Berlayar tanpa berlabuh. Tolong jangan menjauh. -Juna
🍁🍁🍁
Laura pulang dengan air mata yang masih berjatuhan. Berbagai tatapan aneh dari siswa Laura abaikan. Apakah dirinya salah mengikuti PMR? Baginya itu adalah hal mulia sekaligus membalas kasih sayang sang ibunya, biaya pengobatan yang mahal membuat Laura ikut kerja sampingan. Sepulang sekolah selalu pergi ke restoran populer, gaji yang lumayan membuat Laura menyisihkan beberapa uang untuk biaya sekolah, dan obat untuk sang ibu.
Suara deru motor yang kini berhenti dan seseorang menghalangi jalannya, Laura bertemu Adnan lagi.
Laura memundurkan langkahnya, keringat bercucuran menandakan ia takut, trauma akan kejadian dimana Adnan dan temannya yang lain menculik dan membawa dirinya di hutan belantara.
"Hai Laura. Kita bertemu lagi," sapa Adnan ramah. Luka lebam di bagian bibir, pelipis dan matanya masih ada. Geng Meteor sungguh brutal menghabisi lawannya tanpa ampun.
'Aku harap kak Juna datang nolongin aku,' batin Laura berharap. Namun dugaannya salah, Juna malah mengantarkan Tiara pulang dengan motor ninjanya itu. Jangan lupakan Tiara yang modus melingkarkan tangannya, memeluk Juna. Hati Laura sesak melihatnya, suka, cinta, tapi hanya sesaat. Juna bermain-main rupanya, Laura tak mau sakit hati.
'Kayaknya kak Juna emang suka sama Tiara. Iyalah, kan secara Tiara calon tunangannya. Dan mereka udah di jodohin,' Laura bertambah sedih. Hingga Adnan membelai pipinya dengan kurang ajarnya.
"Jangan ganggu aku!" Laura menyingkirkan tangan Adnan kasar. Cowok itu menggeram kesal.
"Lo jangan sok jual mahal ya. Cuman pegang pipi doang kok," Adnan berusaha bersabar, Laura memang lugu dan polos. Tapi Laura anti dengannya.
Mendengar pekikan itu, Sam dan Alvaro yang baru saja keluar dari gerbang sekolah dan melihat Laura di ganggu dengan Adnan seorang diri pun tergesa menghampirinya sebelum Adnan bertindak lebih aneh lagi.
"Woy! Jangan ganggu Laura!" teriak Sam lantang. Adnan rersenyum remeh padanya.
"Kenapa? Lagian Laura tadi gak berontak kok. Bukannya lari malah berdiam diri disini, sama gue lagi. Yaudah, sekalian aja gu-" belum selesai Adnan bersuara Alvaro melayangkan bogem mentah pada rahang Adnan.
"Mending lo nyentuh kaktus aja sekalian daripada pipi mulus cewek cantik semanis gula jawa ngalahin bidadari yang turun ke bumi mencari selendangnya yang hilang," ucap Alvaro ngawur dengan gurauan recehnya.
"Laura, gak akan pernah lepas dari gue. Dan kalian, gak akan pernah bisa jaga Laura," Adnan menaiki motornya, Alvaro memang memancing emosi siapapun, Adnan tak ingin tenaganya terkuras habis hanya karena tukang gurau si Alvaro.
"Laura gak di tabok kan sama Adnan tadi?" tanya Sam khawatir. Laura masih ketakutan. Sam mulai berpikir, jika Laura masih di ganggu Adnan mengapa Juna bukannya menolong malah nyelonong pergi? Dengan Tiara pula. 'Si bos siwer atau rabun sih? Udah jelas-jelas Laura di ganggu Adnan gak di tolongin,' dumel Sam dalam hati. Tak ada angin, hujan, badai, salju, semi dan kemarau Juna mengantarkan Tiara tanpa alasan.
"Gakpapa kok, makasih ya," Laura mempercepat langkahnya sebelum Sam atau Alvaro menawari tumpangan pulang, lebih baik Laura menjauh dari geng Meteor sebelum Adnan bertindak lebih jahat lagi dari sebelumnya.
"Eh, Laura! Jangan nari!" teriak Sam heboh.
"Lari Sam!" koreksi Alvaro datar.
"Nah iya, itu maksud gue. Kejar Al!" titah Sam seenak dahi.
