webnovel

MFWS | O1— Pernikahan kontrak

"Tuan Kim, mohon berikan keringanan lagi sampai dua bulan. Saya berjanji pasti akan memberikan cicilan bulan depan, untuk bulan ini uang saya sudah habis membayar biaya pendidikan putri saya"

Laki-laki parubaya berbadan gemuk berkaos putih sempit dengan celana pendek selutut yang kebesaran itu memohon pada seorang laki-laki yang usianya tidak berbeda jauh darinya hanya saja status mereka berbeda.

Yang satu orang kaya sedangkan yang satunya lagi kalangan bawah.

Tuan Kim menghentakkan tongkat di tangan kanannya, "Lima tahun. Sudah lebih dari lima tahun kami tidak mengambil tindakan apapun, bukankah seharusnya anda memanfaatkan waktu untuk mulai membayar Tuan Jinwoo?"

Pertanyaan itu membuat leher Jinwoo tercekat pasalnya ia sendiri tidak tau kalau mendiang istrinya memiliki hutang dimana-mana, tidak masalah jika hanya berhutang dengan tetangga atau kerabat karena ia masih bisa melunasinya dengan tempo pembayaran ringan tapi ketika tau kalau hutang paling banyak rupanya berasal dari seorang billionaire Korea 'Kim Jaehwan' Jinwoo langsung kehilangan akal.

Pasalnya jika sudah terlilit hutang dengan laki-laki milyarder dihadapannya ini maka kecil kemungkinannya bisa bebas, ditambah lagi nominal hutang akan selalu bertambah seiring berjalannya hari, bulan, dan tahun.

"Tolong berikan saya waktu lebih lama lagi Tuan Kim, saya akan menjadikan diri saya sebagai jaminannya jika anda menduga kemungkinan saya akan lari keluar negeri" Jinwoo tiada henti memohon sambil memegang kaki terbungkus celana setelan jas yang dikenakan oleh Tuan Kim.

Tuan Kim tertawa renyah, "Kau menjaminkan dirimu sendiri, apa gunanya?" Ucapnya merendahkan. "Saat ini juga aku bisa memeritahkan anak buahku menghabisimu daripada setiap bulan aku melihat kau merengek di kakiku" Imbuhnya sarkas.

Tidak menduga cara berpikir orang miskin rupanya sekotor ini, Tuan Kim kembali bicara.

"Dirimu tidak terlalu penting sehingga harus kuterima sebagai jaminan" Katanya menolak dengan jelas, "Bagiku waktu sangat berharga maka kau harus menjaminkan sesuatu yang benar-benar berharga dalam hidupmu supaya kita impas."

Sesuatu yang berharga dalam hidup?

Perkataan itu membuat Jinwoo terintimidasi, ia memutar otaknya untuk berpikir dengan sangat keras. Memikirkan apa yang paling berharga dalam hidupnya, sedetik kemudian Jinwoo mendapatkan jawabannya.

Kalau bukan demi ketenangan sang istri sekaligus ibu dari putri sematawayangnya di akhirat, Jinwoo bersumpah tidak akan pernah mengambil langkah ini jika boleh ditukar dengan nyawanya sekalipun Jinwoo ikhlas.

"Putriku, aku punya seorang putri yang sangat berharga dalam hidupku" Jinwoo mendongak bersamaan dengan itu Tuan Kim sedang melihat ke bawah, ia menyunggingkan senyum miring.

"Itu baru yang dinamakan impas" Ucapnya menyetujui lalu memudurkan langkahnya dan kembali ke sofa nyamannya serta mempersilakan Jinwoo duduk dengan baik-baik.

"Cukup menarik, silakan tanda tangani surat perjanjian ini. Anda bisa membacanya lebih dulu, Tuan Jinwoo" Tuan Kim menyerahkan sebuah dokumen bermap biru pada Jinwoo, ia juga meminta laki-laki itu membacanya terlebih dahulu.

Jinwoo membaca isi surat perjanjian mengenai cara pembayaran hutang berserta jaminan, seketika keningnya berkerut saat membaca ada kata 'menikah' dalam surat perjanjian tersebut.

