webnovel

Oh My Gay

Menjadi teman tanpa menikah bukan sebuah impian Earth dan Sky. Namun keinginan keduanya untuk bersama, harus dikubur kareana adanya pertentangan dari ayah Earth. Jika itu cinta, tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Earth kembali dipertemukan dengan Sky, disaat ia telah bersama seorang wanita bernama Moon. Namun kakak Sky —Cloud- yang masih menyimpan benci kepada Earth dan keluarganya, ingin menghancurkan hubungan Earth dengan Moon. Apakah Earth dapat mempertahankan jati diri yang diminta oleh Ayahnya? Atau ia memilih untuk kembali bersama Sky dan menjadi teman tanpa menikah? . . . IG :@puspasariajeng

Ajengkelin · LGBT+
Not enough ratings
114 Chs

Bullying

"Hmmm, lain kali … aku tidak akan bergabung dengan kalian. Sepertinya kalian tidak leluasa untuk bicara jika ada aku di sini," ujar Sky, merasa tidak enak.

"Sky … aku sama sekali tidak keberatan. Aku benar-benar sedang stress memikirkan tugas kuliahku. Aku senang kau ada bersama kami. Aku juga senang … sudah tidak ada lagi permusuhan di antara kalian," terang Moon menuturkannya.

"Moon?"

"Aku tahu, apa yang pernah terjadi di antara kalian, pada masa lalu," ujar Moon tersenyum. "Tanpa aku mencari tahunya, seseorang sudah menceritakan tentang kalian, Earth, Sky …."

Earth dan Sky saling menoleh dan menatap cemas. Keduanya serentak menelan saliva dan kembali melihat Moon yang terlihat serius.

"Earth, jika ayahmu tidak menceritakannya padaku, aku tidak akan tahu kalau kalian dulu bertetangga. Dan juga … bullying yang pernah kau alami … aku turut prihatin. Namun tidak menutup kemungkinan kau juga akan bersikap baik pada Cloud, bukan? Kau saja sudah bisa memaafkan Sky, berarti kau juga harus bisa memafkan Cloud," tutur Moon, seperti ia benar-benar telah mengetahui segalanya.

Earth dan Sky kembali saling menatap, tiba-tiba saja keduanya terkekeh bersamaan dan kemudian Earth merangkul Moon dan memberikan kecupan di pipi kiri sang kekasih.

"Aku akan berusaha untuk berdamai dengan Cloud," bisik Earth, namun Sky masih dapat mendengarnya.

Sky terkekeh, sesekali menoleh pada Earth. Sementara Earth hanya tersenyum, merasa lega atas apa yang diketahui oleh Moon. Sepertinya tidak akan terjadi pertengkaran di antara mereka.

***

Sky keluar dari mobil dan segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, namun Cloud meneriaki dan memintanya untuk berbicara lebih dulu sebelum masuk ke dalam rumah. Cloud mengajak adiknya untuk duduk di sebuah ayunan yang ada di halaman rumah mereka.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Sky.

"Aku dengar kau sudah akrab dengan Earth. Apa kau baik-baik saja?" tanya Cloud, menjawab pertanyaan dari adiknya.

"Aku baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," balas Sky. "Oh iya, tadi aku makan siang bersama dengan Earth dan Moon."

"Lalu? Kau berani sekali!"

"Moon memberitahu apa yang ia ketahui tentang kita di masa lalu."

"Kita? Maksudnya … aku, kau dan Earth? Bukankah seharusnya hanya kalian berdua?"

"Tapi Moon mengira kalau Earth membencinya karena kita telah mem-bully dia. Earth yang sudah bisa memaafkanku, diminta untuk bisa berdamai juga denganmu," jelas Sky.

"Baguslah kalau Moon tahu hanya sebatas itu saja," balas Cloud kemudian.

"Kak, aku melihat kau tidak seperti biasanya."

"Aku hanya tidak ingin ada yang terluka selain Earth. Dan Moon … tidak boleh terluka karena mengetahui masa lalu Earth dan kau."

***

"Aku pulang," sapa Earth saat memasuki rumahnya. Ia mengatupkan kedua tangannya dan memberi salam kepada ayah dan ibunya. Earth menuju ke meja makan, dimana kedua orang tuanya tengah melakukan makan malam bersama dan ia diminta untuk makan dengan mereka.

"Bagaimana hari ini? Lelah?" tanya Rang, menuangkan nasi ke piring Earth.

"Yaaah … masih bisa diatasi," jawab Earth dengan senyuman.

"Kenapa Moon tidak singgah? Dia bisa ikut makan malam bersama kita."

Earth tidak menjawabnya dan menoleh pada sang ayah yang sedang menyuap makanannya.

