Yang kuat belum tentu kuat. Merasa kuat, tapi hanya sesaat. Tapi aku kuat dalam siasat. -Tiara
🍁🍁🍁
Sepulang sekolah, Tiara sebagai ketua PMR akan membagikan brosur pendaftaran bagi yang minat untuk esoknya. Ia baru selesai fotocopy setelah antri selama 30 menit sebelumnya.
"Mungkin kalau Inge tertarik? Gak masalah, kita akan main-main sebentar," Tiara menatap brosur pendaftaran itu tak sabar menunggu hari esok.
🍁🍁🍁
Sebagai duta lingkungan tahun lalu dan jabatan Tiara akan di gantikan oleh adik kelas. Tepat hari ini pula, Tiara akan menyerahkan selempang bertuliskan duta lingkungan SMA PERMATA. Dimana mempunyai tanggung jawab tentang kebersihan sekolah.
'Semoga Inge gak nyalon jadi duta lingkungan. Gimana gak? Secara dia anak sultan, cantik, tinggi, ramah lagi,' Tiara menatap selempang duta lingkungannya selama satu tahun terakhir ini.
Bukannya di hari Senin saat upacara berlangsung, melainkan wakil kepala sekolah sendiri yang mengumumkan agar semua siswa SMA PERMATA berkumpul di halaman seperti upacara pada umumnya.
Pak Madun selaku kepala sekolah akan menilai beberapa calon duta lingkungan baru. Menurut dari ketertiban membuang sampah pada tempatnya, piket, serta kebersihan kelas dengan bimbingan ketuanya.
Ada 5 calon duta lingkungan, tiga perempuan dan dua laki-laki.
Sam yang melihat Inge masuk dalam kategori calon duta lingkungan baru pun terkagum-kagum.
"Wah yayang gue nyalon duta lingkungan? Tambah pemes dong," Sam terpukau dengan tampilan Inge yang paling anggun.
Juna hanya fokus pada Laura, tentu saja gadisnya itu masuk dalam calon baru duta lingkungan, Laura siswi teladan selama dua tahun ini. Entah dari segi prestasi, atau pun kedisiplinannya dalam tata tertib, bersih dari poin pelanggaran.
"Baiklah, saya akan mengajukan pertanyaan kepada kalian secara individu. Yang pertama adalah Laura Rastanty. Silahkan," pak Madun mempersilahkan Laura menaiki podium, Laura tampil begitu natural dan fresh dengan make-up.
Pak Madun menerima mic dari pak Zayn.
"Jika kamu terpilih menjadi duta lingkungan sekolah, apa yang akan kamu lakukan agar sekolah ini bersih dari sampah yang berserakan?" tanya pak Madun. Waktu menjawab pun di batasi, karena jam pelajaran akan singkat.
"Baik, saya akan menjawab pertanyaan dari pak Madun. Yang pertama, saya akan menegur siapapun yang membuang sampah sembarangan dengan tegas. Tapi jika itu adalah guru, mungkin dengan cara yang sopan. Kedua, ada baiknya sampah dari makanan ringan, botol, atau kemasan plastik bisa di kumpulkan melalui karung yang akan di sediakan. Sampah yang sudah di pilah ini, akan di setorkan ke bank sampah, dengan begitu kalian bisa menghasilkan uang meskipun tak seberapa, tapi lumayan untuk kas kelas. Terima kasih," Laura turun dari podium, riuh tepuk tangan, dan sorakan nama Laura bersahutan, semuanya setuju dengan pendapat Laura.
Inge geram. 'Gak bisa di biarin, gue juga harus tampil maksimal,' demi popularitasnya semakin meningkat dan di pandang banyak orang, Inge rela ikut apapun. Entah pencalonan duta lingkungan, OSIS atau ketua Cheerladers.
Setelah semuanya menjawab pertanyaan dari pak Madun, saatnya penilaian. Dimana pak Madun akan memilih duta lingkungan yang benar-benar menjalankan tanggung jawabnya.