"Maaf sebelumnya, boleh saya tahu apa maksud kata menikah di dalam dokumen ini!?" Meski ragu, Jinwoo memilih untuk mengatakan sekaligus bertanya meminta jawaban pada Tuan Kim.

Tuan Kim mengelus ujung dagunya, "Yah, putrimu akan dinikahkan. Selama hutang belum lunas, kau tidak boleh bertemu dengannya." Tukas Tuan Kim dengan tatapan memperingatkan.

"Maksud anda—"

"Hahaha bukan menikah denganku, tapi dengan putraku" Tiba-tiba saja Tuan Kim menyahut santai malahan sempat tertawa di awal kalimatnya. "Perlu diingat, aku tidak tertarik dengan yang namanya menikah dua kali." Katanya mempertegas.

Jinwoo agak bersyukur mendengarnya, ia merasa putrinya baru saja terselamatkan dari maut setelah Tuan Kim mengonfirmasikan bahwa putranya yang akan menikah dengan putrinya.

Tuan Kim memanggil putranya dengan lambaian tangan ke udara.

Sesosok pria tampan berbadan tegak dan proporsional yang tubuhnya terbalut dengan setelan jas formal keluar dari belakang tirai hitam transparan yang berada tepat dibelakang sofa Tuan Kim.

"Taehyung putraku, ayo ikut serta dalam perjanjian ini" Tuan Kim memerintah sambil menyodorkan sebuah pulpen bertinta hitam pada Taehyung.

Taehyung mengangguk singkat, ia sangat penurut terutama terhadap sang ayah yang telah membesarkannya dari nol.

Diraihnya pulpen tersebut kemudian berjalan menuju meja dan ikut membubuhkan tanda tangannya di atas kertas perjanjian.

Melihat wajah Jinwoo yang tegang, Tuan Kim angkat bicara untuk memperjelas.

"Tenanglah ketika seluruh hutang dan perjanjian beres, mereka akan bercerai" Putus Tuan Jaehwan.

Toh, selama ini dia tidak berniat memiliki menantu dan secara jelas tertera di atas kertas perjanjian bahwa meskipun sumpah pernikahan yang mereka ambil sungguhan, Taehyung yang bersangkutan pun dilarang menyentuh putri Tuan Jinwoo dalam artian lain.

Seseorang yang mencuri dengar dari balik dinding mengepalkan tangannya kuat-kuat, Kim Yerin tidak terima dirinya yang belum pernah dilirik ataupun disentuh diduakan bergitu saja.

Yerin marah dengan kilatan-kilatan api di kedua manik cokelat madu miliknya. Ternyata tekat untuk menguping hari ini membuahkan hasil mengerikan yang baru pertama kali didengar oleh Yerin, meskipun pernikahannya dengan Taehyung hanya berdalih untuk bisnis tetap saja Yerin tidak akan terima, ia pasti protes pada suaminya nanti.

Setelah mendengar deskripsi mengenai tingkah laku dan ciri-ciri dari putri Jinwoo, Tuan Kim terlihat mengusap dagunya tertarik.

"Gadis aktif ya?" Tuan Kim bertanya lebih lanjut, Jinwoo menunduk mengiyakan.

"Benar Tuan, putri saya sangat keras kepala. Dia punya banyak alasan untuk datang terlambat ke sekolah, tidak sopan, dan selebihnya kau bisa ketahui sendiri" Ujar Jinwoo memberitahu sekaligus menegaskan ulang seperti apa cara Lisa bersikap selama ini.

"Makanya aku sempat ragu dan takut terjadi sesuatu dengan putriku, aku berjanji akan melunasi hutang-hutang mendiang istriku secepatnya sebagai gantinya aku akan mempercayakan putri satu-satunya yang kumiliki kepadamu, Tuan" Jinwoo memohon sangat dalam, meskipun Lisa punya tipikal agak kurang baik dan menyebalkan sesungguhnya hanya Lisa yang tau caranya tersenyum, berbahagia dan apapun yang merujuk pada kesenangan hatinya.

Maka dari itu untuk alasan tertentu, Jinwoo bangga pada Lisa.

