Kenapa mereka tidak ikut John berangkat ke airport? Belum sempat menanyakan mengapa, tiba-tiba mereka mendorongku masuk kembali ke kamar. Perasaanku tidak enak, mereka tersenyum gembira sambil berbicara entah bahasa apa.
Aku gelagapan melihat mereka berjalan mendekatiku. "Get out from my room!", teriakku marah.
Namun mereka tersenyum sambil melepaskan jas mereka. Mereka lalu berbicara kepadaku dengan bahasa mereka, aku sungguh tidak mengerti
Kemudian si Hamid melanjutkan dengan sedikit bahasa inggris, "Your husband sell this house include you..." katanya sambil tersenyum dengan giginya yang putih.
"Hahahaha..." si Karim tertawa lebar sambil mendekatiku.
Badanku gemetaran takut merrka berbuat sesuatu yang menyakitiku, aku pun segera lari ke arah pintu keluar. Damn, Hamid berhasil menghadangku dan menarik tanganku, ia kembali mendorongku hingga jatuh terlentang di atas ranjang.
Apa yang dilakukan John kepadaku? Apa dia tega menjualku? Aku lalu meneteskan air mata membayangkan nasib yang menimpaku ini. Sedangkan kedua pria bertubuh besar berkulit hitam itu telah melepaskan semua busana mereka.
Tubuh mereka sangat kekar, badan mereka berotot, si Karim memiliki tatto di lengannya, bahkan yang membuatku pucat adalah penis mereka yang sangat besar, melebih ukuran milik John.Kedua orang yang berbadan seperti bodyguard itu mendekatiku, mereka tertawa girang.
Mereka berkomunikasi dengan bahasa mereka yang tidak ku mengerti. Hamid lalu menangkap tanganku, ia mencoba menciumi bibirku, tapi aku memberontak hingga ia kesal lalu menamparku. Pipiku dicengkramnya agar ia bisa leluasa menciumi bibirku. Sedangkan si Karim dari bawah menyibak rokku, ia berusaha memplorotkan celana dalamku.
"No!"
Aku berusaha berteriak dan menendang-nendangkan kakiku, tapi Hamid sudah menciumi bibirku hingga aku tidak bisa teriak, dan ia mencekik leherku agar aku tidak melawan. Akhirnya Karim berhasil menarik turun celana dalamku, ia pun langsung menjilati vaginaku.
"Ouh...sssshhh", geli sekali.
Sungguh sangat menjijikkan, di mana mulutku penuh dengan air liur Hamid, dan vaginaku dijilat oleh Karim dengan sedikit sentuhan bibirnya yang agak brewokan.Ciuman Hamid kemudian di arahkan ke leher ku. Rambutku dijambak agar aku tidak bergerak. Tubuhku pun ditindihnya agar tidak melawan. Sungguh aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain pasrah.
Aku hanya bisa menutup mataku dan merasakan hal buruk ini terjadi, daerah kewanitaanku sudah tidak dijilati, namun aku merasakan jari Karim meraba-raba dan ingin menusuk ke dalam lubang vaginaku. Sesuatu yang keras perlahan memasuki liang vagina ku.
"Argh... aaakkhhh"
Aku tersentak karena benda keras itu menusuk dengan kasar hingga ke dalam vagina, jarinya terasa mengoyak dinding vaginaku. Bukan satu jari, sepertinya ia menggunakan lebih dari dua jari untuk mengobok-ngobok vaginaku, sungguh sangat menyakitkan.
Sedangkan Hamid sudah bosan menciumi bibir dan leherku, ia menarik bajuku hingga koyak, aku benar-benar ketakutan. Seperti binatang kelaparan, Hamid langsung menarik bra-ku hingga bra-ku lepas dan memperlihatkan payudara ku yang tidak begitu besar.
Binatang liar itu tidak mau menunggu lama, ia langsung meremas payudaraku dengan kasar. Sakit sekali karena Hamid meremasnya dengan kuat, ke dua buah payudaraku dicengkram erat seperti mau diremas hingga pecah. "Please... Leave me...", Hamid bukannya iba, ia malah memilin puting susu ku dengan jarinya. "Argh...", puting susu ku dicubit dan ditarik Hamid.
Beberapa menit sudah berlalu, vaginaku terasa perih karena tusukan yang terus-menerus oleh jari Karim. Tiba-tiba gerakan jari itu tidak terasa, aku tidak bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi karena Hamid masih menindihku dan menutupi pandanganku. Mungkin Karim capek dengan gerakan jarinya sehingga ia ingin istirahat.
Bosan meremas susuku, Hamid kemudian menciumi susuku, bahkan ia meyedot keras putingku dan sekali-kali menggigitnya. Tidak hanya itu, ia juga memberikan beberapa bekas cupangan di sekitar susuku. Putingku terasa sangat sakit karena digigit Hamid. Ingin rasa diriku bunuh diri saja daripada diperlakukan begini.
Hamid kemudian menyudahi kegiatannya, sepertinya ia sudah puas menikmati susuku. Ia kemudian berdiri, sehingga dengan jelas aku melihat Karim telah siap-siap ingin memasukkan penisnya yang besar panjang ke dalam vaginaku.
Aku sangat ketakutan karena sebelumnya aku tidak pernah menjumpai penis sebesar itu. Aku berusaha bangun untuk menghindari semua ini, dengan cepat aku menendang Karim dan mendorong Hamid hingga terjatuh, segera aku berlari keluar kamar, aku tidak peduli dengan kondisi ku yang sudah telanjang bulat. Tapi langkahku terhenti, ternyata di luar kamar ramai dengan orang-orang berkulit hitam, sepertinya mereka adalah anak buah Karim dan Hamid.
Mereka terlihat seperti preman, sedang asyik merokok sambil berjaga-jaga. Aku tak bisa lari lagi. Aku terdiam dan mereka hanya senyum-senyum sambil memainkan belati yang ada di tangan mereka. Hamid dan Karim pun keluar untuk membawaku kembali ke kamar.