"Inilah yang kita tunggu-tunggu. Duta lingkungan di tahun 2020 ini akan jatuh kepada," pak Madun melirik Laura. "Laura Rastanty dari kelas 11 Ips 1. Tiara, mohon di pasangkan selempang duta lingkungan SMA PERMATA,"
Tiara keluar dari barisan kelasnya. Beruntung sekali bukan Inge, namun Tiara juga kesal jika itu Laura.
Tiara memasangkan selempang itu.
"Selamat ya," Tiara tersenyum palsu.
"Iya, makasih ya,"
"Laura, jika ada sosialisasi tentang sekolah kita ke sekolah lainnya kamu boleh ikut. Sekaligus mempromosikan sekolah kita ya," ujar pak Madun, karena duta lingkungan berperan penting bagi SMA PERMATA.
"Baik pak,"
"Silahkan masuk ke kelasnya masing-masing,"
Tiara menarik tangan Laura saat cewek itu ingin beranjak pergi.
Laura menoleh. "Kenapa?"
Tiara tersenyum licik. "Lo tau gak Inge? Murid baru yang cantik itu,"
Jiwa kepo Laura meronta. "Kenapa emangnya?"
"Hati-hati sama Inge, terutama keselematan lo," Tiara pergi meninggalkan Laura yang terpaku, apakah Inge berbahaya?
Laura tak peduli, kenal saja tidak.
🍁🍁🍁
Sam dan Alvaro menghibur Inge yang terus saja bersedih, mata yang berkaca-kaca karena ia gagal menjadi duta lingkungan di tahun ini.
"Sstt, yang sabar ya. Gak usah sedih gitu, cewek kalau nangis mahkotanya jatoh loh," nasehat Sam, Inge tetap menangis sesenggukan.
Juna, Jaka, Satya, Radit dan Adit jengah melihat drama Inge menangis hanya karena kalah.
"Tuh cewek gak bisa apa diem?" Jaka menatap Inge sengit.
"Udahlah, biarin aja. Lagi sedih juga, ntar berhenti sendiri," ucap Radit menengahi.
Tiara dan Rani memasuki kelas SAESTU untuk mempromosikan ekstrakulikulernya.
Seisi kelas memperhatikan keduanya, awalnya seperti pasar sehening hutan belantara.
"Maaf mengganggu waktu kalian. Kami hanya ingin mempromosikan ekstrakulikuler PMR dimana penerimanaan anggota baru sudah di buka. Nah, bagi kalian yang belum ikut ekskul boleh kok daftar lagi, tapi itu hanya ekskul tertentu," jelas Tiara sebagai pembukaan.
"Betul, kebetulan nih di ekskul PMR lagi nerima anggota baru. Tapi di batasi hanya 20 orang saja. Apakah kalian minat? Nanti bisa ambil formulirnya ke Tiara ya," tambah Rani.
Laura mengangkat tangannya. "Saya minat," Laura menghampiri Tiara, mengambil formulir pendaftaran PMR sebagai anggota baru.
Tiara tersenyum senang. "Semoga betah ya," Tiara mengedipkan kedua matanya sekali, saatnya bermain-main dengan Laura.
"Kapan di kumpulkan?" Laura ingin menjadi dokter, agar bisa mengobati sang ibu jika sakit. Namun karena kendala jurusan, niat itu ia pendam. Tapi, Laura bisa mengeahui dari gejala sampai obatnya.
"Istirahat nanti. Nah, sepulang sekolah boleh langsung mengikuti," jawab Rani sok ramah. 'Anak penyakitan kayak Laura ikut PMR? Pasti pingin tau tuh sama penyakitnya,'
"Ok. Terima kasih infonya," Laura kembali ke bangkunya.
Selanjutnya 5 siswi lain yang ikut mendaftar.
Setelah selesai, Tiara dan Rani menuju kelas 11 IPS 2 hingga terakhir di SEBELMA, dimana Juna ada dan Inge singgah.
