Arabella menyadari ada bahaya mengancam begitu pria yang berada di dekat pintu tersenyum smirk saat menatapnya. Degub jantungnya berdetak sangat kencang saat merasakan bahaya mengancamnya.
Sementara itu, Leonard saat ini tengah mencari-cari sesuatu yang akan digunakannya untuk membekap mulut wanita yang sudah memegang alat pel dan berniat menyerangnya. Karena tidak menemukan apa yang dicarinya, dia berjalan cepat ke arah Arabella dan menghimpit tubuh kurus itu ke dinding.
Arabella meringis menahan rasa sakit pada punggungnya yang terhempas ke dinding. "Apa yang sebenarnya Anda lakukan? Dasar pria gila!" Arabella yang merasa berada dalam bahaya, membuka mulutnya untuk berteriak meminta tolong. Yang ia pikirkan saat ini hanyalah ingin keluar dari tempat itu dan lepas dari pria yang sudah dianggapnya gila tersebut.
"To ...."
Leonard sudah bisa mengerti Arabella akan berteriak. Dengan langkah cepat, ia langsung membungkam mulut wanita yang sangat ingin dia hancurkan. "Tidak akan ada yang mendengarmu, wanita jalang!" Mengarahkan tatapan membunuh saat dirinya merasa emosi ketika melihat Arabella. Karena selalu mengingatkan pada nasib buruknya saat membusuk di penjara selama tiga tahun.
Kejadian itu bermula saat dia menangkap pencopet yang mencuri dompet kekasihnya saat berkencan di Bali. Namun, dia yang mengeluarkan pisau untuk sekedar mengancam, malah berakhir menusuk perut penjahat hingga meninggal dan disaksikan oleh Arabella. Wanita yang bersaksi bahwa dirinya melakukan pembunuhan.
Arabella meringis kesakitan saat punggungnya terhempas ke dinding. Belum sempat ia menyelesaikan teriakannya, kini bibirnya sudah dibungkam oleh jemari Leonard. Ia sama sekali tidak menyerah karena tangannya sekuat tenaga memukul setiap sudut tubuh kekar yang menguncinya di dinding dengan menempel erat dan menekan tubuhnya.
"Sebenarnya apa yang diinginkan pria gila ini. Bagaimana caranya aku meminta tolong?" gumam Arabella yang saat ini merasa sangat ketakutan. Bahkan degub jantungnya yang berdetak lebih kencang dari biasanya, menandakan bahwa ia saat ini berpikir bahwa nyawanya sebentar lagi akan melayang.
Leonard tersenyum menyeringai saat melihat wajah ketakutan dari wanita yang berada dalam kuasanya. Seolah ada kepuasan tersendiri saat berhasil membuat Arabella gemetar ketakutan karena ulahnya. Dengan memakai setengah dari kekuatannya, ia menahan tangan yang dari tadi memukulinya, tetapi tidak terasa apa-apa baginya.
Dengan sorot mata tajam yang mengunci manik bening yang tepat berada di depannya, Leonard kali ini benar-benar ingin membuat wanita di depannya merasakan ketakutan karena ancamannya.
"Aku tidak akan pernah melepaskanmu, wanita jalang! Kamu harus merasakan apa yang aku rasakan selama tiga tahun belakangan ini. Ini adalah sebuah permulaan. Jadi, nikmati saja kejutan demi kejutan dariku."
Puas memberikan ancamannya, Leonard melepaskan tangan Arabella yang dari tadi ia kunci di belakang tubuh kurus itu dan juga sengaja membuka mulut yang tadi dibekapnya.
"Sekarang berteriaklah! Katakan pada semua orang bahwa aku sudah memperkosamu," ancam Leonard dengan mengarahkan tangannya pada leher Arabella. "Berteriaklah, wanita jalang!"
Arabella meremas seragamnya hingga terlihat sangat kusut karena perbuatannya yang merasa kesulitan untuk bernapas saat lehernya sudah dicekik oleh tangan kuat itu. Bahkan ia mencoba untuk menyelamatkan diri dengan cara menahan tangan pria yang sudah mengarahkan tatapan membunuhnya.
Bahkan dia langsung terbatuk-batuk saat cengkeraman di lehernya sudah menghilang. Kakinya yang dari tadi bergetar, karena efek ketakutan, membuatnya langsung berjongkok di lantai saat sudah tidak mampu lagi menopang beban tubuhnya, serta napasnya kini tersengal.
