Part belum di revisi.
Typo bertebaran.
Happy reading.
***
Mobil Ernest telah terparkir di E. V. Company. Ellina turun saat Ernest membukakan pintu mobil untuknya. Mereka berjalan beriringan hingga memasuki perusahaan. Semua karyawan yang baru saja datang pagi ini tertegun. Mata mereka seakan tak percaya. Bos mereka, datang ke perusahaan dengan seorang gadis cantik. Dan mereka terlihat sangat dekat.
Desas desus pun berhembus cepat. Semua mata menunduk saat Ernest melewati semua karyawan. Memasuki lift dan membiarkan Ellina berdiri di sampingnya. Namun tiba-tiba sebuah tangan menghadang pintu lift hingga kembali terbuka. Wajah Zacheo menyambut dengan riang. Ellina tersenyum hangat saat Zacheo berdiri di sampingnya. Sedangkan Ernest merasa tak suka akan kehadiran Zacheo.
"Selamat pagi, Nona." sapa Zacheo hati-hati. "Aku tak tahu jika Nona akhirnya memutuskan untuk datang ke perusahaan,"
Ellina menoleh, tersenyum tipis dan menatap Zacheo sesaat. "Kurasa aku harus tahu dan memilih orang-orangku sendiri."
Zacheo terkesiap. Jika gadis di sampingnya memikirkan ini, itu berarti perusahaan benar-benar akan berkembang ke perangkat lunak mobile dan berpartisipasi dalam lomba yang di adakan L. V. Technology. "Memilih orang?" tanya Zacheo memastikan.
Ellina mengangguk. "Aku tak bisa bekerja sendirian. Aku lemah di bidang programer. Dan untuk membuat satu perangkat lunak kita membutuhkan programer handal. Aku akan memperkuat pertahanan agar tak dapat di retas oleh pihak manapun. Lalu setiap mereka memilih berselancar dengan perangkat kita, mereka tak akan mengalami kendala jaringan atau pun gangguan lainnya."
Mendengar itu, wajah Ernest begitu puas. Seperti yang di harapkan olehnya, gadis di sampingnya benar-benar memiliki potensi dan cara pikir yang luas. Ia bahkan baru tahu bahwa gadis di sampingnya telah memikirkan semuanya. Hatinya begitu riang, hingga ia menoleh dan bertanya pelan.
"Apa yang kau butuhkan untuk makan siang?"
Zacheo yang mendengar pengalihan pembicaraan itu dari bosnya menoleh.
Ellina mengernyitk namun otaknya berpikir cepat. Ia tersenyum simpul lalu berkata, "Aku belum memikirkannya. Aku akan meminta padamu jika aku telah memastikan."
Zacheo hanya bisa menatap ke depan. Ia sungguh sadar bahwa perbincangan antara kedua orang di sampingnya tak pernah biasa. Baginya, mereka selalu menggunakan bahasa kiasan ringan untuk menunjukkan hal-hal besar. Dan kali ini pun firasatnya sama. Ia sangat tahu, bahwa bosnya mulai memberi kode untuk kemudahan Ellina yang lainnya.
"Kita sampai, Tuan." Zacheo keluar terlebih dahulu saat lift berhenti dan mengulurkan tangannya untuk menunjukkan jalan.
"Atur rapat segera. Aku akan menyusul. Kau temani Ellina dan atur meja untuknya di ruangan rapat." perintah Ernest sambik berjalan melewati Zacheo yang mengangguk.
Ellina mengikuti Ernest namun kemudian terhenti dan menatap Zacheo. "Apakah dia selalu seperti itu?"
Zacheo tak tahu harus mengatakan apa, namun ia mengagguk. "Tuan muda selalu profesional dalam urusan pekerjaan."
Ellina menarik dua sudut bibirnya ke bawah sedikit. Mengangguk dan mulai berjalan. "Jadi di mana ruangan rapatnya?"
"Lewat sini, Nona. Nona bisa menunggu di sini terlebih dahulu, saya akan mengabari devisi IT dan menyiapkan bangku untuk Nona."