Tiara memasuki kelasnya sendiri. Se-anggun mungkin ia melangkah.
"Ehm, yak seperti biasanya anggota PMR menerima pendaftaran baru. Untuk formulirnya bisa di ambil ke saya. Hanya menerima 2 orang lagi," Tiara melihat Inge, reaksi cewek itu biasa saja. 'Masa gak minat? Kalau cewek se-tajir itu pasti ikut cheerladers atau gak jadi mayoret,' kebetulan dirinya juga ketua cheerladers, mengikuti dua ekstrakulikuler memang di perbolehkan asalkan waktunya tidak bersamaan.
Inge mengangkat tangannya. "Saya minat,"
Lalu Icha.
"Silahkan di isi formulirnya," Rani memberikan dua formulir itu pada Inge dan Icha.
"Sepulang sekolah bisa langsung mengikuti ya," tambah Rani ramah. Berbeda dengan Tiara yang sariawan dengan kehadiran Inge.
"Jak, lo kenapa gak angkat tangan sih tadi?" tanya Sam kesal, Jaka memang jago mengobati luka, terutama setelah baku hantam. Jaka siap sedia dengan kotak P3K serta plester unyu-unyu ceunah menutupi luka.
"Gak, gue cowok Sam. Lo tau sendiri kan PMR di sekolah kita cewek semua? Males ah di modusin," jawab Jaka ogah-ogahan. Memang benar bukan? Yang tadinya sakit langsung baper selangit, teriak histeris, loncat salto kegirangan. Secara Jaka mirip dengan Dylan.
"Iya juga ya?" Sam mengangguk.
🍁🍁🍁
Sepulang sekolah, anggota PMR mulai mempelajari hal baru. Seperti gejala pusing, dan yang lainnya.
Untuk saat ini mereka berada di ruang OSIS, Tiara sudah izin sebelumnya.
"Laura, bisa maju buat jelasin slide ini?" pinta Tiara, ia mengkode pada Rani. Laura duduk paling belakang, sendiri.
"Iya," Laura beranjak dari duduknya, namun langkahnya di jegal oleh Rani. Semua anggota PMR yang hadir pun tertawa melihat Laura terjatuh.
"Ya ampun, gak usah terburu-buru juga kali. Kan sini sama ke situ deket, gak jauh se-jauh kepekaan gue sama si dia,"
"Laura pantesan duduk disitu aja deh. Ya secara kan dia duta lingkungan, nah kalau diantara kita semua ada yang buang sampah sembarangan kan gampang,"
Laura berdiri. 'Yang kuat adalah kesabaran, meskipun setiap hari selalu begini. Bram benar, aku cewek kuat dalam cobaan apapun,'
"Di baca yang keras ya ra. Nanti yang belakang gak kedengeran," Tiara mengirimkan sebuah pesan kepada anak buahnya.
Anda
Sekarang lo matiin lampunya.
Bima
Ok
Dan...
"Lilin mana lilin? Astaga gelap banget, kalau ada hantu gimana?"
"Ini bukan prank kan? Atau perayaan ultah gitu?"
"Astaga markonah astaghfirullah masyaallah gimana ini? Gue gak mau ke jedot jenong gue tambah melebar dong,"
"Semuanya harap tenang ya. Nanti juga nyala lagi," Rani menengahi keributan yang terjadi.
"Laura mau presentasi eh lampu mati. Emang ya, Laura itu bikin siapa aja kena sial. Coba aja Laura gak usah di masukin PMR, beban tau!"
"Iya nih. Keluarin aja mbak, Lauranya!"
"Kan bisa masuk ke ekskul lain,"
Segala protesan tak terima bersahutan, membuat Laura tak kuat menahan air matanya. Kata-kata itu, sama seperti ibunya, sial, tak guna, dan beban.
🍁🍁🍁
On 11:27 am 1375 word. Like and you're comment make me happy
Ngegombal lewat caption instagram itu kesenengan gue @arjuna.zander