webnovel

Menguji Kejujuran

"Sudah selesai Zoya?" Tanya Lisa yang tadi menyuruhnya.

Zoya melirik seniornya itu, seraya menghela nafas, "meetingnya belum selesai, Mbak. Aku jadi malu karena masuk ke ruangan meeting, tapi masih banyak orang disana." Ungkapnya.

"Oh, tadi aku pikir, Pak Narendra sudah selesai meetingnya karena tadi dia keluar ruangan."

Zoya berpikir, kalau seniornya itu sengaja mengerjainya karena Zoya seorang anak baru, padahal Lisa memang benar-benar tidak tahu kalau atasannya itu belum selesai meeting.

Zoya melanjutkan pekerjaannya membersihkan toilet. Zoya melihat beberapa karyawan kantor yang sedang dandan sambil bercermin, mereka semua tampil cantik dan wangi saat di kantor, tiba-tiba Zoya merasa iri pada mereka. Zoya ingin bekerja di depan meja dengan mengetik komputer yang berada di hadapannya, bukannya memegang sapu dan kain pel dengan rambut yang harus diikat seperti ini.

Zoya berusaha meyakinkan dirinya sendiri, ia yakin bahwa suatu saat ia bisa seperti mereka, ia bisa bekerja dengan penampilan yang cantik dan juga gaji yang lebih besar. Biarlah pekerjaannya yang sekarang hanya sebagai batu loncatan saja.

Zoya membawa tempat sampah, ia ingin membuang sampah itu ke tempat sampah yang lebih besar.

Brukkk ~~

Tiba-tiba Zoya menabrak Narendra. Sampah yang Zoya bawa pun berserakan dan mengenai jas dan kemeja atasannya itu.

"Mata kamu ada dimana sih?" Ucap Narendra.

"Maaf, Pak."

"Mata kamu dimana? Kenapa bisa menabrak saya?" Marah Narendra pada karyawan barunya itu.

Zoya membersihkan jas dan kemeja Narendra menggunakan tisu, namun tetap saja baunya tidak hilang.

"Sudah, sudah!" Bentak Narendra seraya menepis tangan Zoya yang masih berusaha membersihkan jas dan kemejanya itu. Narendra berlalu dari hadapan Zoya, lalu ia langsung masuk ke dalam toilet.

Zoya memasukkan sampah-sampah yang berserakan di lantai itu ke dalam tempat sampah, lalu ia mengepel lantainya. Baru hari pertama bekerja saja, ia sudah merasa malu seperti ini. Walau pekerjaan yang menurut Zoya ringan, tapi tidak semudah yang berada dalam bayangannya. Karyawan-karyawan lain memperhatikan Zoya saat tadi ia dimarahi oleh Narendra, itu yang membuat Zoya malu.

"Zoya, kok bisa sih tadi kamu nabrak si bos?" Tanya Aida ketika mereka sedang berada di pantry.

"Iya, saya nggak ngeliat kalau ada Pak Narendra sedang berjalan. Tiba-tiba aja nabrak."

"Lain kali mata kamu tetap melihat ke depan, jangan fokus pada sampah!" Tutur Mila.

"Iya, aku memang sedang menunduk, melihat tumpukan sampah itu, karena takut sampah-sampah itu berjatuhan ke lantai." Jelas Zoya.

"Ehh nggak taunya karena nabrak, jadi jatuh kan sampah-sampahnya. Ha ... Ha ... Ha ..." Ujar Risma sambil menertawakannya.

Kring ... Kring ....

Telepon di pantry berbunyi, Aida langsung mengangkatnya.

[Zoya tolong suruh ke ruangan saya ya!]

[Baik, Pak]

Narendra menutup teleponnya, ia memerintahkan Zoya untuk ke ruangannya. Aida pun memberi tahu Zoya untuk segera di ruangan Bos, karena diperintahkan olehnya.

"Aduh, mau ngapain ya aku disuruh ke ruangannya?" Tanya Zoya yang sedikit panik.

Aida pun mengangkat kedua bahunya, karena ia juga tidak tahu untuk apa Narendra menyuruh Zoya untuk datang ke ruangannya.

"Udah sana, kamu ke ruangan bos dulu!" Titah Mila.

Zoya pun melangkahkan kakinya ke ruangan Narendra, ia sedikit gemetar, karena takut dimarahi ataupun dikeluarkan dari tempat kerjanya.

