webnovel

MY SWEET LECTURER

Beberapa mahasiswi sangat mungkin jatuh hati pada sang dosen, apalagi kalau si dosen tersebut udah akademisi juga praktisi di bidang bisnis. Udah gitu ganteng, single, kaya raya pula. Nah apa yang akan terjadi pada Isabella Stuart nih, kalau ternyata di kampusnya ada dosen yang ganteng, kaya, single dan jatuh hati padanya??? Romance dewasa ini dikemas dengan alur yg berdinamika dan pasti bikin pengen baca terus teris dan terus lhoooo . . . Dan karena peminat romace ini banyakk maka author mutusin untuk revisi gede2an, biar lebih komplit, lebih greget, dan lebih bikin nagih.

Queenerri · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
239 Chs

MSL - BAB 24

Kami sarapan pagi dibawah pengawasan Granny yang sedari tadi melempar pandangan ke arah kami secara bergantian.

"Bagaimana istiraha malam kalian?" Tanya Granny tiba-tiba dan entah mengapa kami menjadi kikuk hingga saling menatap.

"Kenapa Granny bertanya sepeti itu?" Tanya Christ.

"Aku hanya merasa semalam sedikit berisik."

Oh sial, apakah kami bersuara terlalu keras semalam? Aku benar-benar tidak bisa menyembunyikan wajahku yang saat ini semereh tomat.

"Aku tidak mendengar apapun." Christ benar-benar pandai berbohong kali ini, dia bahkan terlihat biasa saja sambil terus mengunyah makanannya.

"Apa kau mendengar sesuatu Mss. Stuart?" Tanyanya dan aku menggeleng cepat. "Nope." Jawabku.

"Mungkin Granny terlalu lelah mengurus kebun sampai terbawa mimpi."

"Kau pikir aku setua itu?" Protes wanita yang sejujurnya memang sudah benar-benar tua. Tapi aku akui, pendengarannya masih sangat jernih, jika desahan dan lenguhan kami yang tak terlalu keras (menurutku) mampu didengar olehnya sementara rumah ini sebenarnya sangat luas. Kecuali dia berdiri didepan pintu dan mendengar semuanya dari luar. WHAT?! Apakah Granny sengaja menguping?

Aku berdehem, membersihkan tenggorokanku, entah mengapa ketika Granny membahas kebisingan semalam membuat kerongkonganku mendadak menjadi gatal.

"Kau akan kekantor hari ini Christ?" Tanya Granny.

"Ya." Jawabnya singkat, dia benar-benar pandai bersandiwara.

"Sampai kapan kalian akan tinggal di sini?" Tanya Granny dan itu membuatku sedikit terusik, oh nenek tua ini tampaknya benar-benar tidak terlalu menyukaiku.

"Granny keberatan kami tinggal di sini?"

"Menikahlah dan bawa gadis ini pulang kerumahmu." Jawaban yang menohok, membuat Christ hampir tersedak, dan aku segera menyodorkan gelas berisi air padanya.

"Thanks." Christ meminum dari gelas itu beberapa teguk, kemudian melirik ke arahku.

"Aku tidak suka kau membiarkan gadis ini menunggumu tanpa kepastian." Ujar Granny, oh kupikir dia benar-benar tidak menyukaiku, rupanya aku salah, dia berad di pihakku.

Granny menatapku lalu mengerling. Apa ini kode??? Aku Tertunduk malu.

"Jika aku jadi dia, tentu aku sudah meninggalkanmu. Mantan isterimu membenturkan kepalaku di tembok, menusukku, dan kau sendiri tidak punya pendirian." Ujar Granny. "Sayangnya gadis ini telalu bodoh, jadi dia tetap tinggal."

"Oh Granny, rupanya kalian bersekongkol?" Alis Christ bertaut.

"Kakekmu dan aku tidak pernah mengajarkanmu menjadi pecundang, jadi bersikaplah jantan." Granny meletakkan alat makannya, dan menyesap the dari dalam cangkirnya.

"Aku akan ke kebun." Ujarnya sambil berdiri.

"Oh ya, satu hal lagi yang harus kalian tahu." Ujar Granny dengan sangat serius sambil menatap kami berdua, kami terdiam menunggu apa yang akan dia katakan.

"Jangan bercinta dengan suara keras, kalian pikir aku tuli hah?!" Protesnya sebelum akhirnya meninggalkan kami.

Christ memejamkan matanya sekilas, rahangnya mengeras, dan aku hanya bisa tertunduk malu. Ini benar-benar sarapan pagi paling mengerikan yang pernah kulalui. Dan Granny, adalah nenek paling tak terduga kurasa.

Christ menatapku dan aku hanya berani menatapnya dari balik bulu mataku. Bagaimana tidak, aku bahkan begitu malu untuk mengingat semua kejadian yang terjadi diantara kami semalam.

Christ membersihkan tenggorokannya dengan berdehem, kemudian mengelap bibirnya dengan tissue setelah minum.

"Aku akan ke kantor. Kalau kau bosan di sini, aku bisa mengantarmu ke tempat Zevanya agar kau punya kegiatan lain."

"Tolong selamatkan aku dari Granny." Bisikku dan Christ tersenyum tertahan, sebelum akhirnya menarik tanganku dan membawaku keluar rumah tanpa berpamitan pada neneknya itu.