webnovel

Ingin Sukses

"Pak Narendra ya?" Tanya Risma.

"Iya, Mbak. Mau ngapain ya saya disuruh ke ruangannya?"

"Paling disuruh beli makanan untuk makan siangnya dia."

"Oh, gitu."

"Udah sana kamu ke ruangan si bos!"

Zoya langsung berjalan menuju ruangan atasannya itu untuk memenuhi panggilannya.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Masuk!"

Zoya langsung membuka pintunya.

"Ada apa, Pak?" Tanya Zoya.

"Tolong belikan saya makan siang, hari ini saya mau makan nasi dan ayam bakar, tolong kamu belikan di kantin ya!" Perintah Narendra seraya memberikan uang pada Zoya.

"Baik, Pak. Minumnya apa Pak?"

"Minumnya, air mineral dingin aja."

"Oke."

Zoya beranjak keluar ruangan.

"Zoya, tunggu!" Panggil Narendra, Zoya pun mengehntikan langkahnya dan menoleh ke arah atasannya itu.

"Ada apa lagi, Pak?"

"Saya tambahkan uangnya untuk kamu makan, terserah kamu mau beli apa!" Narendra menambahkan uang pada Zoya, lalu Zoya pun menerimanya.

Zoya beranjak keluar ruangan, lalu ia menunggu lift untuk turun ke basement. Setelah sampai di basement, ia melangkahkan kakinya menuju ke kantin.

"Mbak ayam bakarnya satu ya pakai nasi." Pesan Zoya.

"Di bungkus atau makan disini?"

"Di bungkus."

"Oke."

Setelah memesan ayam bakar, Zoya pun membeli air mineral dingin untuk atasannya itu. Setelah pesanan atasannya itu sudah berada di tangannya, Zoya pun langsung masuk ke dalam gedung, lalu masuk kembali ke ruangan Narendra.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Masuk!"

Zoya kembali masuk ke dalam ruangan Narendra, lalu ia memberikan makanan dan minuman yang tadi sudah dipesan oleh atasannya itu.

"Terima kasih." Ucap Narendra.

Zoya hendak melangkahkan kakinya keluar ruangan, lalu tiba-tiba Narendra memanggilnya lagi.

"Ada apa, Pak?" Tanya Zoya.

"Kamu sudah beli makan untuk diri sendiri juga?"

Zoya tersenyum pada atasannya itu, ia lupa membeli makan untuk dirinya sendiri. "Belum, Pak."

"Lho, gimana sih? Kan sudah saya lebihkan uangnya tadi?"

"Iya, saya lupa."

"Ya sudah sana, kamu beli makan untuk dirimu sendiri!"

"Iya, Pak."

Zoya pun beranjak keluar ruangan, lalu ia kembali ke kantin, ia hendak membeli makanan untuk dirinya sendiri. Setelah sampai di kantin, Zoya membeli ayam goreng beserta nasi, ia akan memakannya di pantry bersama teman-temannya yang lain.

Drrttt ...

Benda pipih milik Narendra yang ia letakkan di atas mejanya bergetar, lalu ia meraih benda pipih itu, ternyata ada pesan.

[Rendra, gimana kabarnya?]

Narendra pun membalas pesannya.

[Ini siapa?]

[Ini aku, Lingga]

[Oh, aku baik-baik aja kok]

Lingga mengirim pesan padanya, sudah lama ia tidak berkomunikasi dengan Narendra karena kesibukan keduanya yang membuat mereka lupa untuk saling menyapa walau hanya melalui chat. Karena Narendra juga sudah berkali-kali mengganti nomor, karena banyak perempuan-perempuan yang iseng ingin berkenalan dengannya.

[Alhamdulillah, save nomer aku ya Rend]

[Iya]

'Pasti Ibu yang memberitahukan nomor hpku ke Lingga.' Batin Narendra.

Zoya baru saja selesai makan di pantry, lalu ia menunaikan sholat dzuhur, ia kembali bertemu dengan Narendra, di musholla yang berada di basement.

"Zoya, setelah ini saya mau meeting di ruangan meeting, nanti kamu tolong bawakan berkas-berkas ke ruang meeting ya!" Perintah sang atasan setelah ia selesai melaksanakan sholat.

"Baik, Pak."

Zoya langsung menjalani perintah dari atasannya itu, ia membawakan beberapa dokumen ke ruang meeting.

"Tolong mejanya kamu bersihkan dulu dan kursinya kamu rapikan!" Perintah Narendra lagi.

Zoya masih agak kaku dalam menjalani pekerjaannya, karena ini adalah pengalaman pertamanya bekerja, jadi ia masih harus menunggu semua perintah dari atasannya itu baru ia laksanakan.