"Yah, apa ayah mengatakan sesuatu pada Moon?" tanya Earth, tiba-tiba saja membahas perihal apa yang dikatakan oleh Moon.

"Tentang apa? Ayah dan Moon banyak bicara," balasnya.

"Tentang aku dan Sky di masa lalu."

"Bukankah dalam hubungan tidak boleh ada yang ditutupi?"

"Tapi Ayah mengatakan hal yang tidak benar. Jika Ayah ingin tidak ada bohong dalam hubunganku dengan Moon, bukankah Ayah seharusnya—"

"Sudah, cukup! Jangan berdebat di meja makan!" gertak Rang, tidak ingin ada lagi pertengkaran di antara ayah dan anak itu.

Sejak Earth menunjukkan kalau dirinya berhasil memacari seorang gadis, hubungannya dengan sang ayah menjadi sangat baik. Namun kali ini, karena masa lalu keduanya kembali berselisih paham dan membuat Earth menjadi merasa bersalah karena menutupi masa lalunya dari Moon.

Earth beranjak dari tempat duduknya dan membuat Rang cemas.

"Hendak kemana? Kau tidak makan?" tanya Rang.

"Aku tidak lapar, Bu. Aku akan ke kamar untuk beristirahat," jawabnya kemudian berlalu.

Rang menghela napas, kemudian ia melirik sinis pada suaminya, merasa kesal karena Ron telah membuat anaknya lagi-lagi menjadi kesal.

"Ini semua karenamu," gerutu Rang.

"Kenapa aku yang disalahkan? Bukankah benar aku membantunya? Bagaimana jika Moon mencari tahu sendiri perihal masa lalu Earth dan Sky? Lebib baik kau mengatakannya sekarang, meski itu dusta, agar Moon tidak lagi penasaran," jelas Ron, ada benarnya juga.

Sementara itu di kamar, Earth masih saja merasa tidak enak hati. Ia mencari ponsel yang diletakkannya di dalam tas dan segera membuka lookscreen nya. Earth masuk ke dalam ruang pesannya bersama Moon dan terlihat jelas kalau Moon sedang online. Ia segera mengirimkan stiker love kepada Moon dan berharap segera mendapat balasan dari sang kekasih.

Moon

[Aku baru sampai]

Earth

[Segera makan dan istirahat]

Moon

[Iya]

[Sampai jumpa hari Senin]

Earth

[Love__]

Delete

Earth beralih ke ruang chat, dimana tidak terisi pesan sama sekali di sana. Kedua ibu jarinya bergetar, ragu untuk mengetik dan mengirimkan pesan pada kontak tersebut. Earth memilih untuk kembali ke ruang pesannya dengan Moon.

Earth

[Love you ….]

[Aku akan menjemputmu besok]

[Kita kencan]

***

Tok tok tok

"Mau kemana?"

Sky menoleh ke arah sumber suara. Itu adalah Cloud, yang sedang berdiri di mulut pintu kamar Sky. Ia kemudian masuk dan duduk di tepi ranjang.

"Mau kemana, Sky?" tanya Cloud lagi.

"Pergi," jawab Sky singkat.

"Kemana? Dengan siapa?"

"First dan Two."

"Aku bersiap-siap dahulu—"

"Eh, kau bersiap-siap? Ingin kemana?"

"Pergi denganmu."

"Aku tidak mengajakmu, Kak. Tolong bebaskan aku satu hari saja. Lagi pula … aku pergi dengan First dan Two, bukan dengan Earth dan Moon," gerutu Sky, tidak senang jika sang kakak terlalu mengekangnya.

"Kau mengemudi sendiri?" tanya Cloud, sedikit cemas.

"Iya. Berikan kunci mobilnya padaku. Dan jika kau ingin pergi, pakailah motor," balas Sky, menengadahkan tangannya, meminta kunci mobil kepada Cloud.

"Ambil saja di atas meja, di kamarku. Aku masih ingin di kamarmu."

Sky menghela napasnya dan segera keluar dari kamar untuk menuju ke kamar Cloud, mengambil kunci mobil yang dimaksud.

***

Sky melangkahkan kakinya menuju kerumunan, dimana orang-orang tengah mengantre untuk membeli tiket bioskop. Sky memiliki janji dengan First dan Two untuk menonton film yang akan tayang premier sore ini. Terlihat First dan Two sudah berada di sana dan sedang mengantre.

"Aku sudah belikan camilan dan minuman untuk kita—"

"Loh, First, Two?"

Sky menoleh ke arah belakang, tertuju pada sumber suara seseorang yang menyapa mereka.

"Sky? Kalian nonton juga?"