Sedangkan Leonard yang sudah merasa sangat puas melihat ketakutan di mata wanita yang terlihat memeluk lutut itu, berjalan ke arah pintu keluar dan memutar kunci. Sebelum membuka pintu, ia menoleh sekilas ke belakang.
"Meskipun kau bersembunyi di lubang semut sekalipun, aku akan menemukanmu. Jadi, jangan berpikir bisa lolos dariku begitu saja." Memakai kembali kaos casual yang dari tadi ada di tangan kirinya dan membuka pintu di depannya.
Tanpa menoleh lagi ke arah belakang, kaki panjang Leonard melangkah meninggalkan gudang pengap yang dari tadi membuat pernapasannya serasa sesak karena menghirup udara yang kotor. Kini, ia merasa sangat lega saat bisa kembali memenuhi pasokan oksigen di paru-parunya dengan udara yang bersih dan segar.
Sementara itu di dalam gudang, Arabella yang saat ini merasa sangat shock, langsung menangis tersedu-sedu begitu pria yang mengancamnya sudah keluar meninggalkannya. Sambil memegangi dadanya, suaranya yang serak karena efek menangis, terdengar saat meratapi nasibnya.
"Apa yang harus aku lakukan? Pria itu benar-benar sudah gila. Padahal dia sendiri yang berbuat jahat dengan membunuh orang dan aku tidak sengaja melihatnya. Aku harus meminta bantuan siapa? Dia benar-benar membuatku hidup menderita di Jakarta."
Dengan suara serak dan tubuh bergetar, Arabella yang merasa sangat buruk nasibnya setelah bertemu dengan pria yang terlihat sangat dendam padanya. Semenjak saat itulah, hidupnya menderita karena tidak bisa bekerja di perusahaan manapun. Karena menyadari bahwa namanya sudah di black list oleh setiap perusahaan. Sudah sepuluh perusahaan menolaknya dengan alasan yang sama, yaitu tidak ingin mendapatkan masalah jika menerimanya.
Semenjak kesaksiannya, ia hanya bisa bekerja sebagai cleaning service di restoran yang satu dan lainnya. Karena saat pengurangan pegawai, ia harus merelakan dipecat, sedangkan sahabatnya yang bernama Mila sudah pulang kampung karena dijodohkan oleh orang tuanya dan kini hidup berbahagia dengan suami dan satu anaknya.
Sementara dirinya yang sudah tidak mempunyai siapa-siapa, masih mengais rezeki seadanya untuk bertahan hidup. Awal-awal ia pergi, hidupnya masih terjamin dengan uang simpanannya. Namun, lama-kelamaan uangnya habis dan ia harus bertahan hidup dengan bekerja serabutan.
Beberapa saat kemudian, perasaan Arabella sudah sedikit tenang dan saat ia hendak keluar dari gudang, suara bariton dari seseorang tertangkap indera pendengarannya.
"Arabella!" teriak pria berseragam hitam yang baru saja melangkah masuk ke dalam gudang dan melihat wanita yang dicarinya ternyata benar ada di sana seperti yang dibilang oleh atasannya. "Astaga, Arabella."
Arabella yang buru-buru menghapus sisa air mata yang menghiasi wajahnya agar tidak sampai ketahuan bahwa dirinya baru saja menangis.
"Iya. Aku baru saja mau keluar setelah menaruh trolley, tetapi aku tadi tiba-tiba merasa pusing. Jadi, aku diam sebentar sambil memijat kepalaku."
"Jadi, begitu? Aku pikir tadi kamu menghilang kemana. Lebih baik kamu jangan memaksakan diri jika badan kamu sangat lemah, Arabella. Sekarang kamu pulang saja dan beristirahat di rumah. Maaf, aku hanya ingin menyampaikan ini," ujar pria dengan name tag Rudi tersebut.
Arabella seakan sudah bisa menangkap arah pembicaraan dari Rudi, karena ia sudah terbiasa berada dalam situasi yang seperti ini. "Jadi, bos sudah memecatku?" Tersenyum miris yang terlihat sangat dipaksakan. "Nasibku ini ibarat pepatah 'Sudah jatuh, tertimpa tangga'."
To be continued...