webnovel

Awal kisah ku

Aku Aneska Zoya Ravenzo, putri dari Adhitama Elvan Ravenzo dengan Claudya Ravenzo.

Aku terlahir sebagai anak tunggal yang tidak mempunyai adik kandung. tapi atas permintaan ku, kedua orang tuaku mengangkat anak perempuan yang usianya lumayan jauh dengan ku.

Dia Areska Arabella Ravenzo, Bayi  itu di ambil setelah 30 menit dilahirkan oleh ibu kandung nya. karena tak mampu membayar biaya rumah sakit, terpaksa dia merelakan bayinya untuk di ambil orang tuaku.

Selama ini tidak pernah ada pertengkaran diantara kami. Saling menyayangi dan melindungi satu sama lain. Jika ada yang berani menyakiti nya, dia akan mengadu padaku dan aku pasti melabrak mereka.

Aku tidak terima kalau adikku menangis, aku akan selalu melindungi nya sekuat tenagaku. Meski usianya kini sudah di atas 15 tahun, dia masih saja manja bahkan lebih manja dari sebelum nya.

Kalian tahu usiaku berapa? Jelas aku sudah dewasa. 

Usiaku hampir menginjak 22 tahun, seharusnya aku mengenyam pendidikan di bangku kuliah saat ini. Tapi karena Ekonomi terbatas, aku memutuskan untuk berhenti sekolah dari kelas 2 SMA. 

Dan, inilah kisah kelam ku!!!

Drt.....drt..

Suara gawai terdengar dari kantong saku punya ku.  Seseorang telah menghubungi ku, tanpa henti. Orang Ini sungguh menyebalkan.

Padahal dia tahu kalau aku sedang ingin sendirian saat ini. Tak ingin ada yang mengganggu, maka dari itu aku ada di tempat yang jauh dari keramaian orang-orang.

Kini aku sedang di atap gedung yang begitu tinggi, dengan berlantai kan lebih dari 20 lantai. Aku senang berada di tempat seperti ini  bukan untuk loncat atau olahraga parkour, aku hanya ingin menghilangkan semua keluh kesah di hati.

Beban yang selama ini aku tanggung, tak luput dari hidupku setiap hari. Berbagai kecaman, hinaan serta kemarahan para wanita yang suaminya datang kepadaku membuat kepalaku seakan mau pecah saja.

Ingin aku lari dari semua masalah ini, tetap tak bisa aku lakukan. Ini sudah menjadi tanggung jawabku, sebagai wanita penghibur.

Cita-cita ku sebenarnya bukan menjadi seperti ini, sejak kecil aku ingin kuliah di bidang penerbangan karena aku ingin menjadi pramugari.

 bahkan aku dan papah ku pernah mengunjungi teman sekolahnya dulu, yang bekerja di salah satu maskapai terbesar di Indonesia. 

Dia berjanji akan membantuku untuk mempermudah ketika aku melakukan tes nanti, semua harapan itu pupus sudah. apa lagi dengan adanya kejadian yang sekarang ini, semua harapan ku sirna. 

Menjadi Pramugari yang selalu di impikan, kini tak lagi terbesit di pikiran ku. Bukan hanya soal biaya, tapi juga dengan diriku yang sekarang ini tidak akan mungkin mereka mau menerima wanita kotor seperti ku.

Kami adalah gadis desa yang terlahir dari keluarga biasa saja. Tapi tidak dulu. Ketika usiaku  15 tahun, hidup ku penuh kemewahan.

Apapun yang aku mau, terlaksanakan. bahkan liburan keluar negeri pun sering kami lakukan. Bagaimana tidak, orang tuaku mempunyai perusahaan  yang sangat  besar.

Papaku mempunyai perusahaan furniture yang sudah berkembang di beberapa tempat, bahkan dia bekerja sama dengan perusahaan yang ada di luar Negeri.

Papaku banyak dipercaya oleh investor Furniture dari berbagai Negara, dia banyak mendapatkan dukungan dari perusahaan yang berhubungan dengan mebel pula. Banyak perusahaan yang menanam modal sehingga tak membutuhkan waktu lama perusahaan papaku maju pesat.