Zoya membersihkan meja, lalu merapikan kursi-kursi. Zoya juga menyapu lantai di ruang meeting. Setelah itu Zoya kembali ke pantry, untuk meletakkan lap dan sapu. Zoya membuka lokernya, lalu ia mengambil ponsel yang berada di dalam tasnya. Ada tiga panggilan tak terjawab dari Dhafin, kekasih hatinya, lalu ada pesan darinya juga.

[Sayang, kamu pulang jam berapa? Nanti aku jemput ya!]

Zoya menyempatkan untuk membalas pesan dari Dhafin.

[Aku belum tau pulangnya jam berapa, nanti biar aku pulang sendiri aja ya]

Karena ini adalah hari pertama Zoya bekerja, jadi ia belum bisa memastikan akan pulang kerja jam berapa.

[Yaudah, kamu hati-hati ya]

[Iya, Sayang]

"Hei, lagi chat sama siapa hayoo?" Tanya Aida yang tiba-tiba mengagetkannya.

"Pacar aku, Mbak."

"Oh, kamu sudah punya pacar?"

"Sudah."

"Kerja dimana?"

"Pacarku itu belum kerja, dia masih kuliah."

"Cari pacar yang sudah kerja dong! Seperti aku nih, pacar aku pegawai swasta, gajinya lumayan besar, setiap bulan, dia pasti memberikan aku uang."

"Wah enak banget!" Sahut Zoya.

Dhafin adalah teman SMA Zoya, dulu mereka satu sekolah, lalu Zoya pernah juga sekelas dengannya. Dari situlah, getar-getar cinta mulai hadir, Zoya mulai mencintai Dhafin, namun Zoya hanya memendam perasaannya itu karena Dhafin terkesan cuek padanya. Namun siapa sangka, setelah mereka tak lagi satu kelas, Dhafin malah mendekat. Teman Zoya yang bernama Keisha yang menjadi mak comblang antara mereka berdua. Sebelum lulus SMA, Zoya dan Dhafin pun resmi berpacaran.

Setelah lulus SMA, Dhafin meneruskan pendidikannya di bangku kuliah, ia kuliah di salah satu universitas swasta di Jakarta, dengan mengambil jurusan sistem informasi. Sedangkan Zoya, tidak meneruskan pendidikannya karena kedua orang tuanya yang tidak mampu membiayainya, makanya ia langsung mencari pekerjaan untuk membantu kebutuhan sehari-hari keluarga. Zoya seorang anak pertama dari tiga bersaudara. Ayahnya yang bernama Hendra hanya seorang tukang ojek online, sedangkan sang ibu yang bernama Ratna seorang penjual sayur keliling. Untuk membiayai sekolah ketiga anaknya, terkadang Ayah Hendra berhutang pada rentenir ataupun meminjam uang di aplikasi online.

Zoya sebagai anak perempuan pertama, harus menjadi contoh untuk kedua adiknya yang kedua-duanya adalah seorang perempuan. Zoya ingin sukses, ia ingin mempunyai karir yang bagus untuk mengangkat derajat kedua orang tuanya, karena kedua orang tuanya sering diremehkan oleh saudara-saudaranya karena nasibnya tidak seberuntung mereka. Makanya Zoya bertekad, ingin bekerja, lalu setelah itu ia ingin mengumpulkan uang untuk biaya kuliahnya sendiri. Kuliah dengan hasil keringat sendiri, rasanya lebih membanggakan dibanding dibiayai oleh orang tua.

"Zoya, Pak Narendra sudah selesai tuh meetingnya, kamu bersihkan ruangan meeting sana!" Titah Lisa.

Zoya pun beranjak ke ruang meeting dengan membawa sapu

Kreekkk ~~

Zoya membuka pintu ruangan meeting itu, lalu semua mata tertuju pada Zoya. Di ruangan meeting ini masih ramai, sepertinya meeting belum berakhir.

"Ada apa, Zoya?" Tanya Narendra sambil memandangi karyawan barunya itu.

"Mau membersihkan ruangan ini, Pak." Jawab Zoya.

"Saya belum selesai meeting, nanti saja dibersihkannya!" Tutur Narendra dengan nada bicara yang sedikit kesal.

"Maaf, Pak."

Zoya keluar dari ruangan meeting, lalu ia beranjak ke ruangan khusus karyawan, wajah Zoya memerah karena menahan malu, ia terlihat seperti orang bodoh saat memasuki ruang meeting tadi. Bosnya itu tidak menyuruh membersihkan ruangan, namun ia malah datang karena diberi perintah oleh seniornya.