webnovel

PERUBAHAN PENAMPILAN SU SHENGJING (2)

Biên tập viên: Wave Literature

Su Shengjing begitu terkejut mendengar jawaban Su Jiu. Seketika, perasaannya pun menjadi kecewa dan emosinya mulai naik.

Pria itu pun melototi Su Jiu yang berada di dalam pelukannya, kemudian berkata dengan sedikit marah, "Oke, kalau begitu aku akan memberikanmu kepadanya saja, kamu akan jadi anaknya. Nantinya, kamu harus panggil dia Papa, kamu hidup bersama dia saja!"

Setelah mengatakan semua itu, Su Shengjing pun menurunkan Su Jiu di atas kasur dan berniat untuk pergi. Namun, gadis kecil itu cepat-cepat menangkap tangannya sambil tertawa dengan nakal.

"Papa, aku hanya berbohong! Aku paling suka Papa, aku tidak mau orang lain menjadi Papaku!"

Langkah kaki Su Shengjing pun terhenti, amarah di dalam hatinya seakan menghilang karena kata-kata Su Jiu.

Su Shengjing membalikkan badannya dan melihat Su Jiu tersenyum licik, seolah-olah leluconnya berhasil. Anak itu memang berbohong kepadanya.

"Kamu ini, sudah bisa berbohong juga? Hmm?" Su Shengjing merasa geram, tetapi karena ia tidak tega untuk memukul atau bersikap galak pada anaknya itu, maka ia pun menggelitik Su Jiu sebagai hukuman.

Su Jiu berlarian di atas ranjang untuk menghindari gelitikan Su Shengjing. Gadis kecil itu tertawa terbahak-bahak dan meminta ampun, "Hahaha, Papa! Papa, jangan!"

Suara tawa riang anak kecil itu membuat hati Su Shengjing meleleh dan akhirnya berhenti.

Setelah merasa lega, Su Jiu pun menyunggingkan sebuah senyuman sambil menatap Su Shengjing. Lalu, dengan serius ia berkata, "Papa, kalau kamu tidak memiliki daging itu, pasti kamu lebih tampan daripada Paman yang kemarin!"

"Begitukah?"

Su Shengjing tenggelam ke dalam pikirannya, 'Apakah aku harus mulai latihan untuk membentuk badan agar otot-otot dan postur tubuhku kembali seperti dulu, ya? Jika begitu, anak ini pasti akan cinta mati kepadaku!'

Su Jiu menganggukkan kepalanya dengan kuat berkali-kali. "Pasti, pasti, Papa! Jangan ada daging!"

Melihat mata Su Jiu yang penuh dengan harapan, Su Shengjing pun merasa sedikit tidak berdaya. Jadi, ia hanya bisa menjawab, "Oke, oke, Papa akan menghilang daging perut ini."

Su Jiu diam-diam tersenyum menang. Langkah pertama perubahan penampilan Su Shengjing sudah dimulai, ia sangat menantikan hasilnya.

***

Setelah sarapan dengan menu yang sederhana, Su Shengjing menggendong Su Jiu dan keluar dari rumah. Keduanya akan pergi ke sebuah salon yang ada di dekat gedung rumah.

Saat sedang menuju salon itu, Su Jiu melihat tokoh antagonis terbesar di masa depan dalam novel itu, Rong Si.

Anak laki-laki yang sangat kurus itu sedang berdiri di depan kios bakpao. Ia memandangi bakpao yang masih mengepulkan asap panas itu, diam-diam menelan ludahnya. Rong Si menyentuh sakunya yang kosong, ia hanya berdiri di tempat dan tidak maju sedikit pun.

Tiba-tiba, seorang wanita paruh baya maju dan dengan kasar mendorong Rong Si ke samping. Anak itu pun segera menyeimbangkan diri agar tidak jatuh. Diperlakukan kejam, Rong Si hanya melirik ke arah ibu itu tanpa mengatakan apa pun, hanya pergi begitu saja dalam diam.

Sebelum pergi, Rong Si masih sempat memandang bakpao hangat itu sekali lagi dengan tatapan penuh keinginan.

Melihat semua itu dengan matanya sendiri dan mengingat nasib tragis yang akan dialami oleh Rong Si, Su Jiu pun merasa kasihan. Gadis kecil itu kemudian menarik lengan Su Shengjing dan berkata sambil mengangkat wajahnya, "Papa, bukankah itu anak laki-laki yang kemarin sedang mengumpulkan sampah? Dia pasti belum makan. Ayo kita pergi beli bakpao untuk dia."

"..." Su Shengjing terdiam. 

Sebenarnya, Su Shengjing juga cukup miskin dan tidak bisa membantu orang dari segi ekonomi. Namun, ia tidak bisa menolak niat baik Su Jiu. Lagi pula, bakpao juga bukan barang mahal. Maka dari itu, ia pun menganggukkan kepalanya dan berkata, "Oke, Papa akan belikan."

Rong Si belum makan sejak semalam dan sudah kelaparan sejak pagi. Namun, saat ini penyakit ibunya sudah mulai kambuh sehingga tidak bisa pergi mencari pekerjaan. Bahkan, untuk membeli beras saja mereka tidak mampu.

Keadaan sulit itu membuat Rong Si memilih untuk memungut sampah. Itu adalah satu-satunya hal yang bisa dilakukan anak seusianya untuk mendapatkan uang.

Rong Si sudah berjalan menjauh dari kios bakpao itu. Tidak lama kemudian, dari belakang terdengar suara imut seperti bayi yang memanggilnya, "Kakak, tunggu sebentar!"

Mendengar suara yang familier itu, secara refleks Rong Si pun menolehkan kepalanya. Ia melihat Su Shengjing berjalan mendekat sambil menggendong Su Jiu.

Su Jiu memegang sekantong bakpao yang masih panas. Gadis itu menyerahkannya kepada Rong Si. "Kakak, ini buat kamu."

Rong Si mengulum bibirnya, ragu untuk mengambil kantong itu, ia mengangkat matanya dan melihat ke arah Su Jiu yang sedang tersenyum kepadanya.

Menurut Rong Si, senyuman Su Jiu itu sangat manis, seperti permen rasa stroberi yang pernah dimakannya.