webnovel

Part 4-Kekhawatiran

Perlahan aku membuka mata dan menyadari, aku sudah barada di tempat yang berbeda. Ku rasakan diriku terbaring di permukaan empuk, saat kulihat sebuah sofa Cabriole berwarna coklat tua di bawah tubuhku.

Perlahan ku bangunkankan tubuhku diatasnya sambil memegangi kepalaku yang sudah terlilit oleh perban. "Dimana Aku?" Pikirku saat melihat ruangan berdesain kuno dengan rak-rak kayu yang diisi berbagaimacam alat aneh di dalamnya.

"Merasa lebih baik?" Sahut suara yang tiba-tiba terdengar dari arah belakang. Dengan cepat aku membalikkan badan dan tampak seorang pria asing dengan mengenakan topi dan sebuah jubah di belakang punggungnya.

"Senang bertemu denganmu Sakura Mitsurugi." Ucapnya.

"Ba-bagaimana kau bisa tahu namaku?"

"Itu tidak sulit, koleksi ini yang memberi tahuku." Tuturnya sembari mengangkat Black Dial Fighter yang sudah ada di tangannya.

"Hah! Siapa kau sebenarnya?" Tanyaku yang terkejud saat melihat Black Dial Fighter sudah ada di tangannya.

"Maaf atas tindakanku yang kurang sopan. Perkenalkan namaku Arsen, Arsen Lupin."

"Kau, Arsen Lupin. Bagaimana kau bisa menemukanku?"

"Aku menemukan tubuhmu yang terluka parah tidak jauh dari sini, lalu aku membawamu kemari untuk mengobati lukamu. Bisa kau ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Arsen.

Setelahnya aku menceritakan semuanya pada Arsen, apa yang aku lihat, apa yang ku alami, bagaimana aku bisa sampai di sini, dan juga pesan terakhir ibu yang memintaku untuk memberikan Black Dial Fighter padanya.

"Medusa. Aku...turut berduka cita atas apa yang menimpa kedua orang tuamu, Nona Sakura." Ucap Arsen saat mengalihkan pandangannya padaku.

"Bisa....bisakah kau memberitahuku, apa yang sebenarnya terjadi siapa Medusa dan.... kenapa ia melakukan semua ini? Lalu benda apa itu?"

"Ini adalah koleksi Lupin, Black Dial Fighter. Alat yang dibuat oleh leluhurmu puluhan tahun lalu. Alat ini memiliki kekuatan yang sangat hebat bahkan dikatakan bisa membuat penggunanya menguasai dunia."

"Me-menguasai dunia?"

"Benar, sayangnya koleksi punya satu kelemahan."

"Kelemahan?"

"Kutukan, saat kau menggunakannya koleksi ini akan memberikanmu kekuatan yang hebat namun jika kau tidak bisa mengendalikan kekuatan itu maka...."

"A-apa, lalu....apa hubungannya dengan wanita itu, Medusa siapa dia?"

"Medusa tadinya hanya seorang gangler yang lemah, meski memiliki status gold, tapi kekuatannya tidak ada apa-apanya dibandingkan gangler dengan status di bawahnya. Sampai akhirnya ia mendapatkan koleksi ini, sayangnya ia tidak bisa mengendalikannya sepenuhnya hingga kekuatan koleksi ini mengubahnya menjadi Gangler Unrelated Status dan akhirnya direbut kembali darinya kemudian disembunyikan secara turun temurun oleh keluargamu." Jelas Arsen.

"Unrelated Status. Jadi apa tidak ada cara untuk mengalahkannya?"

"Ada, dengan menggunakan alat yang sama yang telah mengubahnya. Tapi resikonya cukup besar." Sembari melihat kearah Black Dial Fighter.

"Aku akan melakukannya."

"Tidak!"

"Kenapa? Aku kira kau akan membantuku?"

"Aku akan membantumu, tapi membiarkanmu menggunakan koleksi berbahaya seperti ini sudah jelas itu tidak akan membantu sama sekali."

"Tapi ini satu-satunya cara untuk mengalahkannya. Berikan koleksi itu!"

