webnovel

Nancy

Perpisahan dengan Herman membuat Nancy pergi darinya untuk mendapatkan ketenangan jiwa. Hingga Ia bertemu dengan John, seorang pengusaha terkenal yang tinggal di sebuah Mansion mewah. Mereka saling jatuh cinta dan membuahkan anak bernama Chelsea. Suatu ketika Nancy menemukan diary milik John yang tertinggal di kamarnya, kemudian Ia menyadari bahwa John menyimpan rahasia yang sangat besar.

Aagiasi · Khác
Không đủ số lượng người đọc
4 Chs

Strangers has Come

Kedatangan Herman sungguh mengembalikan perasaanku yang dahulu kala pernah mencintainya. Walaupun ia hanya beberapa hari liburan di sini, namun aku sangat bahagia sekali. Kepulangannya kembali ke negeri tercinta membuatku merindukannya, perasaan sedikit kehilangan terus menghantuiku.

Padahal aku seharusnya melupakan dia, kini aku sudah berkeluarga, hidupku pun bisa dibilang lebih dari berkecukupan.

Aku meninggalkan negeriku untuk merantau di negeri orang, di sini, Singapura, aku menemukan suamiku, John, yang begitu mencintaiku, padahal status aku sebelumnya tidaklah jelas. Aku mempunyai seorang anak perempuan yang sampai sekarang aku tidak tahu siapa ayah kandungnya.

Pembaca mungkin bingung, namun sebelum bertemu dengan John, banyak kisah pilu yang aku alami. Kini aku sudah melupakannya dan memulai hidup baru dengan John, namun kedatangan Herman beberapa hari lalu kembali membuka lembaran lamaku.

Sebenarnya aku tidak begitu mencintai John, namun karena ia selalu perhatian denganku akhirnya aku menerima lamarannya. Ia juga menyayangi anakku, Chelsea. Namun hingga hari ini aku tidak pernah tahu apa bisnisnya. Ia selalu pulang dengan pakaian rapi, mengenakan jas dan dasi, turun dari mobil kelas mahal dengan dibawa sopir pribadi.

Ia juga enggan menceritakannya, namun tiap malam ia selalu terlihat stress, percintaan kami di atas ranjang selalu dengan perlakuan kasar. Ia mungkin memang seorang yang hyperseks, namun aku sebagai istrinya harus mengerti dan memenuhi apa kemauannya. Tiap malam perasaan tersiksa sebenarnya selalu aku alami, bagaimana tidak, John selalu berlaku kasar jika berhubungan seks, selain hardcore, ia juga menyukai gaya bondage.

Aku kadang berpikir nasib ku yang begitu jelek, karena selalu diperlakukan kasar sejak dulu, sehingga tidak heran aku merindukan hubungan seks yang alami atau softcore.

KRIIINNNGGGG

Tiba-tiba suara telepon rumah berbunyi, aku pun segera menuju arah telepon dan mengangkatnya.

"Nes, prepare foods, becuse my friend want come to home earlier..."

"Oke...", jawabku.

Tumben sekali John mengajak temannya datang ke rumah. Sudah beberapa tahun hidup dengannya, baru kali ini ia mengajak temannya makan di rumah.

Aku pun segera beranjak menuju dapur untuk menyiapkan makanan, agar nanti suamiku pulang, masakanku sudah siap dinikmati. Aku pun mengajak pembantu rumah tangga kami untuk membantu agar cepat menyelesaikan tugas yang dipesankan John.

Suasana sudah mulai sore, biasanya jam begini John sudah pulang. Sesuai prediksiku, tak lama menunggu John pun pulang, untungnya masakanku sudah siap, walau tidak begitu mewah, namun banyak pilihan menu yang aku siapkan.

John masuk ke rumah langsung menuju ruang makan kami. Ia bersama dua orang temannya, mereka hitam sekali, sepertinya keturunan negro, namun pakaian mereka rapi seperti John, memakai jas hitam dengan dasi tersimpul rapi. Mereka terus berbicara entah bahasa apa sambil menuju ruang makan. Bukan bahasa inggris, bahasa ini cukup aneh, aku sendiri penasaran sekali. Aku hanya sedikit menguasai bahasa inggris, tak heran kadang John juga menggunakan bahasa melayu agar mempermudah komunikasi kami.

"She's my wife, her name is Agnes Monica" tiba-tiba John berbicara dalam bahasa inggris untuk memperkenalkan aku ke teman-temannya.

"Woo, so beauty...", kata seorang temannya sambil tersenyum menampakkan giginya yang terlihat putih dibalik wajahnya yang hitam.

Hamid dan Karim nama mereka, seperti nama orang Timur, dugaanku mungkin mereka dari timur tengah atau Arab, atau Afganistan? Sosok mereka kurang lebih sama, postur tubuh mereka besar tinggi, namun kulit mereka hitam dan berkepala plontos.

Tidak menunggu lama, John langsung mengajak mereka makan bersama. Aku sedikit gugup makan satu meja bersama mereka, karena aku tidak tahu apakah mereka hanya sekedar teman, atau mitra kerja John.

Sambil makan mereka masih terus berbicara, entah apa yang dibahas mereka, namun sedikit tidak nyaman bagiku, karena sebentar-bentar mereka melirik ke arahku. Firasatku malah menjadi tidak enak ketika mereka berdua tertawa terbahak-bahak, entah apa yang membuat mereka ketawa, apakah John menceritakan kisah lucu atau apa, aku kurang tahu.

Nafsu makan ku pun mulai hilang, aku pun kemudian minta ijin kepada John untuk kembali ke kamarku. Namun John sedikit tersinggung, ia malah ngoceh terhadapku seolah-olah aku tidak menghargai teman-temannya. Setelah ku jelaskan dengan sedikit kebohongan bahwa aku kurang enak badan, akhirnya aku pun diperbolehkan meninggalkan ruangan makan.

Aku pun langsung menghempaskan tubuhku di atas kasur, sedikit capek juga karena menyiapkan makanan yang cukup banyak. Ranjangku dengan John yang menjadi saksi bisu akan percintaan kasar kami ini sunggubhterasa empuk.

Kupandangi ke arah kanan, lemari pakaian John terbuka sedikit, aku pun bangkit untuk mencoba menutupnya. Pakaian John tergantung rapi dan harum, aku jarang sekali membuka lemarinya, karena John yang selalu mengurusnya, bahkan mencuci dan menyetrika pakaiannya dilakukan oleh pembantu rumah tangga kami.

Ternyata pintu lemarinya tak tertutup rapat karena terganjal sesuatu, saat ku cek di bawah tumpukan bajunya ternyata ada sebuah buku tebal yang sedikit tertarik keluar menahan tertutupnya pintu.Aku mengambil buku itu dan ku tutup kembali lemari pakaian John. Ku bawa ke dekat ranjang untuk membacanya sambil tiduran. Aku sangat penasaran dengan buku ini, karena tampak sangat seperti sebuah buku harian. Aku pun tiduran untuk membacanya, ternyata benar, ini adalah diary milik John.