🌻🌻🌻

Lisa menyipitkan matanya curiga, ia tidak kenal nama yang disebutkan oleh pria dewasa disebelahnya ini.

"Dimana kameranya? ini acara televisi'kan?" Lisa menengok ke sana-kemari, "Kalian tidak bisa menipuku, hei keluarlah!" Lisa berseru memanggil kru-kru yang mungkin saja sembunyi dibalik pohon atau di atas pohon lagi.

"Nona, Aku tidak bercanda." Taehyung memperingatkan dengan tatapan dingin, pada dasarnya bukannya ia tidak memiliki sifat hangat hanya saja pada beberapa acara resmi seperti saat ini ia harus mengambil sikap tegas seperti yang ditanamkan oleh ayahnya selama ini.

Lisa menjilat bibirnya yang kering kemudian menunjuk wajah tampan seorang Kim Taehyung.

Lisa akui dia memang tampan mungkin setara dengan anggota boygroup EXO tapi tetap saja ia sudah punya wishlist calon suami masa depannya.

"Huh, kau pikir dirimu siapa. Chanyeol bukan, Sehun juga bukan, bahkan kau tidak mirip dengan Kai atau anggota NCT 127 'Jaehyun' apa kau kehilangan akal?" Celetuk Lisa pedas sepedas komentar netizen di akun media sosial miliknya.

Beberapa netizen pasti ada yang tidak menyukai Lisa, tapi Lisa menanggapinya dengan acuh. Toh, tidak kenal.

"Kau tau Kim Jaehwan?" Taehyung dengan percaya diri tinggi menyeret nama ayahnya pada gadis mengesalkan yang punya tipikal ngotot ini.

Lisa menaikan satu alisnya, "Bakwan? makanan yang berasal indonesia?" Lisa mengejek secara terang-terangan lagi pula siapa Jae—apalah itu. Lisa tidak kenal dan tidak berminat kenalan.

Kalau sudah tidak ada cara lain mungkin cara ini bisa meruntuhkan keras kepala gadis yang satu ini.

Taehyung merogoh saku di balik jasnya dan menunjukkan kertas salinan perjanjian yang di bawa olehnya, Lisa membaca tulisan kertas itu tanpa menyentuhnya.

"Jinwoo memang nama ayahku dan tanda tangannya juga sama..." Lisa memerhatikan kertas itu lamat-lamat.

"Itulah yang coba kukata—"

Ucapan Taehyung berhenti ketika dengan gesit Lisa merebut kertas itu dari tangannya kemudian merobeknya menjadi potongan-potongan kecil.

"Tapi ini cuma kertas" Katanya sambil menghendikkan bahu acuh dan melempar potongan kertas tepat ke wajah Taehyung.

Sabar adalah satu kata yang Taehyung butuhkan saat ini. Lisa berlalu melangkah cepat melewati Taehyung begitu saja tanpa memperdulikan dampak dari sikap mengesalkan yang baru ia tunjukkan.

Baru saja Taehyung dihina tapi ia harus sabar, tidak boleh melakukan kekerasan terhadap anak dibawah umur.

"Tunggu Lisa!"

Lisa berhenti ditempat saat mendengar suara yang familiar ditelinganya. Dia menoleh dan melihat sang ayah berjalan menghampirinya.

"Ayah juga disini?" Lisa membalik tubuhnya kini ia bisa melihat Jinwoo dengan jelas, "Apa-apaan semua ini. Ayah bercanda? tidak lucu" Lisa menyentak lebih dulu sebelum Jinwoo sempat mengucapkan apapun.

Jinwoo memegang bahu Lisa dan menatap lekat wajah putrinya, "Tuan Kim meminta jaminan, maafkan ayah. Ayah berjanji akan melunasinya secepat mungkin, Lisa"

Lisa menepis tangan ayahnya kesal, ia tak habis pikir bagaimana sang ayah bisa setega ini menjadikan dirinya sebagai jaminan.