Ellina mengikuti langkah Zacheo dan memasuki sebuah ruangan. Itu adalah Zacheo. Ia duduk di sebuah kursi hitam dan mulai memutar-mutarkan kursi. Menatap berkas-berkas yang tertata rapi dan sebuah layar monitor komputer yang tengah tertidur. Sudut bibirnya berkedut, ia tersenyum sebelum tangannya meraih mouse dan keyboard untuk menghidupkan komputer. Selanjutnya, tangannya mulai berselancar dengan cepat. Secepat informasi yang ia dapatkan dari internet.
Lima belas menit kemudian, Zacheo masuk. Ia mengajak Ellina untuk menuju ruangan rapat. Ia mengikuti dan tersenyum saat Ernest juga menunggunya. Berjalan beriringan itu lagi-lagi menjadi hal yang baru di mata karyawan. Lalu, saat pintu ruangan rapat terbuka, semua orang berdiri menyambut kedatangan Ernest. Namun saat Ellina muncul di belakang Ernest, riak ingin tahu terlihat jelas di mata mereka.
Ernest duduk di bangku yang telah di siapkan, lalu semua yang ada di ruangan ikut duduk. Ellina tetap berdiri dan menatap semua orang yang duduk di ruangan tersebut. Pandangannya begitu teliti hingga mengalihkan pandangan Ernest.
"Bagaimana? Kau sudah dapatkan?" buka Ernest membuat semua kening mengerut ingin tahu.
Ellina tersenyum. "Aku akan mengambil beberapa dan selebihnya aku akan membawa orang luar. Tapi aku harus mengetes kemampuan mereka,"
Mendengar itu sebuah bangku berderit keras karena pemiliknya berdiri. Seorang pria menatap Ellina acuh tak acuh. "Siapa dirimu hingga perlu mengetes kemampuan kami?"
Sudut mata Ernest menatap tajam. Wajahnya terlihat kesal hingga membuat suasana berubah seketika. Zacheo tertawa tertahan untuk merutuki sikap salah satu bawahannya.
Hancur sudah. Kau menghancurkan mood Tuan muda.
Menyadari tatapan yang sangat tajam, pria itu kembali duduk pada tempatnya. Zacheo menatap tak enak pada Ellina lalu membisikkan sesuatu.
"Dia Ethan Cadissanova, programer dan peretas terbaik perusahaan kami,"
Sudut bibir Ellina terangkat naik. Menampilkan senyum cantik yang menawan.
"Zacheo,"
Zacheo menoleh pada Ernest. "Ya, Tuan."
"Bulan ini, dia hanya mendapat setengah dari gajinya," ujar Ernest sambil menatap Ethan.
Wajah Ethan berubah pias. "Ceo Er--"
Tangan Ernest terangkat naik. Mengisyaratkan bahwa ia tak ingin mendengar hal apapun lagi. Melihat itu, Ethan hanya bisa pasrah sambil menatap Ellina kesal.
Semua karena wanita ini!
Ernest menunggu Ellina duduk, lalu setelah Ellina duduk, dia menatap seluruh karyawannya. "Dia Ellina. Mulai saat ini, devisi IT dan perkembangan perangkat lunak yang kita kerjakan akan di bawah tangannya. Dia memegang kendali penuh atas ijinku! Jadi jika aku mendengar ada yang menyulitkannya, maka ucapkan selamat tinggal pada E. V. Company!"
Mendengar perintah itu, semua orang tampak terkejut. Mulai menatap Ellina curiga dan mulai merasa tersingkirkan. Terlebih mereka tak tahu, siapa Ellina dan kemampuannya. Ethan yang selama ini berada di tingkat paling aman pun mulai menjaga jaraknya. Dia menatap Ellina tajam dengan penuh selidik.
Mendapati hal itu Ellina sangat mengerti. Ia menatap Ernest dan berujar pelan. "Itu terdengar tak adil. Orang akan berpikir bahwa aku menggunakanmu untuk memimpin mereka."
Zacheo. "..." Bukankah itu kenyataannya?
Ethan. "..." Oh, lihatlah. Dia pasti kekasih atau saudara Pak Direktur. Dia pasti hanya gadis manja yang merepotkan!
"Karena aku ingin melihat kemampuan kalian, bagaimana jika kita bertanding? Yang menang akan memimpin proyek kali ini. Dan ... seluruh devisi ini,"
"Pertandingan apa?" jawab Ethan cepat.
