webnovel

Bertemu pria dingin

Aku masih dalam situasi yang sama, masih dalam pesona pria di samping ku. yang ku ubah jadi di depan, karena sengaja dibuat wajahku menghadap nya. 

Semakin dipandang, pesona ketampanan nya semakin terpancar. apalagi ketika kulihat rambutnya yang begitu tebal kehitaman, dengan di sisir begitu rapi tak satupun rambut yang berani terurai ke depan. semuanya terlihat milenial bagaikan  model  rambut anak muda jaman sekarang.

Aku tak mau berpaling sedetikpun dari wajahnya yang tampan, angan ku melayang ke pikiran kotor ku dengan nya. Maklum lah aku perempuan apa?

Yang pasti otak ku di penuhi pikiran yang kotor, apa lagi melihat pria setampan ini sudah pasti membuat larva ku berdesakkan ingin keluar saja.

"Bagaimana rasanya ketika aku bercinta dengan pria seperti ini?" Gerutuku dalam hati, hingga membuat aku sampai menelan saliva ku kembali karena sudah berada di ujung bibir ku.

Ku tatap terus wajahnya tanpa henti membuat tangan ku begitu pegal sekali. Bukan tanpa sebab, karena tanpa sadar tanganku di buat menyangga wajahku sehingga tak mampu jika ku gunakan dengan waktu yang lumayan lama.

Ah, rasanya aku tak perduli dengan tangan ini. ku lanjut lagi menatap wajah nya kembali,  hingga semakin dalam membuatku ada di angan-angan.

Begitu ku sadar, aku ingat akan sesuatu.  Wajahnya mengingatkan ku kepada seseorang yang pernah aku temui.

Bayang wajah pria yang ada di otakku sama persis dengan pria ini, mungkin secara kebetulan atau memang ada yang mirip dengan nya.

Semakin ku tatap, semakin aku yakin jika aku pernah bertemu dengan pria ini. tapi di mana? Aku coba ingat-ingat ke waktu dimana aku bertemu dengan nya, namun tak sedikitpun aku ingat. 

Meski ku putar ingatan ke belakang, tetap saja semua sama. Hingga aku tak pedulikan lagi semua itu. Ku putuskan untuk tetap berada dalam lamunan kebersamaan ku dengan pria tampan ini.

Ckiiittt….

Tak ku sangka Mobil itu berhenti secara tiba-tiba, dengan bunyi klakson yang begitu keras di telingaku. Tubuh ku sedikit tersungkur ke depan hingga kepalaku kejedot agak keras membuat aku meringis kesakitan.

"Auuu! Sakit." Lirih ku sambil menyentuh kening, yang baru saja dia buat membentur besi mobilnya.

Mungkin karena dia mengerem mobilnya dengan begitu keras, mendadak pula. padahal laju mobil nya masih dalam kecepatan tinggi, hingga menyebabkan kan dia  tak bisa mengontrol laju mobilnya dengan baik.

"Ada apa? kau membuat mobilnya terhenti tanpa bicara dulu kepadaku." Ujar ku merasa kesal karena dia membuat kepalaku sakit.

Lebih parah lagi dia tidak memperdulikan aku, padahal  dia juga lihat aku sedang kesakitan. Dia hanya menoleh ku sebentar, lalu dia kembali melihat ke depan mobil dan membuat mobilnya sedikit mundur dari tempat yang barusan.

Aku merasa ada yang aneh dengan pria ini, mungkin dia seorang casanova yang tidak pernah mau memperdulikan orang lain.

Tampan, memang tampan aku pun tertarik oleh nya.  tapi jika seperti ini, aku hapus lagi saja perasaan ini. Aku tidak mau harus bersama pria dingin begitu, apalagi dia seakan tak punya hasrat ketika bersama wanita meski wanita cantik seperti ku?

Dia terlihat tidak ada respon apa-apa padahal ku coba merayu nya,  dengan memperlihatkan pahaku yang mulus ini. Lalu rok pendek yang ku kenakan, sengaja ku buat naik keatas tetap saja tak terjadi apa-apa. 