"Makanya naik lagi ke motor. Ngejar pakai kaki itu capek kayak ngejar cinta gebetan tanpa kepastian seperti jemuran," curhat Alvaro puitis, kegalauan asmaranya tak selesai kapan pun.
"Udah ah jangan bawel. Capcus,"
Keduanya menyusul Laura yang kini berjalan menuju ke sebuah restoran.
"Eh, bentar. Laura ngapain ke situ?" tanya Alvaro kepo.
"Gak tau. Emang dia punya duit? Masa pakai daun?" Sam berpikir, mungkin saja Laura bekerja di restoran itu.
Ponsel Alvaro berdering, nada BTS Dynamite mengalun merdu.
"Bos telepon nih,"
"Angkat aja,"
"Kalian kumpul ke markas sekarang. Kita kehilangan data penting di komputernya Satya," tukas Juna tegas.
"Baik bos. Sam, ke markas sekarang, data di komputer Satya hilang," ujar Alvaro setelah mematikan sambungan teleponnya dengan Juna.
🍁🍁🍁
Di markas itu geng Meteor berkumpul lengkap.
Jaka ahli di bidang teknologi pun hanya menatap kecewa komputer Satya.
"Kok bisa sih?" tanya Sam panik, Satya menyimpan data penting dari tempat penjualan senjata api yang Juna beli, perusahaan Juna, identitas seluruh geng Meteor, titik cabang markas lain, serta folder penting yang berisi presentasi pelajaran akademik dan di kumpulkan minggu depan.
"Gak tau. Kayaknya yang ngebobol ini pinter deh, skillnya diatas kemampuan Jaka dan Satya," jawab Radit logis.
Satya hanya menghela nafasnya lelah. Sudah ia gunakan password lebih dari 16 digit angka dan percuma.
"Nanti gue telepon bokap deh buat mengatasi ini. Pasti bisa balik lagi," ucap Jaka memberikan pencerahan. Tak sia-sia mendirikan perusahaan teknologi, Jaka belajar banyak dari sang ayah.
"Tapi Jak, tugas presentasi kita sama data-data lain? Kalau cabang markas kita di serang gimana?" Sam panik, mendapat semua data itu pasti sang peretas merasa senang.
"Tenang aja Sam. Bokap gue handal kok dalam hal gini, nanti kalau udah balik lagi datanya gue kabarin kalian. Gak ada yang mau pulang nih?"
Sam teringat akan Laura.
"Bos, tadi Laura di ganggu sama Adnan. Terus ngapain ya ke restoran?" Sam menyampaikan laporan, reaksi Juna terkejut.
"Laura baik-baik aja kan?" Juna tau Adnan itu berbahaya, ketua geng Batalion itu tak akan menyerah begitu saja sebelum mendapatkan mangsanya.
"Baik bos. Tadi Alvaro yang hajar," jawab Sam.
"Yaudah. Sekarang kalian pulang aja ya. Mau sore nih, nanti mak kalian nyari," nasehat Juna, secuek apapun dirinya ada rasa peduli, belas kasihan, dan menolong siapapun yang sedang kesulitan.
"Siap bos," ucap mereka kompak.
Siang itu Jaka menelepon ayahnya yang masih berada di kantor agar ke markasnya.
🍁🍁🍁
Esoknya Juna menunggu Laura di depan kelas SAESTU.
Saat Laura datang, Juna menyapa Laura seramah mungkin. Setelah Sam menceritakan semuanya kemarin, Juna merasa bersalah karena terlalu peduli dengan Tiara. Kemarin cewek itu pusing, Juna tak mungkin membiarkan Tiara pulang sendirian.
"Laura, hai. Gimana kabar kamu?" tanya Juna basa-basi.
Laura menatap Juna datar. Ia melengos begitu saja ke kelas. Buat apa berurusan dengan Juna jika nyawa, trauma, serta incaran geng Batalion membuat hidup Laura tak setenang dulu.
Juna menatap Laura sedih.
"Berlayar tanpa berlabuh. Tolong jangan menjauh," Juna akan melakukan apapun agar Laura kembali ramah dan nyaman padanya. Karena Laura, gadis yang perlu di lindungi dan di jaga.
🍁🍁🍁
10:14 pm setelah berbincang manis sama adik. Akhirnya ngalir juga idenya xixixi. Vote dan comment kalian berharga 😉