"Ellina," seru Ernest hampir sama cepatnya dengan Ethan.
Ellina mengangkat tangannya pada Ernest. Membuat Ernest diam. Mata Ellina menyapu ruangan dan jatuh pada Ethan. "Meretas."
"Meretas?" ulang seluruh karyawan minat.
Ellina mengangguk. "Poin pentingnya Biar Direktur yang memutuskan," mata Ellina tertuju pada Ernest dan tersenyum.
Ethan yang melihat itu pun penuh minat. Lalu Ernest awalnya tampak berpikir sesaat, tapi ini membuatnya berpikir jauh. Ia sangat tahu kemampuan orang-orangnya. Dan ia juga sangat ingin tahu kemampuan Ellina. Lalu dengan senyum licik dia memberi perintah.
"Reegan World Grup!"
Semua mata menatao Ernest saat nama perusahaan itu di sebutkan. Di sisi kanan, tubuh Ellina bergetar sesaat. Matanya mengunci bibir Ernest dengan pandangan tak percaya. Sedangkan Zacheo tampak sangat waspada.
"Tuan, kita tak memiliki masalah dengan keluarga Reegan." ingat Zacheo agar Ernest kembali berpikir. "Lagi pula, mereka perusahaan nomor satu di kota ini."
Senyum Ernest terkembang. "Aku bahkan belum memberikan perintah. Aku hanya ingin kalian mengacaukan sistem informasi dan layanan jaringan mereka. Itu terdengar menyenangkan."
"Setuju," seru Ethan memberi pendapat. "Kita tak mengambil informasi apapun karena kita tahu kekuatan mereka."
Tangan Ellina bergetar sedikit. Tubuhnya terasa sangat kaku hingga ia harus berpikir jernih. Keningnya mengerut dan mencoba berpikir hal yang tak pernah ia pikirkan. Ernest dan Kenzie saling mengenal? Kenapa aku tak memikirkan hal ini?
Sudut mata Ethan menatap reaksi Ellina. Kini ia tersenyum meremehkan. "Bagaimana? Apa kau yakin? Dengan tawaranmu?"
Ellina mendongak. Tak mengatakan apa-apa hingga Ethan kembali berujar. "Jangan menangis jika kau harus keluar dari devisi ini,"
Mendengar itu mata Ellina terbakar. Sudut bibir terangkat menampilkan senyum sinis. "Kenapa kita tak mencobanya sekarang. Jika kau kalah, maka kau harus bekerja di bawah kakiku!"
"Tak masalah, aku akan menjadi budakmu selama kau mau!" jawab Ethan tak kalah sadis.
"Setuju," jawab Ellina dengan senyum licik. Oh, tak ada yang lebih membahagiakannya dari ini. Mengacaukan keaamanan pria yang telah membunuhnya dan mendapatkan satu budak yang tampan. Ellina tak pernah berpikir ini sebelumnya.
Semua mata menatap permusuhan antara Ellina dan Ethan. Mereka semua bersiap dengan laptop di hadapan masing-masing. Saling menatap dengan penuh keyakinan. Hingga Ernest yang melihat itu tersenyum.
"Mulai!"
Satu perintah itu membuat suasana di ruangan rapat menjadi hening. Semua mata terfokus pada layar di hadapan masing-masing. Suara keyboard yang bertubrukan dengan tangan terdengar cukup merdu di telinga Ernest. Matanya menatap setiap pergerakan dan jatuh pada sosok gadis yang tak jauh darinya. Ia tersenyum tipis kali ini, melihat Ellina yang begitu fokus, entah kenapa itu membuatnya merasa senang.
Angka-angka selalu berganti cepat. Kecepatan tangan dan pemecahan kode-kode rahasia membuat beberapa kursi bederit menyerah. Mereka kalah dan mulai mundur. Menatap yang lainnya yang masih sanggup bertahan.
Ding!