"Kepercayaan macam apa yang diberikan dia pada ayah?" Lisa menunjuk wajah Taehyung untuk kedua kalinya, "Kenapa ayah mempercayakanku kepada orang macam dia? yang asal-usulnya tidak jelas—"

"Cukup!" Taehyung menangkap telunjuk Lisa dan menepisnya ke samping, "Berhenti disitu, kau punya dua pilihan. Satu, menjadi jaminan dan dua, ucapkan selamat tinggal pada ayahmu"

"Kau mengancamku?" Lisa menantang sambil berkacak pinggang menatap nyalang pria sok berlagak yang satu ini.

"Korea Selatan merupakan negara hukum, tertera di pasal 23 jika ada seseorang yang mengancam atau membahayakan orang lain dengan kata-kata atau pun tindakan maka akan dijatuhi hukuman paling ringan lima tahun penjara!" Tukas Lisa tidak senang sekaligus menunjukkan bentuk protes terhadap Taehyung.

"Jadi Tuan Payung—"

"Taehyung. Kim Taehyung." Ucap pria itu geram, ingin rasanya ia membakar sungai Han saat ada orang yang lancang mengganti namanya dengan benda yang biasa dipakai untuk melindungi diri dari hujan.

"Okay, maaf. Jadi Tuan Taehyung tolong jangan macam-macam pada kami" Lisa melanjutkan omongannya yang tertunda karena Taehyung menyela.

Seseorang berdehem menyentak.

"Kurasa ada kesalahan pahaman disini," Tuan Kim menyela dengan memegang tongkat di tangan kanan persis seperti caplin hanya mukanya saja yang kelihatan garang persis singa penguasa hutan.

"Tuan Jinwoo sepertinya tidak keberatan, bukannya membantu ayahmu kau malah menyusahkannya" Ujar Tuan Kim mengintimidasi Lisa, "Harusnya ini akan lebih mudah jika kau tidak banyak bicara, Nona muda"

Seorang bodyguard berjas hitam yang mengikuti Tuan Kim dari belakang memberikan sebuah dokumen kepada sang majikan.

Perhatian Lisa berpindah pada laki-laki berbadan ramping namun seusia dengan ayahnya, kedua mata Lisa mengikuti gestur tangan Tuan Kim yang menyodorkan map berwarna biru itu padanya.

"Kedua belah pihak sudah setuju, dokumen ini hanya memerlukan tanda tanganmu jika kau ingin menjadi anak yang berguna bagi orang tua tunggalmu" Tuan Kim mendesis sinis setelahnya, "Kau bisa membacanya dengan cepat"

Lagi, kali ini Lisa melihat kertas asli yang terdapat nama dan tanda tangan ayahnya dibagian bawah.

Padahal Lisa akan berusaha membantu ayahnya untuk mencari uang tapi setelah membaca isi surat perjanjian dan alibi yang tertera, Lisa langsung tau masalah berpusat pada Tuan Kim.

"Di baliknya kau bisa membaca perjanjian antara kau dan putraku yang akan menikah denganmu, Nona muda. Kau bisa membaca dengan jelas kalau aku mempertimbangkan keselamatanmu di dalam perjanjian tersebut" Tuan Kim menjelaskan panjang lebar tapi nampaknya percuma karena tak di dengar Lisa.

Perjanjian kedua belah pihak.

Pihak pertama selaku jaminan dan pihak kedua selaku saksi.

Poin-poin ketentuan :

Dilarang bersentuhan atau melakukan hubungan suami-istri

Lisa tersedak saat membaca poin pertama, ia terbatuk sesaat kemudian menatap Tuan Kim tak terima.

"Anda pikir aku sudi melakukannya, dengan dia!?" Lisa protes terang-terangan dengan nada tidak suka yang sangat jelas.

"Jaga-jaga saja" Tuan Kim berdalih, melihat gadis yang di tadi di deskripsikan oleh Jinwoo secara langsung rasa seperti melihat dirinya waktu seusia dengan Lisa.

Lisa membaca poin seterusnya.

Dilarang meminta uang.

Lisa tersenyum kecil, "Aku akan minta barang saja" – Ucapnya dalam hati.

Tentu saja Lisa pintar, jika tidak boleh minta uang maka Lisa minta barang yang nantinya bisa dijual dan menjadi uang.

Pihak yang bersangkutan (pihak yang berhutang) dilarang bertemu dengan pihak jaminan.