BRUK!

Aku terjatuh saat berusaha merebut koleksi itu dari tangan Arsen.

"Tidak! Orang tuamu telah memberikan koleksi ini kepadaku, itu artinya koleksi ini sudah menjadi hakku. Kau tidak bisa mengambilnya sesuka hati!" Ucap Arsen sembari berlalu dariku.

"Kau tidak mengerti...."

"KAU TIDAK MENGERTI BAGAIMANA RASANYA KEHILANGAN DUA ORANG YANG KAU CINTAI SEKALIGUS! APA KAU MENGERTI BAGAIMANA RASANYA, HAH?"

"Orang sepertimu yang bahkan tidak bisa menerima kenyataan kepergian mereka, tidak pantas menggunakan koleksi ini." Sembari meninggalkan ruangan.

"AAAAAAaaaa...!!!"

-----

"Aku pulang...." Sahut Sakura.

Sembari menarik gagang pintu rumah Nana, tepat saat sebuah pelukan hangat tiba-tiba menyambutnya dari balik pintu. Dan Nana ada disana mendekap tubuhnya yang basah dengan erat. Sambil menahan air matanya yang hampir tumpah.

"Na-nana...." Gumam Sakura.

Perlahan Nana melonggarkan pelukannya dan tampak ia yang sudah kembali rapih dengan mengenakan mantel tebal, sepatu yang baru terpasang sebelah dan dua buah payung yang Sudah ada di genggamannya. Ia ingin menyusulku, pikirku saat menyadari hal itu.

"Dari mana saja kau? Apa kau tahu jam berapa sekarang?"

"Itu..."

"Aku menghubungi nomormu berkali-kali, tapi tidak ada jawaban. Kemana saja kau Sakura? Apa kau tidak memikirkan orang lain mencemaskanmu? Apa kau tidak memikirkan aku mengkhawatirkanmu? Apa kau tidak peduli?"

"Nana....."

"Hah...! Maaf sepertinya aku terlalu berlebihan. Baiklah yang penting kau sudah pulang sekarang, iya benar. Hah....! Bersihkan dirimu dan ganti pakaian, jika tidak kau akan masuk angin nanti. Aku...akan menyiapkan makan malam."

"Maaf....telah membuatmu khawatir."

Setelahnya Sakura berjalan kearah kamarnya untuk mengganti pakaian, disaat yang sama ketika ia melihat Nana yang sedang menyiapkan makan malam untuk mereka.

"Nana....aku hanya pergi selama 30 menit, tapi kau sudah begitu khawatir seolah aku tidak akan pulang hari ini. Bagaimana aku bisa mengatakan padamu jika lain kali, mungkin aku tidak akan bisa pulang kerumah lagi untuk selamanya."

-----

Pagi di Bistro Jurer, hari ini seperti biasa para Trio jurer sedang berkemas dan bersiap-siap untuk membuka Bistro mereka.

"Hah, selamat pagi!" Seru Kairi yang baru keluar dari kamarnya.

"Kau baru bangun?" Tanya Toma.

"Huh! Kenapa kita belum buka?" Tanya Kairi yang tiba-tiba mengalihkan topik.

"Ini belum waktunya buka." Ujar Toma.

"Benarkah!" Sembari memeriksa jam pada layar hp nya.

"Umika, kau baik-baik saja?" Tanya Toma saat melihat Umika termenung di meja pelanggan.

"Ah, iya hanya saja tiba-tiba aku teringat pada Godey. Apa yang sedang dia lakukan ya?" Ucap Umika.

"Mungkin dia sedang bermain di suatu tempat...." Balas Kairi.

"Benarkah? Apa dia tidak bosan?"

"Kau mengkhawatirkannya?" Tanya Kogurei yang tiba-tiba muncul.

Umika yang mendengar pertanyaan dari Kogurei, langsung kaget saat melihatnya sudah duduk di meja sebelah. Sementara Toma dan Kairi yang melihat itu hanya diam, sebelum akhirnya Kairi menghampiri mereka berdua.

