Di tengah kota.
Di depan gedung pencakar langit TaoTung Group, Yu berdiri di lapangan setelah memarkirkan kendaraannya di tempat parkir samping gedung, gedung tinggi menjulang dengan kokoh di bawah langit yang mulai agak mendung, Yu melirik jam tangannya, pukul dua empat lima, setidaknya ia tidak terlambat walau tadi sempat agak macet di jalan, SuYang benar, jalan menuju ke gedung itu dari toko memang agak macet walau sebenarnya jaraknya tidak cukup jauh.
Yu baru akan menuju ke gedung dengan kantong kertas berisi buket bunga di tangannya saat ponselnya berbunyi, telepon masuk dari kak Hua nya.
"Kak"
Hua berdiri di dalam ruangannya melihat jauh keluar melalui jendela kacanya, entah kenapa instingnya mengatakan ada hal yang harus dilihatnya di luar dan benar saja, dari jarak lima belas lantai ia bisa melihat jelas seseorang menyerupai Yu yang berdiri di lapangan parkir antar gedung TaoTung dan BeiFang, rasa cintanya pada Yu membuat radarnya terus bergetar saat pemuda itu berada dekat.
"Kau di mana?" Tanya Hua.
Yu melirik sekelilingnya, ia lupa kalau gedung TaoTung berada tepat di samping gedung BeiFang, ia mungkin akan memberi kejutan pada kak Huanya setelah mengantar bunga.
"Sedang kerja kak memangnya sedang apalagi, aku sedang mengantar barang kak, nanti kita bicara lagi yah, bye kak"
Hua baru akan mengatakan sesuatu tapi Yu keburu mematikan ponselnya.
"Ih anak ini"
Hua berpikir ia seharusnya memiliki teropong seperti milik kak ChiuWangnya hingga bisa memastikan kalau itu benar Yu, tapi ia yakin itu memang Yu.
................
Di lobby gedung TaoTung. Yu yang masih mengenakan masker wajahnya mendekati resepsionis dan bertanya pada dua gadis di balik meja.
"Permisi, pesanan buket untuk ibu Renn di lantai lima belas"
Gadis muda yang duduk di balik meja segera meladeninya.
"Oh ibu Renn, tunggu sebentar yah akan ku hubungi orangnya"
Yu mengangguk, seorang gadis lainnya menunjuk pada meja dan kursi tak jauh di depan resepsionis di mana beberapa orang juga terlihat menunggu.
Yu meletakkan kantong kertas berisi buket bunganya ke atas meja dan duduk di sofa cukup empuk untuk tamu, gedung yang sangat indah, interiornya lebih indah lagi, orang-orang yang bekerja di sini pasti orang yang terpilih, apa gedung BeiFang juga seperti ini?
Saat Yu masih menikmati pemandangan di sekitarnya, ponsel di balik sakunya berbunyi, telepon masuk lagi dari kak Hua.
"Iyah kak" Yu membuka maskernya dan menjawab teleponnya.
"Kau sudah selesai? Kita jadi makan malam yah di restoran yang baru itu malam ini? Kakak akan pesan meja nih"
"Kenapa makan malam di luar kak? Kita makan di rumah saja seperti biasa, harus menghemat kak"
Terdengar suara seperti tertawa kecil di balik telepon, Yu tahu kakak Huanya pasti tengah mengejeknya lagi.
"Buat apa berhemat, kakak punya banyak uang kenapa kita tidak menikmatinya saja, sudah kakak akan pesan meja yah, jangan terlambat kakak akan jemput di toko nanti seperti biasa"
Yu teringat, harus cepat mengatakannya pada kakaknya kalau ia berada di TaoTung saat ini.
"Kak, eh, Yu, sedang mengantar di dekat BeiFang, nanti biar Yu mampir ke gedung yah, jadi kakak tidak usah menjemput di toko"
Tak langsung menjawab, sepertinya Hua sedang berpikir sesuatu, apa ia marah? Pikir Yu.
"Yah boleh, kakak tunggu yah, sekarang juga boleh, jadi tidak perlu menunggu terlalu lama khan"
Yu tersenyum, ia mengangguk.
