Catatan Penulis:
Terima kasih Penulis ucapkan kepada para pembaca yang telah menunggu dan membaca karya ini! Penulis sangat mengapresiasi kalian Semua. DM Author untuk saling mengenal dan mungkin bisa memberi masukan. (☆ω☆*)
Karena keterbatasan penulis, sampai saat ini penulis hanya bisa bertahan dengan 1 Ch. per-minggu, yang akan tetap diusahakan terbit tiap hari minggu jam 00.00 (UTC+08.00). Jika anda berkenan, Penulis juga terbuka menerima umpan balik atau yang lainnya. (^ v ^)
Ini adalah babak khusus yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan Lanjutan Karya ini. Sampai saat ini, Ini adalah akhir dari MS2MD (pada Volume ke-2 ini). Saat ini sedang digarap Volume ketiga untuk Karya ini yang akan dimulai dari kejadian jika 'Bu Rati Ingat, Tahu, dan Bertindak Cepat!"
Untuk lebih jelasnya, maksud Penulis akan dijelaskan oleh pemeran utama Karya ini, semoga lebih mudah dipahami. Thx.
Third of The Fourth Month of 2021, Cloud Rain.
The Fourth Wall has been repaired! *Pel April!?
--------------------------------------------------------
"Selanjutnya untuk Wilayah Surabaya kota dan sekitarnya. Kami informasikan jika wilayah ini akan dilanda badai, para penduduk dimohon untuk menyiapkan segala sesuatunya untuk bertahan pada musim penghujan ini...." Suara seorang Presenter TV.
Sekarang ketiga orang itu sedang duduk-duduk di ruang tamu sambil mendengarkan TV yang menayangkan acara perkiraan cuaca.
"Jadi... pak, apa yang bisa kami bantu?" Kata Bu Rati.
Dengan sedikit ragu-ragu, Bu Rati bertanya pada seorang tamu yang duduk di depannya.
"Tidak ada, saya hanya mau berkunjung kesini." Kata tamu tersebut.
Mereka berdua tampak bingung mendengar jawabannya. Lalu terlihat jika mereka berbisik satu sama lain.
"Pak, apa kita melakukan kesalahan?" Tanya Bu Rati ke Pak Sumi.
"Gak tau Bu, kayaknya kita ngga ngelakuin apa-apa." Jawab Bu Rati.
"Apa karena kita ngga ngelakuin apa-apa ya?" Tanya Bu Rati.
"Ah!" kata Pak Sumi kaget karena respons Istrinya.
"Pak Sumi, Bu Rati, mungkin kalian harus siap-siap jika terjadi badai." Tamu itu berkata demikian.
"Ya... kami tentu akan melakukannya, jika Anda menghendaki demikian." kata Pak Sumi.
"Ahaha begitu ya?" Kata Tamu itu.
Lalu tamu itu meminum teh yang telah disuguhkan padanya.
"Anu... pak, kalau boleh aku bertanya." Kata Bu Rati.
"Hm? silakan." Kata Tamu.
"E... yah maksudku... ah begini, kan saya baru saja membeli sebuah novel, nah itu kenapa sih Pak Penulis novel itu membuat ending yang gak bagus?" Tanya Bu Rati.
"Ending yang gak bagus?" Tanya Tamu itu.
"Maksudnya sad ending atau mungkin menggantung." Jawab Bu Rati.
"Menurutku, kalau sad ending mungkin sudah keinginan penulis ya. Tapi kalau menggantung ya itu tergantung." Kata Tamu itu.
"Menggantung? tergantung?" Kata Pak Sumi.
(Tamu itu menyadari sesuatu setelah meminum teh yang disuguhkan oleh Bu Rati)
"Hm!? Tehnya enak." Kata Tamu itu.
"Teh? ah.. iya kan Bapak yang menyuruhku membeli merek yang itu" Kata Bu Rati Kepada tamu tersebut.
"Ya... memang sih." Kata Tamu itu.
"Pak, jika tidak keberatan silakan dilanjut jawaban tentang ending yang menggantung tadi." kata Pak Sumi.
Dia kelihatan sangat kerepotan sekaligus penasaran dengan jawaban tamu itu.
"Ending yang menggantung, itu tergantung. Ada pembuat Novel yang memang menghendaki akhir yang seperti itu. Kau tahu, hal ini seperti seseorang pemudi yang sedang berdandan untuk melakukan kencan pertama kali. Dia mungkin um, berkali-kali dia memakai dan melepas baju, mengecek kecocokan make-up dengan busana, atau bahkan aksesoris apa yang akan dipakainya." Kata Tamu itu.
"Maaf, pak, saya masih tidak mengerti." Kata Pak Sumi.
"Jangan memotong, dengarkan dulu sampai selesai. Apa pun yang menjadi pilihan pemudi itu, adalah apa yang pertama kali dilihat oleh pacarnya. Hal ini sama dengan Novel. Kita tidak tahu apa yang menjadi pertimbangan penulis saat mulai-sedang-sudah menulis novel itu hingga saat Novel itu dibagikan ke pihak percetakan dan disebarluaskan, dan sampai ke tanganmu, Bu Rati." Kata Tamu tersebut.
"JADI JIKA ENDINGNYA JELEK, MAKA PENULIS ITU MASIH AMATIR YA!? AHAAHAHA" Kata Pak Sumi bahagia.
"Pak!!" Kata Bu Rati.
Bu Rati menjewer telinga suaminya itu.
Tamu itu tampak sedikit bereaksi terhadap gurauan Pak Sumi.
"Hmm, Tidak Bu Rati, Mungkin suamimu benar. Bahkan seseorang yang telah berpengalaman dalam hal berkencan juga bisa membuat pacarnya tidak nyaman dengan busana yang dikenakan. Jadi, meskipun Seorang penulis telah lama berkiprah dalam dunia per-novel-an, Dia juga dapat membuat 'kesalahan'." Kata Tamu itu.
Sepasang suami istri itu diam.
"Ah maaf, aku salah. Bukan kesalahan, tapi membuat ending pada novelnya tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh sebagian besar orang, hm, yang diharapkan semua orang yang membacanya kecuali penulis novel itu sendiri." Lanjut Tamu tersebut.
"Lalu bagaimana?" Tanya Bu Rati.
"Jadi yang perlu Bu Rati lakukan itu sebenarnya gampang. Sama seperti sepasang kekasih yang baru jadian, mereka mulai akan menegur satu sama lain untuk memperbaiki hal yang salah atau dianggap salah." Kata Tamu tersebut.
"Apakah saya harus melabrak penulis novel ini?" Kata Pak Sumi.
"Melabrak? maksudmu marah? ya tidak harus, tapi bisa dengan memberi masukan dan kritik yang membangun." Kata Tamu tersebut.
"Hmm begitu ya, ah ngomong-ngomong hujannya deras lagi. Bapak yakin tidak mau pergi, akan Saya antar dengan payungku." Kata Pak Sumi.
"Pergi dari sini? kenapa?" Kata Tamu tersebut.
"Bukannya Bapak Masih harus menulis kelanjutan Novel ini?" Kata Pak Sumi.
"Hm? oh benar juga Aku adalah penulisnya." Kata Tamu itu.
"Ngomong-ngomong, bukannya sekarang waktunya Marie untuk makan siang?" Kata Author yang sedang duduk di kursi tamu bersama Pak Sumi dan Bu Rati sedari tadi.
"Iya pak, serahkan Marie kepadaku." Kata Bu Rati sambil mengambil Marie yang dari tadi ada di gendongan Author.