Berbanding terbalik dengan kehidupan Alena. Hubungan Elea dengan orangtuanya justru sungguh sangat baik dan harmonis. Ayah dan ibu kandung Elea sangat mencintainya bagi orangtua Elea sendiri tidak ada yang lebih berharga dari apapun selain putri cantiknya yang sudah tumbuh dewasa.
Seperti yang terlihat pada pemandangan malam ini, Elea dan juga keluarganya sedang menikmati makan malam bersama. Hal yang rutin dilaksakan oleh Elea dan keluarganya supaya bisa tetap saling menjaga kebersamaan.
Elea masih saja memikirkan pertemuannya saat tadi siang bersama sahabatnya yang tidak lain adalah Alena. Semua itu sungguh sangat menganggau pikirannya dan membuat ia tidak fokus untuk melakukan sesuatu. Elea sekarang sedang melamun memikirkan kondisi sahabatnya. "Kira-kira sekarang Alena lagi ngapain ya? Aku jadi keinget dia terus," batin Elea.
Winda dan Ridwan yakni orangtua Elea kini sama-sama tengah memperhatikan putrinya.
"Sayang kamu kenapa kok malah melamun? Ini makanan udah ibu siapin semua," ujar Winda pada putrinya yang seketika itu juga langsung membuyarkan lamunan Elea.
"Iya Elea. Kamu ada masalah apa? Kalau mau cerita kamu cerita aja sama ibu dan ayah," sambung Ridwan.
"E-enggak kok," balas Elea sambil menunjukkan senyuman tipisnya yang mengisyaratkan jika ia sedang baik-baik saja padahal kenyataannya tidak.
"Yaudah, kalau gitu makan dong makanannya sayang."
"Iya ibu," sahut Elea sambil tersenyum manis.
"Oh iya sayang, gimana hari ini kerjaan kamu di kantor? Semuanya lancar?"
"Lancar kok, ibu sama ayah santai aja."
Dari masa sekolah, kuliah, hingga bekerja pun, Elea sangat diperhatikan oleh ayah dan ibunya. Mereka sangat peduli dengan putri semata wayangnya itu. Meskipun kini Elea sudah tumbuh menjadi wanita cantik, cerdas, dan mandiri namun orangtunya masih tetap saja menganggap Elea sebagai putri kecilnya.
Elea tampak mengunyah makanan yang dihidangkan oleh ibunya dan ia begitu sangat menikmatinya.
"Mau nambah lagi enggak sayang makanannya?"
"Enggak usah Bu. Nanti kalau Elea berat badannya naik gimana?" ucap Elea, mencairkan suasana yang sunyi karena sejak tadi ia sibuk melamun memikirkan sahabatnya.
"Kamu akan tetap cantik kok sayang mau berat badannya naik ataupun enggak," sahut sang ibu.
"Iya, betul itu apa yang ibu kamu katakan. Dimata ayah dan ibu mau bagaimanapun penampilan kamu, kamu tetap saja cantik," sambung sang ayah yang tidak mau kalah dari istrinya untuk memuji putri kesayangan mereka.
Elea langsung tersipu malu mendengar pujian dari orangtuanya itu. "Ayah sama ibu bisa aja," balas Elea sambil tersenyum tipis.
Canda dan tawa yang begitu indah membuat keluarga ini terasa begitu semakin harmonis. Elea begitu bersyukur bisa dilahirkan dari rahim wanita seperti ibunya dan ditakdirkan memiliki seorang ayah yang begitu sangat mencintainya. Jika banyak orang yang mengatakan ayah adalah sosok cinta pertama untuk anak perempuannya pasti Elea langsung membenarkannya, karena ia sendiri benar-benar merasakan kasih sayang ayahnya yang begitu tulus mencintainya dari kecil hingga sekarang ia sudah sukses menjadi staf disalah satu perusahaan multinasional.
Elea memiliki sikap introvet yang tidak jauh- berbeda denan Alena. Elea juga sering di bully saat masa sekloah dulu karena ia bukanlah siswa yang terlalu berprestasi maupun aktif dalam organisasi. Namun berkat dukungan yang besar dari ayah dan ibunya sekarang dirinya bisa menjadi wanita karier yang sukses.