Ethan tersenyum saat bunyi itu terdengar. Ia berhasil membuka sistem pertahanan perusahaan Reegan tingkat ke lima. Beberapa orang yang tengah kalah berdecak kagum. Itu bukanlah suatu hal yang mudah, tapi Ethan dapat melakukannya. Satu persatu yang gagal mulai berkumpul di belakang Ethan. Mereka menanti dengan berdebar saat melihat angka yang terus berganti dengan kecepatan tangan yang lihai. Decak kagum terdengar, mereka tak akan pernah ragu dengan kemampuan Ethan.
Sedangkan Ellina terlihat sangat fokus. Tangannya bergerak sangat cepat di atas keyboard. Bayangan wajah Kenzie terlintas. Menghadirkan rasa benci dan muak dalam waktu yang sama. Ia terus berselancar, mengacaukan pertahanan demi pertahanan perusahaan Kenzie dengan sangat apik. Ia bahkan tak menyadari, saat Zacheo bergerak ke sisinya dan menatap layar laptopnya dengan decakan kagum.
Hal itu membuat beberapa orang penasaran dan mendekat. Kini kubi terbagi dua. Antara Ellina dan Ethan. Membuat hawa permusuhan itu kian terasa. Ernest yang melihat itu hanya tersenyum. Ia tak menyangka bahwa pilihannya akan jatuh pada perusahaan Kenzie. Ia tersenyum tipis saat berpikir harus mengatakan sebuah alasan yang masuk akal jika mereka bertemu nanti.
"Wah,"
Decakan itu terdengar dari sisi Ellina. Zacheo yang melihat itu hanya bisa menggeleng pelan. Menatap layar lalu kembali pada wajah Ellina. Ini pertama kali untuknya. Menyaksikan Ellina menggerakan tangan di atas keyboard. Awalnya ia tak mengerti, kenapa Tuan Mudanya begitu terobsesi pada gadis di sampingnya. Tapi kali ini, ia benar-benar menyadari itu semua. Gadis di sampingnya, bukan hanya gadis yang cerdas, tapi jenius. Bukan hanya sekedar mengacaukan, tapi menghancurkan sistem perusahaan Reegan dengan sangat lihai.
"Monster," ucap beberapa orang saat melihat kemampuan Ellina. Mereka tersenyum ngeri pada gadis di depannya. Merasa sangat takjup dan bergidik ngeri di waktu yang bersamaan.
Ethan yang mendengar decakan itu teralihkan sesaat. Matanya kembali fokus pada layar di depannya. Ia mencoba menggerakkan tangannya lebih cepat lagi. Ia telah sampai pada titik petahanan kedua kali ini. Dan tengah mengacaukannya dengan sangat hati-hati. Tapi tiba-tiba sebuah akun melewatinya dengan sangat cepat. Membuatnya tertinggal dalam hitungan detik. Hal itu membuatnya kewalahan. Saat ekor matanya menangkap id pengguna tersebut, pikirannya seperti dihantam batu yang besar.
"White Fox," ujar Ethan pelan.
Matanya mengunci layar di depannya saat menampilkan informasi hancurnya sistem pertahanan perusahaan yang tengah ia retas. Sontak hal itu membuatnya berdiri. Berjalan ke arah Ellina hingga berdiri tepat di belakang Ellina. Melihat kecepatan tangan Ellina yang hampir tak terlihat. Sangat cepat berpindah layaknya itu bukanlah suatu hal yang sulit.
Ding!
Sistem pertahanan perusahaan Reegan yang pertama hancur. Decakan kagum itu kembali terdengar. Saat ini Ellina bahkan belum mengakhirinya. Membuat Ernest begitu penasaran hingga akhirnya ikut menonton.
Di sana, beberapa informasi penting bahkan berhasil Ellina bobol. Zacheo yang melihat itu segera mengambil sebuah kertas dan mencatatnya. Kini satu ruangan itu sangat yakin, bahwa perusahaan Reegan saat ini pasti tengah heboh. Beberapa informasi penting mereka telah di curi. Pertahanan sistem mereka bahkan telah hancur. Mungkin juga, saat ini perusahaan itu tengah mencoba mengejar namun gagal saat Ellina memasukan virus ringan yang cukup menghambat laju internet mereka.
"Nice," desis Ernest sangat puas. Ia bahkan lupa, alasan apa yang harus ia katakan saat Reegan tahu semua ini.
***