webnovel

Izinkan Aku menikahi Faiza

Raju sangat terkejut dengan apa yang dia liat di ponsel kak mia.

Itukan temannya Faiza yang sering dia naikkan di story.Atau yang lain lagi. Raju membatin dalam hatinya.

Sementara Irfan langsung menarik hatinya melihat foto Yanti.

"Kak Mia. Mintalah nomor adek kakak, mana tau nanti Aku berjodoh,"ucap Irfan.

Kak mia langsung mengirim nomor yanti pada Irfan.

"Ya sudah. Kakak mau balek dulu, kalian jangan malam pulangnya. Ini udah mau magrib lagi,"ucap Kak Mia.

"Ia Kak,"

Irfan tersenyum sendiri menerawang membayangkan wajah Yanti.

"Raju. Cantik ya Adiknya kak Mia, menurut Kamu gimana?"tanya Irfan.

"Ya cantik, tapi lebih manis Faiza lagi. Yuk kita pulang. Entar si Fida ngamuk lagi,"

Keduanya pun membayar uang minuman mereka. Lantas segera menuju ke rumah mereka masing-masing.

Sesampai di rumah Raju langsung menuju ke kamar mandi. Lalu dia keluar untuk mencari Suffi, buah hatinya.

Nampak Suffi sedang menonton televisi, dia tersenyum melihat ke arah ayahnya.

"Yah. Gendong."ucapnya.

Raju segera memeluk dan menggendong putranya itu.

"Anak Ayah apa sudah makan?"tanyanya.

"Udah Ayah, tadi dengan Mama. Ayah apa sudah makan?"

"Belum, makan lagi yuk? Barengan dengan Ayah, biar Kamu cepat besar,"

"Nggak mau. Tadi Suffi udah banyak makannya. Ayah makan aja ya? Aku mau nonton lagi,"

Selesai berbincang sesaat dengan Suffi, Raju menuju ke meja makan.

Di sana sudah tersedia berbagai macam makanan.

"Bang. Ini piringnya,"

Fida memberikan piring pada Raju. Kemudian mereka berdua makan bersama.

Selesai makan Raju kembali menuju ke ruang keluarga.

"Fida. Insya Allah dalam waktu dekat ini Aku akan pulang kampung. Apa Kamu mau Ikut?"

"Maulah Bang. Masak Abang tega ninggalin Aku dan Suffi di sini berdua,"

"Ya sudah, jika Kamu mau ikut kamu mesti berjanji ya?"

Kemudian Raju meminta pada Fida agar berpura-pura menjadi isteri Irfan, sahabatnya.

"Kamu mau kan?"

"Nggak mau Bang, jika emang Abang nggak mau mengaku Suffi adalah anak Abang dan Aku istri Kamu, Aku minta kita pisah,"

Perkataan Fida sontak membuat Raju sangat terkejut. Dia tidak menyangka jika Fida berani menolak permintaannya.

"Maksud Kamu apa Fida? Jangan main-main Kamu!"bentak Raju.

"Aku nggak akan pernah main-main Bang. Jatuh talak atas Aku jika Kamu mengaku masih lajang,"jawab Fida.

"Baiklah, jika Kamu ingin kita pisah. Suffi akan ikut denganku ke kampung,"kata Raju lagi.

"Tidak bisa Bang. Anak usia di bawah lima tahun, hak asuh jatuh ke tangan ibunya,"

Fida menjawab semua yang di katakan oleh suaminya.

Raju akhirnya pun tidak bisa berkata-kata apa pun, setelah mendengar perkataan istrinya itu.

"Baiklah, Aku akan mengakui Kamu istri Aku. Tapi Aku mohon izinkan Aku menikahi Faiza,"

Fida tidak membantah perkataan Raju, dia meninggalkan Raju berdua dengan putranya.

Di dalam kamar Fida menangis tersedu-sedu.

"Hiks... hiks..Ya Allah Aku belum siap untuk di madu, sekarang saja Aku hanya di anggap sebagai Ibu anaknya saja oleh suamiku, bagaimana jika dia menikahi kekasihnya?"lirih Faiza.

Dia menutup dirinya dengan bantal, beberapa saat kemudian dia kembali menemui Raju.

"Apa Abang bisa berlaku adil padaku dan Faiza?"

"Pasti Fida. Aku janji Akan adil pada kalian berdua,"

"Apa kita akan tinggal satu atap?"