"He Iyah kak, nanti Yu telepon kakak kalau sudah sampai di lobby yah"
Yu mematikan ponselnya, melirik jam tangannya, katanya bunga harus diantar sebelum jam tiga, tapi ini sudah lewat setengah jam, apa yang memesannya lupa? Apa ia bertanya kembali pada bagian resepsionis tadi? Dua gadis manis yang kerap tersenyum dan seakan berbisik saat melihatnya, apa ada sesuatu di wajahnya yah? Lebih baik Yu memakai maskernya kembali, dan pelanggannya mungkin sedang sibuk, ini gedung besar dengan banyak sekali pekerjaan, ia akan menunggu sebentar lagi baru bertanya lagi.
Beberapa menit kemudian terdengar suara ramai dari pintu besar, sepertinya ada rombongan pejabat kantor lewat karena banyak pria dan wanita muda yang mengikutinya.
"Jadi begini pak, rencananya..."
Yu mengambil kantong kertas berisi buket bunganya dan mendekat, ia sudah terlalu lama duduk dan sepertinya butuh meminjam toilet gedung ini sebentar, saat Yu menuju ke arah resepsionis untuk bertanya, tiba-tiba rombongan yang jumlahnya cukup banyak itu menuju ke arahnya, Yu kewalahan dan sempat ingin menghindar tapi salah seorang wanita muda yang terlihat buru-buru menyenggol pundaknya.
"Akh!"
Yu lengah, tanpa bisa dikendalikan kantong kertas yang dipegangnya terjatuh seiring tubuhnya yang ongleng dan jatuh bertumpu pada lututnya, hingga kantong itu bergulir dengan ringan diantara para staff yang lewat dan mereka menginjaknya.
Yu yang terjatuh di lantai tak bisa mencegah saat semua kaki itu menginjak kardusnya seolah itu barang tidak berharga.
"Tidak!" Suara teriakan Yu membuat semua mata melihat ke arahnya, bahkan orang-orang yang tanpa simpati menginjak kantong kertas nya tadi menghentikan langkahnya.
Mata Yu membelalak lebar dan bangun dengan cepat menyongsong kardus berisi buketnya, bisanya mereka menginjak barangnya tanpa peduli sedikitpun.
"Aduh bagaimana ini?"
Rombongan yang tak lain adalah beberapa direktur dan staff yang selesai mengadakan rapat di ruang serbaguna di lantai dasar melirik Yu yang merangkak mengambil kantong yang sudah tak berbentuk,
"Kenapa kalian menginjaknya, memangnya tidak lihat yah benda sebesar ini di kaki kalian, aduh bagaimana ini" Yu mengeluarkan rangkaian bunga yang sudah hancur diinjak.
Di sisi lain lobby, di depan lift di mana beberapa orang baru saja keluar dari lift.
"Jadi pak direktur mau pilih yang mana? Kita ada beberapa kandidat supplier dan para direktur lainnya sudah meninjau"
YanLie terlihat berjalan paling depan diikuti tiga orang, dua pria muda asistennya dan ELa sekretarisnya, tapi ia menghentikan langkahnya melihat kerumunan di depan resepsionis.
"Lalu ini bagaimana? barang begini indah jadi hancur begini, pelangganku bisa kecewa" protes Yu.
Seorang pria muda yang juga menginjak kantong kertas itu terlihat jauh lebih galak dari Yu yang menjadi korban.
"Siapa yang suruh anda tiba-tiba muncul di hadapan orang, kita semua sedang buru-buru tidak ada waktu meladeni pengirim bunga seperti anda"
Pria muda itu terlihat arogan karena seorang yang mungkin salah satu dari direktur menyuruhnya begitu, ia asisten direktur HRD, seorang pria dengan rambut yang sudah agak memutih di belakang pria muda itu, ia melirik Yu dengan pandangan remeh.
"Berikan saja ia ganti rugi yang ia mau kenapa memperpanjang masalah sih, kita masih ada rapat dengan direktur utama, ayo cepat tanyakan saja ia butuh berapa" ujar pria itu, mendengar perintah bosnya pria muda itu melihat Yu dengan mata besar sambil mengeluarkan dompetnya.
"Cepat katakan berapa, bikin masalah besar saja"
Yu menahan diri, mengepalkan tangannya menahan emosinya, pria dan wanita muda serta beberapa pria tua dan wanita yang merupakan pejabat perusahaan penting di gedung itu melihatnya dengan pandangan meremehkannya, seolah ia bukan siapa-siapa selain seorang penjual bunga biasa saja yang sangat tidak penting seperti mereka, ia menahan geram, walau ia menjual bunga dengan harga tak seberapa tapi bagi sebagian orang yang menantikannya benda itu sangat penting.
#################