Lisa mengernyit tidak setuju, ia mendongak dan bertemu dengan senyum manipulatif Tuan Kim yang sangat mengintimidasinya.

"Aku tidak setuju dengan yang ini" Lisa menolak, jika ia dilarang bersekolah atau menjalankan aktifitas seperti biasa masih bisa diterimanya tapi ketika seorang anak dilarang bertemu dengan ayahnya ia tak akan diam.

Jinwoo menyentuh bahu kanan Lisa, Lisa menoleh dan mendapati senyum lemah diikuti gelengan pelan yang di tunjukkan pria yang teramat disayanginya.

Ayahnya memintanya untuk tidak protes, tatapan Lisa melunak. Ia mengangguk pelan dan lanjut membaca poin terakhir.

Kontrak sebagai jaminan akan dinyatakan selesai setelah yang bersangkutan melunasi seluruh hutang dan kedua belah pihak diizinkan melakukan proses cerai.

Lega rasanya saat membaca kata cerai, ini mudah. Ditambah lagi Lisa sudah terkenal, ia tinggal mencari bahan baru untuk video-video youtubenya maka royalti perbulan yang diterimanya akan bertambah.

"Aku setuju saja sih tapi aku juga membutuhkan jaminan atas namaku, untuk keselamatanku." Lisa menekankan kata 'keselamatan' seolah merasa benar-benar terancam karena pernikahan kontrak ini.

"Silakan" Tuan Kim mengizinkan, ia melukis senyum samar di ujung bibirnya.

Selain aktif, gadis itu cerdik dalam beberapa hal terutama untuk melindungi dirinya sendiri Lisa bukan gadis yang mudah diperdaya atau di tipu.

"Sebentar," Lisa memegang dokumen yang membutuhkan tanda tangannya itu dengan satu tangan sementara tangannya yang lain mencari sesuatu di ranselnya.

Lisa mengeluarkan selembar kertas dan mencari tempat untuk menulis, tapi karena tidak ada meja atau alas Lisa sepertinya punya jalan lain.

Dia menghadap pada Taehyung, "Berbalik!" Pintanya.

"Apa?"

"Berbalik saja, jangan banyak tanya!" Ucap Lisa menggerutu.

Karena Taehyung tak kunjung berbalik, Lisa membuat pria itu berbalik dan menjadikan punggung tegap itu sebagai alas untuk menulis sesuatu di atas kertas yang dipegang Lisa.

Taehyung mendengus, ia melirik pada ayahnya dan tidak sengaja menangkap senyum samar di ujung sudut bibir kanan pria itu.

Beberapa menit kemudian dengan tulisan acak-acakkan, Lisa sudah selesai dan menarik diri. Dia kembali ke hadapan Tuan Kim sementara ayahnya menatapnya dengan tatapan bingung seakan minta dijelaskan.

Lisa memberikan kertas yang sudah terdapat tanda tangannya.

Ia menuliskan perjanjian diatasnya.

"Aku akan jelaskan cara kerjanya, poin pertama kalau sewaktu-waktu ayahku dan aku mengalami kekerasan berupa ancaman maupun fiksi. Aku berhak melibatkan pihak ketiga yaitu polisi dan menjerat dia ke dalam tahanan karena terkena pasal 23, teracam hukuman 5 sampai 15 tahun penjara" Lisa menunjuk wajah Taehyung yang kebetulan posisinya baru saja berbalik, sontak Taehyung memundurkan wajahnya agar tidak terkena kuku panjang Lisa.

Tuan Kim mengangguk menyetujui, "Lanjutkan" Katanya pada Lisa yang sedang melemparkan senyum kepercayaan pada ayahnya itu.

Jinwoo tidak menyangka putrinya tumbuh dengan baik meskipun tanpa seorang ibu yang mendidiknya, kan sudah ia bilang sebelumnya.

Untuk beberapa hal ia bangga pada Lisa.

Hal ini salah satunya, Lisa yang tidak pernah berminat untuk belajar bisa menghapal pasal-pasal yang cukup sulit maka dari itu saat memecahkan masalah politik di sekolah barulah Lisa mendapatkan nilai unggul atas hasil kerjanya sendiri.