"Tidak. Aku akan menyewa rumah yang lain untuk Faiza. Percayalah Aku masih punya hati Fida,"

Mendengar jawaban dari Raju, Fida akhirnya menyetujui Raju untuk menikahi Faiza.

Dia pergi dari ruangan itu karena melihat wajah bahagia suaminya.

"Ternyata tiga tahun kita bersama, tidak bisa Kau melupakan Faiza Bang,"gumam Fida. Lalu dia menyibukkan dirinya di dapur. Fida mencuci piring-piring kotor dan membereskan dapur. Lalu dia menuju ke kamarnya untuk menengkan hatinya.

Sementara itu Faiza sudah sampai di rumahnya.

Gadis itu langsung ke kamar mandi dan membersihkan dirinya.

Selesai beraktivitas di kamar mandi dia mengenakan pakaiannya.

Lantas dia menuju ke dapur, nampak olehnya Uminya sedang sibuk menyiapkan makan malam untuk mereka.

"Ada yang bisa Aku bantu?"

"Pas kali kamu datang, tolong kamu tata makanan yang sudah Umi masak,"

Faiza mengambil makanan di dapur dan membawanya ke ruangan makan. Dia menata semua makanan tersebut. Namun dia merasa ada yang aneh.

"Umi. Kok banyak banget menu malam ini? Nggak kayak biasanya?"tanyanya.

"Ooh. Kita ada tamu special Nak. Itu anak dari ustad Razali yang baru pulang dari mesir,"jawab Umi Faiza.

"Emang ngapain dia ke rumah kita? Apa dia nggak punya rumah?"

"Faiza. Kamu ini ngelantur bicaranya. Ayah Kamu yang undang Dia. Bukankah dia itu teman pengajian Kamu dulu?"

"Ia sih Umi. Hanya saja dia tuh nyebelin banget orangnya. Aku nggak suka,"

Nampak kecemasan di wajah Faiza ketika Uminya membicarakan anak Ustad Razali.

Faiza kembali menyusun piring dan juga gelas.

"Umi. Bik Ani kapan sih balek lagi kemari? Umi kan capek masak sendirian, Aku mana sempat bantu Umi,"kata Faiza.

"Belum tau, mukin jika sudah sampai masa iddahnya dia kembali Nak."

Selesai membantu Uminya Faiza kembali ke kamarnya.

[Gimana jalan-jalan dengan cowok gateng?]

[Apa sih Kamu. Buat Aku malu aja, eh Bang Faisal kok tau semua makanan kesukaan Aku?]

[Aku yang bilang. Hahhaa]

[Iss..Kamu nih, ngapain sih kamu ceritain semuanya ke Bang Faisal? Tau nggak dia ajak Aku ke resto Wow itu? Kan mahal semua menunya]

[Ya udah terima aja rejeki Kamu hari ini, udah Aku mau makan dulu ya? Nanti sambung lagi.]

[Oce. Aku kenyang, banyak banget Aku makan]

[Nggak nanya. Hahaha]

Di kamar Yanti gadis itu sedang saling membalas pesan dengan Faiza.

Senyum terukir di wajahnya membaca balasan pesan dari sahabatnya.

Hingga  terdengar ketukan pintu kamarnya.

Tuk..

Tuk..

Tuk..

Yanti langsung membuka pintu kamar, nampak ayahnya berdiri menatap tajam ke arahnya.

"Yan. Siapa tadi yang antar Kamu? "

"Masuk yuuk?"

Kemudian Yanti membawa Ayahnya ke kamar dan mereka berdua duduk di ranjang.

"Itu Bang Faisal Yah. Abang sepupu Faiza, yang selalu antar jemput Aku. Maaf tadi sudah mau magrib makanya dia nggak mampir,"kata Yanti.

Ayah Yanti memperhatikan putri semata wayangnya itu.

"Nak. Hati-hatilah bergaul dengan lelaki yang bukan mahram Kamu,"nasehatnya.

"Ia Ayah, maaf jika Aku membuat Ayah khawatir,"

"Katakan pada Faisal. Jika dia serius, segera temui Ayah. Atau Kamu nggak boleh kerja lagi. Ayah masih sanggup untuk membiayai hidup Kamu."

"Apa Bang Faisal harus menemui Ayah?"ulang Yanti terkejut.

"Atau Kamu tidak bisa keluar rumah untuk bekerja,"ucap Ayahnya lagi.