Menoleh pun dia seakan tak mau, apa dia ini cowok macam impoten? Ah aku tak tahu, yang pasti aku sudah tak mood lagi kali ini.

karena kejadian ini, bayangan  tentang pria ini hilang seketika. hancur bersama sikap nya yang tidak tertarik oleh ku.

Aku mengomel sambil mengelus kening ku untuk menghilang kan rasa sakit,  tanpa ada tambahan obat atau sekedar kompres saja.

"Dasar cowok judes, kening ku jadi sakit kan? Coba bicara dulu kalau mau menghentikan laju mobil mu, jangan main berhenti sesukamu!" Gumam ku kesal.

"Ini bukan salahku, kau sendiri tidak fokus. sudah dari awal kau, ku beritahu. Dan ku katakan kau harus duduk yang benar, aku bilang kalau aku akan menghentikan laju mobil ini. tapi kau malah asyik melamun." Jawab nya malah balik menyalahkan ku.

"Apa maksud mu menyalahkan ku seperti ini? jelas-jelas ini salahmu, kau tidak lihat keningku?" Sentak ku marah. Ku perlihatkan keningku, yang jika dilihat pada kaca pasti akan ada benjolan agak besar.

"Kau tidak melihat ada mobil yang sengaja menghalang jalan ku? tak mungkin aku tabrak, terpaksa ku hentikan mobil nya dari pada aku kena sanksi."  Pria itu begitu  nyolot, dia terlihat  menunjukan jemari tangan nya ke depan.

Ku lihat  di depan mobil, memang benar ada sebuah mobil menghalang jalan mobil ini. Ku perhatikan dengan seksama mobil yang sedang menghalang jalan kami, begitu dibuat terkejut oleh mobil ini.

Aku mengenal mobil itu dengan baik, karena setiap hari aku diantar menggunakan mobil ini kemanapun aku pergi. sudah pasti aku tidak bisa melupakan nya, walau hanya sekilas.

Aku lihat ada seorang wanita paruh baya keluar dari mobil tersebut, dengan langkah kaki yang agak pincang sebagai ciri khas untuk dirinya.

"Turun, kau tolo*l!" Teriak nya sambil menunjuk-nunjuk ke arah kami yang saat ini berada dalam mobil.

Dia wanita yang selalu ku panggil Mamy. Seorang wanita yang menampung ku dan teman-teman seprofesi ku, di tempat nya. Sebuah klub malam di kota ini, dengan bangunan yang lumayan besar.

Dia di dampingi dengan beberapa bodyguard yang menemaninya, saat ini. Terlihat mereka semakin mendekat dengan wajah yang beringas mungkin kesal juga atas kejadian tersebut.

Pria judes yang duduk di sampingku pun, ikut turun menghampiri mereka. dengan kemarahan nya masing-masing, mereka berniat untuk mengeluarkan nya saat ini juga.

Bagaimana ini? Melihat bodyguard mamy ku, besar-besar dan kuat-kuat. bukan hanya satu atau dua mamy membawa bodyguard nya sampai empat.  Sedangkan pria ini  hanya sendiri? tak mungkin dia  itu akan sanggup melawan mereka.

Aku sangat gelisah takut akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan  kepada pria ini. Aku mau menolongnya, tapi bagaimana kalau dia tahu aku seorang wanita penghibur? Jika tak ku tolong, dia pasti berada dalam bahaya besar.

Meski aku sempat kesal padanya, aku harus segera membantu karena dia juga mau menolong ku walau dia tahu kami tak saling kenal.

"Hey. Kau pakai mata kalau mau nyetir mobil, jangan seenaknya main serempet!" Suara khas itu terdengar nyaring, sehingga membuat orang sakit telinga kalau mendengar nya.

"Aku minta maaf, karena sudah membuat ibu tak nyaman dalam berkendara! Tapi aku harus bilang, kalau yang menabrak ibu bukan mobil ku. Justru mobil ku, yang supir ibu tabrak."  Jawab nya mencoba untuk bersabar karena ketika menghadapi orang tua beda urusan nya.

"Ibu, ibu, aku bukan ibu kamu. Lagian kau mau apa sehingga menyalahkan anak buah ku? Kau sendiri yang salah, jangan main lempar kesalahan!" Cetus mamy dengan begitu terkekeh.

Next chapter