Tetapi semua itu bukan lagi punya kami, karena adanya tangan kotor dari seorang kepercayaan papaku, perusahaan papaku menjadi bangkrut sehingga diambil alih oleh orang lain. Perusahaan yang selama ini di bangun dari nol, kini tidak dapat di nikmati lagi hasil jerih payah nya. 

Masa tua ayah ku di habiskan dengan penderitaan yang tiada hentinya menyerang. Mimpinya untuk bahagia di masa tua dengan harta yang melimpah kini hancur sudah.

Ah, jika aku ingat tentang itu pasti air mataku jatuh tak terasa.  Dadaku rasanya sesak seakan sulit untuk bernafas, tambah lagi ketika orang ini menghubungi ku dari tadi rasanya aku ingin menangis hingga  jungkir balik.

Aku menatap gawai ku sembari menitikkan air mata yang tiada henti mengalir di pipi tambun ku.

Ku coba untuk menghela nafas panjang, untuk memulai percakapan dengan wanita ini meski berat lidahku untuk mengucap.

"Ada apa Mam?" Tanyaku dalam sambungan telepon kepada wanita yang ku sapa dengan sebutan Mam.

"Kamu kemana saja,  Nes? Cepat kemari! Tamumu sudah menunggu dari tadi. Jangan buat dia kecewa, oke!" Suara cempreng itu, ingin sekali aku membungkam nya.

Betapa tidak, dia terlalu over protektif. Apapun yang dia ingin, semua orang harus bisa melakukannya tanpa ada kata 'tidak'.

"Mam bisa carikan yang lain saja, hari ini aku sedang tidak mood. Aku pengen ke suatu tempat,  menghilangkan stres." Aku mencoba menolak permintaan nya, moga saja perempuan ini mau mengerti.

"Tidak bisa begitu dong. Dia ingin nya kamu yang melayani, bukan yang lain. Cepatlah pulang! Kalau kamu mau keluar, tinggal minta saja kepadanya! pasti bakal di kabulkan."  Ya, kata 'tidak' kini bergema lagi di telingaku. Suara itu terdengar sangat memaksa, hingga aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Aku bangun dari tempat dudukku, meski kaki ini tak mampu menopang berat  beban ku yang sudah lebih besar dari bobot tubuh ku. hingga menumpuk di kepalaku dengan semaunya.

Sebenarnya aku masih ingin di tempat ini, untuk melihat bintang-bintang yang bertaburan. terlihat semakin mendekat  dan seakan berkedip kepadaku.  Mengajak aku untuk bercanda dan tertawa riang.

Akan tetapi karena ini pekerjaan ku, maka aku harus pergi dan siap melayani nya.

Aku sudah ada di halaman gedung yang tadi aku diami. sudah sangat sepi hingga tinggal beberapa kendaraan yang melintas di depan, mungkin karena ini sudah sangat malam hingga jarang kendaraan umum yang masih beroperasi.

membuat aku kebingungan harus minta diantar oleh siapa. sedangkan wanita itu memberiku waktu 20 menit paling terlambat. Jika seperti ini keadaanya, mana mungkin aku bisa sampai tepat waktu sebab perjalanan nya sangatlah jauh.

Aku berdiri di depan gedung tersebut, sambil terus memeriksa kendaraan yang semoga saja ada yang lewat dan minta mengantarku ke tempat yang tadi di kirim Mamy. Namun hanya kendaraan pribadi  saja yang ada, bahkan mau memesan taksi online pun sudah tidak merespon lagi sekarang.

Gawai ku kembali bunyi, tandanya wanita itu menghubungiku karena aku belum juga datang ke tempat tersebut. Aku sengaja tidak menjawab nya, untuk membungkam dulu mulutnya yang cerewet.

Telingaku rasanya sudah di penuhi omelan nya, sehingga tak bisa mendengar kata lain. Hanya suara nya kini menjadi darah yang mencair di tubuhku.