"Ayah, ibu. Elea minta maaf kalau selama ini Elea belum bisa membanggakan ibu dan ayah," ucapnya yang membuat ayah dan ibunyanya saling bertatapan.
"Kamu ngomong apa sih sayang? Kamu itu kebanggaan Ibu dan Ayah," ujar Winda.
"Kamu bisa meniti karir di Perusahaan Multinasional saja sudah membuat Ayah dan Ibu bangga Elea," sambung sang Ayah.
Elea lagi-lagi memberikan senyuman manisnya kepada ayah dan ibunya. Rasa kasih sayangnya begitu sangat besar kepada mereka.
Winda dan juga Ridwan merupakan Dosen di salahsatu Universitas Swasta terbaik di Indonesia namun mereka tidak pernah memarahi Elea saat putri kesayangannya itu tidak mendapatkan juara kelas.
Mereka semua sudah menghabiskan makanannya masing-maisng. Setelah selesai makan Elea langsung membereskan semua piring dan gelas yang habis dipakai oleh dirinya dan orangtuanya. Seperti biasanya Elea juga sangat rajin membantu ibunya memasak ataupun mengerjakan pekerjaan rumah. Meskipun di rumahnya ada ART namun Elea tidak ingin manja.
"Sini sayang Ibu bantuin."
"Iya Bu," sahut Elea yang kemudian langsung membawa piring-piring kotor itu ke dapur.
Saat setelah di dapur Elea berniat untuk mencuci piring dan gelas kotor itu namun sang ibu melarangnya.
"Sayang kamu mau ngapain?"
"Ya mau nyuci piring sama gelas kotor ini, Bu."
"Duh, ngapain sayang, kamu kan udah capek kerja seharian ini jadi lebih baik sekarang kamu istirahat aja besok kamu juga harus masuk kantor lagi? Biar yang beresin ini semua Ibu sama Bibi aja."
"Beneran enggak apa-apa Bu?"
"Iya bener sayang."
"Yaudah kalau gitu Elea ke kamar dulu ya Bu."
"Iya sayang cepetan istirahat sana, jangan sampai kamu kecapean."
Elea segera berjalan menuju ke kamarnya dan setelah sampai kamar ia segera menjatuhkan badannya diatas tempat tidur. Padahal biasanya setelah habis makan malam ia akan duduk-duduk dulu dan tidak langsung naik ke tempat tidur. Namun entahlah, malam ini ia terasa berbeda. "Kenapa aku merasa jika ada perubahan dalam diri Alena? Dia terlihat begitu tertekan apa jangan-jangan dia depresi karena sering mendapatkan siksaan dari Tante Febi dan juga Andre?"
"Kalau emang bener, kasihan banget Alena."
"Kamu adalah sahabat terbaik aku Alena, kamu adalah satu-satunya teman yang selalu membela aku disaat aku dibully habis-habisan oleh anak-anak sekolah yang lain karena aku tidak pandai mengerjakan soal matematika. Padahal orangtuaku dari kalangan pendidik," gumam Elea yang sampai kapanpun ia tidak akan pernah bisa melupakan semua kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan oleh Alena kepada dirinya.
"Lagian Andre tega banget sih kok bisa dia berbuat seperti itu? Selama ini aku menyangka jika Andre adalah laki-laki yang baik dan tidak akan pernah menyakiti Alena namun kenyataannya kosong! Pokoknya aku pengen cepet-cepet ketemu Andre dan membicarakan semuanya supaya semuanya jelas dan cepet clear!"
"Aku juga akan mencari tahu lagi siapa sosok Daffa yang dimaksud oleh Alena. Aku tidak ingin melihat dia harus patah hati lagi oleh laki-laki."
Selama mereka berteman, Alena dan Elea tidak pernah ribut justru mereka saling mendukung satu sama lainnya. "Alena yang aku kenal dulu itu adalah sosok anak yang ceria dan cerdas tapi sekarang ia begitu terlihat terpuruk dan tertekan," gumam Elea sambil menatap kearah langit-langit kamarnya.
"Aku akan bantu Alena karena dia bukan hanya sahabat aku tetapi dia juga sudah aku anggap seperti saudara perempuanku sendiri," gumam Elea yang tanpa disadari ia sudah memejamkan matanya.