"Poin kedua, sebagai seorang suami maka Tuan Kim Payung— ah maaf maksudku Tuan Kim Taehyung wajib memenuhi tugasnya dalam memenuhi kebutuhan sosialku, benarkan Tuan Kim?" Lisa melempar tatapan tegas pada Tuan Kim tanpa rasa takut sedikitpun.

"Kau bisa membaca buku peraturan hukum negara tentang tanggung jawab berumah tangga di pasal 86 sampai 93 dan memahami konsekuensi hidup dibalik jeruji besi selama dua puluh lima tahun jika Kim Taehyung ini berani menyakitiku. Masuk dalam kategori kekerasan rumah tangga dipasal 94 dan seterusnya, selebihnya aku tidak berminat tinggal di satu ruangan yang sama dengannya."

Tidak salah lagi, gadis ini cerdik memanfaatkan hukum di negara. Tuan Kim salut dan mengapresiasi Lisa di dalam hatinya.

"Bagus, aku setuju. Tanda tangani ini Taehyung!" Titahnya sembari memberikan kertas itu pada putranya.

Taehyung menghela nafas saat berada didalam perjalanan menuju gereja, jika ayahnya terus-terusan melakukan hal seperti ini mungkin nanti akan muncul istri kontrak ketiga, keempat, kelima, dan seterusnya.

Diliriknya gadis yang duduk di sebelahnya itu. Lisa terlihat asik dengan benda pipih miliknya, ia fokus mengedit video buatannya. Masing-masing telinganya di sumpal oleh earphone dan sengaja Lisa menyetel musik dengan volume tinggi.

Lampu lalu lintas berubah merah, kenapa juga gadis disebelahnya ini tidak ikut mobil ayahnya saja. Taehyung jadi kerepotan saat ingin menghubungi Namjoon, kalau Lisa dengar sedikit saja percakapannya dengan Namjoon bisa berbahaya.

Mereka bahkan tidak mengganti pakaian sama sekali, Lisa masih dengan seragamnya ya setidaknua Taehyung sudah rapih dengan setelan jas yang selalu dikenakannya jika berada diluar rumah.

Sebelum lampu berganti menjadi hijau, Taehyung menghubungi sesuatu melalui pesan singkat.

Kim Taehyung

Namjoon-ssi, kau tidak sibuk? tolong datang ke alamat gereja ini. Aku harus menikah kontrak lagi.

Namjoon Kim

Mwo? cih, rakus sekali.

Ngomong-ngomong aku tidak bisa hari ini, rekanku bisa.

Kim Taehyung

Terserah, yang penting cepat!

Namjoon Kim

Berisik!

Ada sedikit perasaan lega setelah Taehyung menghubungi Namjoon, ia meletakkan ponselnya di dashboard.

Tepat di saat yang sama Lisa melihat benda pipih canggih dan mahal serta merek terbaru itu dengan tatapan penuh binar-binar.

Bayangan saat ia mendapat ponsel paling canggih di dunia pun terngiang-ngiang ditambah lagi saat memperkenalkan diri, pria di sampingnya ini mengatakan permata dan berlian.

Harta pria ini sangat melimpah ditambah lagi uang...uang...dan uang... Lisa menarik senyumnya, kalau begini ia akan lebih mudah hidup disana meskipun tanpa ayahnya.

Lisa mendengus, tetap saja ia menyayangi ayahnya. Hidup jauh dari ayahnya bukanlah sebuah pilihan melainkan keterpaksaan.

Sungai Han menjadi tempat terakhir ia melihat sang ayah, Lisa sempat memeluk ayahnya erat tadi tapi baru beberapa saat ia merasa sangat rindu seakan pergi jauh dari ayahnya.

Ayahnya yang selalu membuatnya tertawa sejak kecil, ayahnya yang merawatnya saat ibunya sibuk berjudi dan berhutang. Ayahnya yang selalu melakukan segala cara untuk melindungi Lisa dan kini ayahnya tersenyum getir melepas kepergian Lisa pada keluarga yang tidak jelas ini.

Tapi setidaknya, perjanjian yang Lisa tulis sendiri dengan tangannya akan meringankan beban Jinwoo yang pasti sama khawatirnya dengan Lisa.

