisa buat fim yang sedih seperti ini. Dan lagi-lagi pemeran utamanya Sky. Karena dia sangat bagus dalam pembawaan perasaan seperti ini. Buktinya, sekarang saja dia sudah mulai menangis, padahal film baru berjalan setengahnya," tutur First, yang asyik membahas project film baru.

"Bisa kita buat saat pengambilan nilai di akhir semester nanti," timpal Two menambahkan.

Sementara Sky hanya tersenyum dan mengangguk, tanda kalau dirinya setuju dengan apa yang dikatakan oleh kedua temannya itu.

'Apa aku masih bisa bermain peran dengan Earth lagi? Sementara Earth sangat baik jika menjadi sutradara,' batinnya memiliki harapan kalau ia akan bermain peran dengan Earth lagi.

***

Sky, First dan Two berdiri sejajar di depan teater. Mereka sedang menunggu Earth dan Moon yang masih berada di dalam. Sebelum film dimulai, First meminta kepada Earth dan Moon untuk makan malam bersama mereka di restoran Thailand Selatan. Earth jelas tidak menolak karena itu adalah makanan favorit kekasihnya.

Setelah bertemu, mereka pergi bersama menuju restoran tersebut, dimana letaknya masih berada di dalam mall yang sedang mereka kunjungi.

Mereka duduk di meja yang sama. Meja yang cukup besar untuk lima orang. First, Sky dan Two duduk di kursi panjang yang sama, sementara Earth duduk bersebelahan dengan Moon.

"Kau ingin pesan apa?" tanya Earth.

"Hmmm, Tom som pla krabok," jawab Moon dengan semangat.

Tom som pla krabok adalah sup ikan. Tidak begitu pedas seperti menu makanan Thailand Selatan lainnya. Kuah tom som pla krabok ini adalah perpaduan dari kunyit, jahe dan tamarin.

"Moon sangat menyukai makanan pedas? Atau memang berasal dari Selatan?" tanya Two.

"Mamaku berasal dari Selatan dan aku sudah terbiasa makan masakannya yang super pedas," jawab Moon terkekeh.

"Kalau begitu, kau harus terbiasa masakan makanan pedas juga, Earth. Kelak kau akan menikmati makanan Moon setiap hari," timpal First.

Earth terkekeh, namun matanya melirik pada Sky yang sejak tadi terlihat diam, melihat-lihat menu.

"Kau ingin pesan apa, Sky?" tanya Earth, tidak ingin membuat Sky diasingkan.

Sky menoleh pada Earth dengan tatapan sendu dan kemudian melirik pada Moon.

"Hmmm, aku … apa bisa pesan tanpa pedas? Aku tidak bisa makan makanan yang pedas," ujar Sky.

"Sky … sup ikan ini tidak terlalu pedas. Kau juga request untuk tidak dibuat pedas," timpal Moon, memberikan saran.

Sky tersenyum dan mengangguk. "Aku pesan yang sama denganmu, namun tidak pedas."

Earth tersenyum, melihat Sky yang sepertinya baik-baik saja.

"Baiklah … sekarang giliran aku yang akan memesan," seru First.

Malam itu, apa yang dikhawatirkan oleh Sky maupun Earth seperti lenyap begitu saja. Melihat senyum Sky yang seolah tanpa beban, membuat Earth tenang dan tidak lagi merasa bersalah. Setidaknya untuk malam itu mereka dapat menikmati hari libur mereka, sebelum besok kembali beraktivitas kembali di kampus.

***

Cloud memperhatikan Sky yang sejak tadi makan roti dengan lahap, seperti tanpa beban. Ia memiliki rasa penasaran yang ingin ditanyakan kepada Sky, namun waktunya belum tepat untuk menanyakan hal tersebut.

"Kau ingin bertanya apa?" tanya Sky, sepertinya ia sudah tahu apa yang ada dalam pikiran Cloud.

"Kau … sepertinya kau baik-baik saja," balas Cloud.

"Ya. Aku memang baik-baik saja," ungkap Sky.

"Aku melihat kemarin kau bukan hanya pergi dengan kedua teman mu saja. Tapi ada Earth dan juga Moon. Aku mencemaskanmu, tapi sayang saat kau pulang aku sudah tidur."

"Kak, aku baik-baik saja. Tidak ada masalah yang terjadi," tutur Sky, ia benar sedang baik-baik saja. "Dan juga … untuk hubungan Earth dengan Moon … aku bisa merelakannya, Kak. Sepertinya Earth memang benar sudah menemukan jati dirinya. Aku tidak ingin menjadi bayangan masa lalunya lagi."

Cloud tersenyum dengan sumringah. Ia segera mengambil selembar roti tawar dan ia oles dengan selai strawberry. Ia juga menumpuknya lagi dengan selembar roti tawar di atasnya.

"Kau sudah move on?" tanya Cloud lagi.

"Belum. Tapi aku akan berusaha untuk melupakan perasaanku pada Earth."