Tak lama selang beberapa menit,  sebuah kendaraan mewah bermerek lamborghini menghampiri ku. lalu berhenti tepat di hadapanku, entah mau apa? yang jelas dia membuka jendela kaca mobil nya tanpa ku suruh.

Aku lihat seorang pria mendongakkan kepalanya keluar, menyapaku dengan suara pelan namun sedikit dingin.

"Kau sedang menunggu seseorang? kau bisa naik mobil ku, jika dia tidak datang! Karena hari sudah sangat malam, mana mungkin ada kendaraan umum lewat." Sapanya sembari melambaikan tangannya.

Aku tak langsung merespon karena menurut ku dia bukan menyapa ku. Tapi aku lihat dia masih berbicara kepada ku, Sehingga aku penasaran siapa yang dia sapa?

aku mencoba melihat sekelilingku. ternyata, hanya aku yang berdiri di sini tidak ada orang lain lagi. Aku mencoba meyakinkan lagi kepada pria itu dengan menyebut diriku sambil ku sentuh bagian tubuh.

"Aku?" Tanya ku tak percaya.

Dia menganggukkan kepalanya pertanda meng-iyakan pertanyaan ku. Aku mencoba mendekati mobil itu meski masih ada keraguan di hati, karena tak percaya.

bagaimana tidak, jangankan pernah menyapa bertemu pun aku baru kali ini dengan pria tersebut. sehingga memancing rasa curiga dalam diriku, takut ada sesuatu yang sedang dia ingin dariku.

"Apa kakimu bisa cepat berjalan nya? Jangan buat aku menyesal telah menghentikan mobil ku!" Ujar pria itu yang kini agak dingin.

Aku mempercepat langkah kakiku sesuai permintaan nya, bukan menjadi penurut paling tidak menghargai bantuannya yang sengaja membuat mobilnya berhenti untuk ku.

"Masuklah!" Seru nya sembari menggerakkan kepalanya pertanda aku harus segera melakukannya.

Aku hampiri mobil itu dengan gegas aku membuka pintunya sesuai arahan pria di dalam. lalu kakiku masukkan dulu dan duduk di samping nya.

Ku tutup pintu mobil, lalu kupakai safety belt sebagai pengaman diriku sehingga perjalanan bisa dengan aman-aman saja.

Mesin mobil kini terdengar dia hidupkan, tanpa menunggu lama mobil itu segera melaju ke tempat tujuan.

Kini aku sudah ada di dalam mobil bersama pria itu, dengan duduk yang saling berdampingan.  Aku pikir setelah berada di dalam mobil akan membuat kita saling bicara bertegur sapa, dan saling mengenal satu sama lain. Tapi nyatanya itu tidak terjadi di antara kita.

Pria yang tadi kelihatannya ramah, ternyata itu salah. Dia memang menolongku untuk mendapat tumpangan, tapi untuk urusan kata-kata ternyata dia pelit nya bukan main. 

Jangankan tersenyum, bahkan melihat ku itu tidak dia lakukan. hanya fokus saja kepada setir nya yang dia putar supaya mempercepat perjalanan ini.

"Aku Aneska Zoya, dan kamu?" Seruku sambil ku julurkan tangan, ku mencoba memulai perkenalan siapa tahu dia menyambut ku.

"Hemm!" Tidak ada perkataan, hanya anggukan kepala yang digunakan sebagai jawaban atas perkenalan ku.

Sungguh dingin sikap nya, membuat aku sedikit kesal. Ku coba untuk berpikir lebih jernih lagi. menurutku, mungkin dia bersikap seperti itu karena kita belum terlalu akrab sebab baru kali ini pula kita saling melihat.

Ku perhatikan wajahnya secara diam-diam dengan teliti sehingga tak ada satupun yang ku lewatkan.

Bibir merah agak tebal sedikit, hidung mancung bagai kan campuran Indo-Turki, rahang memanjang terlihat  begitu mempesona. Kulit putih juga bulu mata yang sangat lentik, membuat ku tak mau berkedip sama sekali.

Sungguh beliau  pria yang paling tampan yang belum  pernah kutemui sebelumnya.