Menikah, kenapa juga harus menikah seakan tidak ada jaminan lain saja.

Menyebalkan jika ada celah mungkin Lisa pasti akan memanjat jendela gereja dan lari tunggang langgang, kabur dengan mudah.

Nihil rasanya saat melihat para bodyguard berbadan kekar itu sementaea badan Lisa jika dilihat sekilas seperti korek kayu yang dibungkus seragam kebesaran.

Lisa sengaja memilih ukuran seragam XL untuk menyembunyikan lekukan tubuhnya, baginya tidak sopan jika seorang pelajar mengenakan seragam pas badan seperti yang dilakukan oleh seluruh siswa di Hanyoung High School.

"Aku bersedia"

Taehyung sudah menjawab pertanyaan pendeta, sekarang giliran Lisa.

Lisa lebih dulu memutar bola matanya jengkel saat mendengar pendeta memberikan pertanyaan padanya, Lisa bahkan sengaja tidak mendengarkan ucapan pendeta itu.

Toh, tugasnya hanya menjawab 'aku bersedia'

"Aku bersedia"

Membuatmu sengsara selagi bisa — Lisa melanjutkan dalam hatinya.

Pendeta berusia muda itu mencipratkan air suci pada kedua mempelai, kemudian memberkati pernikahan mereka berdua.

"Pernikahan kalian sudah resmi, tinggal mengurus dokumennya saja. Pengantin pria boleh mencium pengantin wanita" Usai mengucapkan hal itu, pendeta undur diri sementara Lisa langsung melemparkan tatapan tajam pada Taehyung.

Tuan Kim yang menyaksikan dari salah satu bangku kosong tiba-tiba bertepuk tangan.

"Kenapa tidak melakukan yang diminta oleh pendeta?" Tegur Tuan Kim pada kedua orang yang masih berdiri di altar hanya saja kini mereka menatap padanya.

Melalui lirikan mata, Tuan Kim meminta Taehyung melakukannya.

Aneh sekali padahal sewaktu ia menikah kontrak dengan Yerin tidak pakai adegan begini, bahkan waktu itu tidak disuruh mencium siapapun.

Kening Lisa berkerut dalam, ia menolak kuat-kuat dalam hatinya. Melepaskan ciuman pertamanya? oh tidak semudah itu!

Saat Taehyung melangkah makin dekat padanya, Lisa tiba-tiba merunduk dan menginjak ujung sepatu Taehyung dengan tenaga kuat ditambah lagi dia memang ingin memberikan pelajaran pada pria itu.

Wajah Taehyung melotot dengan ekspresi meradang menahan sakit sementara Lisa berakting memegangi kakinya dan berpura-pura kram.

"Maaf, kakiku kram" Lisa pura-pura menyesal lalu menegakkan tubuhnya dan berjalan meninggalkan altar dengan kaki baik-baik saja.

Tuan Kim menahan ekspresi tertawanya, ia hampir tidak pernah tersenyum atau tertawa semenjak Nona Kim diambil kembali oleh sang pencipta.

Taehyung yang melihat perubahan gelagat ayahnya ini semakin curiga, "Ayah tertawa?" Tanyanya sambil berjalan menghampiri Tuan Kim setelah denyut sakit di ujung jari kakinya mereda.

Tuan Kim buru-buru memperbaiki ekspresinya, ia mengibaskan tangannya sebelum berdiri dan menggeleng sebagai jawaban kemudian berjalan keluar dari gereja mengikuti langkah Lisa yang sudah keluar lebih dulu.

"Ayah itu...pasti ada yang tidak beres" Taehyung bergumam curiga, ponselnya yang disaku bergetar dan sebuah panggilan masuk atas nama Namjoon tertera di layarnya.

"Kenapa menelponku? aku sedang kesal!"

Namjoon berkata dari seberang sana dengan nada kesal "Cih, dasar tidak tau diri aku hanya mau memberitahu kalau rekanku mobilnya bermasalah di jalan jadi mungkin akan terlambat datang sekitar sepuluh sampai lima belas menit"

"Apa!?"

🌻🌻🌻