Zoya ragu-ragu ketika ingin mengetuk pintu sang atasan, lalu ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Masuk!"

Zoya membuka pintunya, lalu Narendra melemparkan kemeja dan jasnya ke arah Zoya. Zoya pun kaget karena mengenai wajahnya.

"Kamu laundry itu jas dan kemeja saya yang bau sampah!" Perintah Narendra, lalu ia juga memberikan uangnya pada Zoya.

"Laundry dimana, Pak?" Tanya Zoya.

"Terserah kamu. Yang penting jas dan kemeja saya bisa bersih dan wangi!"

"Kalau saya cuci sendiri, gimana Pak?"

"Jangan. Nanti rusak!"

"Baik Pak, nanti saya laundry saja."

Zoya melangkahkan kakinya keluar ruangan, karena ia pikir Narendra sudah selesai memberikan perintahnya.

"Zoya, kamu mau kemana?"

Zoya menghentikan langkahnya lagi, lalu ia menoleh ke arah atasannya itu.

"Ada apa lagi, Pak?"

"Saya kan belum memerintahkan kamu untuk keluar ruangan."

"Maaf, Pak."

"Sekarang, kamu bersihkan ruang meeting, karena belum dibersihkan!"

"Baik, Pak. Ada lagi perintah lain?"

"Tidak."

Zoya beranjak keluar ruangan lalu ia menyimpan kemeja dan jas atasannya itu ke dalam tasnya.

Zoya beranjak ke ruangan meeting dengan membawa penglengkapan bersih-bersih. Ketika Zoya sedang menyapu, ia melihat ada selembar uang seratus ribu yang berada di bawah meja, Zoya pun mengambil uang tersebut, lalu ia masukkan ke dalam kantong celananya. Setelah selesai menyapu, ia pun mengepel ruangan itu sampai bersih.

Zoya kembali ke ruangan Narendra.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Masuk!"

Narendra menatap Zoya, rasanya ia tidak memanggil Zoya, namun untuk apa Zoya datang ke ruangannya?

"Maaf Pak, tadi saya menemukan uang seratu ribu di bawah meja. Ini uangnya!" Ucap Zoya seraya memberikan uang itu pada atasannya itu.

"Oh ya, terima kasih." Ucap Narendra, lalu Zoya keluar dari ruangannya. Ia hanya ingin memberikan uang yang ia temukan tadi pada atasannya itu, karena Zoya merasa itu bukan haknya, ia tidak boleh mangambil sesuatu yang bukan miliknya.

'Jujur juga gadis itu!' Batin Narendra sambil duduk di kursi kerjanya. Karena jarang ada karyawan yang jujur saat di uji oleh sang atasan dalam menemukan uang.

Tadi, Narendra sengaja menjatuhkan uang seratus ribunya ke bawah meja, ia hanya ingin menguji kejujuran karyawan barunya itu. Ternyata Zoya lulus ujian, ia bisa dipercaya.

Sudah jam pulang kerja, Zoya langsung bersiap-siap, ia berganti pakaian, lalu absen pulang. Zoya melangkahkan kakinya menuju ke lift, lalu ia turun ke lobby menggunakan lift.

"Kamu pulang naik apa?" Tanya Aida.

"Naik angkutan umum, Mbak!"

"Ya sudah, aku duluan ya, aku sudah di jemput sama pacarku."

"Oke."

Zoya memperhatikan Aida, salah satu seniornya itu. Aida dijemput menggunakan mobil oleh kekasihnya.

'Beruntung banget Mbak Aida mendapatkan pacar seperti itu.' Batin Zoya.

Zoya masih berdiri menunggu angkutan umum kosong yang lewat di depan kantornya, dari tadi ada yang lewat, namun selalu penuh. Rasanya ia ingin menaiki kendaraan sendiri saat bekerja, agar tidak membuang-buang waktu menunggu angkutan umum seperti ini.

Zoya berdiri di depan jalanan yang terdapat kubangan air, lalu tiba-tiba ada mobil sedan berwarna hitam yang melewati kubangan air tersebut. Zoya pun terkena cipratan air kotor itu, celana jeans yang ia pakai pun kotor. Zoya tidak tahu kalau mobil yang melintas tadi adalah mobil Narendra. Narendra pun tidak menyadari kalau ada Zoya yang celananya basah dan kotor karena terkena cipratan kubangan air saat mobilnya melaju.

Zoya membersihkan celananya yang kotor menggunakan tisu, namun kotorannya tidak bisa hilang.