"Kogurei, kapan kau datang?" Tanya Umika.

"Bonjour! Aku datang untuk memberikan intel baru." Ucap Kogurei.

"Sekarang kau baru datang, kemana saja kau selama beberapa bulan terakhir?" Tanya Kairi dengan wajah kesaal.

"Maafkan aku. Ada beberapa hal yang harus kurus." Sembari meletakkan selembar amplop keatas meja.

"Apa itu tentang Black." Ucap Toma yang langsung meletakkan secangir teh di atas meja Kogurei. Lalu duduk di samping Umika.

Bersamaan dengan Kairi dan Umika yang langsung mengalihkan pandangannya pada Kogurei dengan tatapan serius. Seolah ingin mendapatkan informasi yang amat penting darinya. Melihat itu, perlahan Kogurei mengangkat cangkir itu dan meminum pelan teh yang ada di dalamnya.

TRAK!

"Apa, yang ingin kalian ketahui?" Tanyanya, sembari meletakkan kembali cangkir teh tersebut.

"Siapa sebenarnya Black?" Tanya Kairi.

"Black adalah, seorang Intel."

"Apa....!" Sahut ketiganya.

-----

CEKRIK!

Suara jepretan kamera terdengar dari sebuah gedung pabrik tua, dan terlihat Sakura di sana sedang memotret sesuatu dengan kamera hp nya dari belakang pabri itu. Dan di dalamnya tampak dua orang pria sedang membicarakan sesuatu.

"Jadi disini mereka bertemu, aku penasaran kira-kira apa isi koper itu?" Pikir Sakura.

"Jadi, bagaimana?" Tanya pria yang membawa koper itu pada pria satunya.

"Ah, ini terlalu mahal. Tidak bisakah kau mengurangi harganya sedikit."

"Kau....masih untung aku mau menjualnya padamu! Kau pikir mudah untuk mendapatkannya di situasi seperti ini? Kalau tidak mau ya sudah."

"A-a-tunggu....bukan itu maksudku....baiklah aku akan membelinya. Tapi, aku ingin melihatnya dulu karna aku sudah membayar mahal."

"Hah....baiklah merepotkan sekali!" Sembari membuka koper tersebut.

"Ini!"

"Hah! GoodStriker." Ucap Sakura.

"Hei....lepaskan aku....!" Seru GoodStriker yang terikat di dalam koper itu.

"Ah dia bergerak?"

"Tentu saja, tapi kau tau kekuatannya lumayan kuat. Walaupun agak cerewet!"

"Hei....! Beraninya kau mengataiku seperti itu!"

"Memangnya kenapa, hah?"

DOR! DOR! DOR!

Sebuah tembakan tiba-tiba mendarat tepat mengenai kedua pria itu. Dan dari pintu masuk pabrik tampak Sakura yang sudah berubah menjadi Lupinranger.

"Berani-beraninya kau menembakiku!" Sahut pria yang membawa koper tadi, yang langsung berubah menjadi sosok gangler.

"Aduh....sakit sekali....aku tidak akan mengampunimu!" Tambah yang satunya, yang ternyata juga seorang gangler.

"Hah! Aku tidak punya waktu bicara dengan kalian, serahkan koper itu padaku!" Sembari berlari kearah kedua gangler tadi.

"Hei! Apa, apa yang terjadi disana?" Tanya GoodStriker yang kembali terkunci di dalam koper.

"Tidak bisa kau tidak akan mendapatkannya!" Ucap gangler itu sambil menarik kopernya.

"Aku sudah membayar mahal, rasakan ini!"

DOR! DOR!

Tembakan rudal langsung di arahkan pada Black yang jaraknya cukup dekat saat itu. Untungnya ia bisa menghindarinya, namun itu malah membuat posisinya terpojok saat sebuah bayangan panjang tiba-tiba menahan kedua kakinya.

"A-apa!"

"Ha ha ha, sepertinya kau tidak sehebat yang kukira Lupin Black!" Sahut gangler yang membawa koper tadi.

"Gawat, aku tidak bisa bergerak!"