webnovel

Love My Boss

Menjadi asisten seorang bos yang menyebabkan membuat Natasha sangat tertekan, Sebenarnya Natasha ingin resign tapi dia merasa ragu dapatkah dia mendapatkan pekerjaan baru dengan gaji yang lumayan setelah dia resign, apalagi dia adalah tulang punggung bagi ibu dan adiknya. Suatu hari, Natasha menemukan sisi lain dari si Bos, Mika. Dia tak menyangka si bos ternyata seorang yang lembut dan penyayang bahkan cenderung posesif. Natasha menikmati sisi lain dari bos menyebalkannya yang sangat mencintainya meski ada kekuatiran di dalam hatinya kalau Mika tahu kalau dia adalah asisten Mika yang kerap diperlakukan dengan tidak manusiawi.

AlanyLove · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
13 Chs

Kesal

"Selamat malam," kataku canggung, aku melangkah meninggalkan Mika yang masih berdiri menatapku.

"Cha," Panggil Mika membuat langkahku terhenti.

Aku menoleh menatapnya, langkahku tertahan karena tanganku digenggam oleh Mika dan detik berikutnya dia menarikku ke dalam pelukannya dan menempelkan bibirnya di bibirku.

Aku terkejut dan membelalakkan mataku tapi sebelum akhirnya aku memejamkan mata dan merasakan bibir Mika yang menjajah bibirku. Aku bisa merasakan dadaku yang berdebar dengan kencang. Hanya sebentar karena setelah itu aku segera sadar dan mendorong tubuh Mika dan serta melepaskan diri dari pelukannya aku segera berlari ke dalam apartemen dengan perasaan yang bercampur aduk.

"Kenapa kamu seperti habis di kejar setan gitu, Cha?"

Rani terkejut melihat aku berlari ke dalam unit yang kami tinggali. aku tak menghiraukan pertanyaan Rani, aku segera berlari menuju kamarku dan duduk melorot di depan pintu yang baru saja kututup. Aku memegang dadaku yang berdetak dengan kencang sementara darahku berdesir membuatku merasa ngilu, wajahku terasa panas.

"Cha, kamu kenapa?" Rani menggendor pintu di belakangku.

Aku tak kembali tak menjawab pertanyaan Rani, bayangan Mika yang sedang mencium bibirku justru terbayang dengan jelas di mataku.

"Cha?"

Aku tak menjawab panggilan Rani.

"Cha? Mika gak apa-apain kamu, kan?" suara Rani terasa memenuhi gendang telingaku berulang-ulang dan ketukannya di pintu terdengar sangat tidak sabar.

"Cha!"

Aku menghembuskan nafas kemudian berdiri membuka pintu kamarku, aku bisa melihat wajah cemas Rani yang menatapku tajam. Rani mengikutiku duduk di atas kasur busa yang aku letakkan di lantai.

"Kamu kenapa, sih?" tanyanya cemas.

"Gak papa," aku menutup mukaku dengan kedua telapak tangan, pasti Rani melihat mukaku yang merah padam.

"Mika melakukan sesuatu kepada kamu?" suara cemas Rani menyerbu telingaku.

Aku mengangkat wajah, menatap Rani dengan heran, bagaimana gadis itu berfikir sejauh itu? Tatapanku segera membentur tatapan tajan Rani yang menyelidik membuatku tak berkutik.

"Ehmm, dia mencuri ciuman dariku," kataku setelah kami cukup lama terdiam, aku menunduk menunggu reaksi Rani. Ibuku telah memintanya untuk menjagaku jadi mungkin dia akan memberiku ceramah panjang lebar.

Aku sudah bersiap dimarahi oleh Rani, aku menunduk makin dalam, aku merasa sangat malu. Aku menjadi kesal melihat Rani malah tertawa ngakak.

"Ya, ampun, Cha! Aku pikir Mika memperkosa kamu," Rani menatapku aneh. "Jangan bilang kamu belum pernah berciuman!"

"Ran," rajukku, aku menatap Rani dengan sebal.

Rani menatapku dan menutup mulutnya untuk menghentikan tawanya membuatku makin kesal. Rani masih tertawa ketika aku mengusirnya dari kamar.

Malam semakin larut tapi aku tidak dapat memejamkan mataku bayangan nikah yang mencium bibirku membuatku terbayang-bayang dan membuat darahku berdesir ini adalah pertama kalinya seorang laki-laki mencium bibirku. Tanpa sadar aku menyentuh bibirku dan rasanya aku masih bisa merasakan kehangatan bibir Mikha di sana membuatku merasa jengah.

Aku baru bisa memejamkan mata setelah salat subuh yang membuatku bangun kesiangan. Aku segera mandi dengan cepat dan menyiapkan diri sebagai Natasha. Karena terburu-buru aku bahkan hampir lupa mengenakan kacamata tebalku dan menguncir rambut panjangku.

Selesai berdandan aku segera melajukan motorku secepat mungkin ke kantor. Sampai di sana aku segera masuk ke toilet untuk memperbaiki riasanku, aku segera mengoleskan lipstik warna merah darahku yang menurutku kurang tebal dan menambahkan beberapa detail lain yang membuatku tampil seperti biasanya sebagai Nat.

Keluar dari toilet karyawan, aku berlari kecil dan memasuki ruangan Mika, aku melihat Mika sudah duduk di kursinya dan menatapku dengan tajam.

"Selamat...., Selamat pagi, Pak. Maaf saya terlambat," kataku sambil menatap dan mengangguk padanya.

"Kamu tahu ini jam berapa sekarang?" tanyanya dingin.

"Maaf, Pak," hanya itu yang keluar dari mulutku padahal dalam hati aku ingin memkinya karena dialah yang membuatku bangun kesiangan. Aku menundukkan kepala, menunggu perintah darinya.

"Kamu pikir ini kantor punya moyangmu sehingga kamu bisa datang seenaknya," katanya dingin.

"Maaf Pak saya tidak akan mengulanginya lagi," aku tak berani menatap Mika.

Mika duduk di kursi kebesarannya dengan sikap yang arogan, ini adalah keseharian Mika saat di kantor. Terkadang aku tak percaya kalau Mika yang menciumku semalam adalah dia karena sikapnya yang sangat bertolak belakang dengan Mika yang ada di depanku saat ini.

Aku segera duduk di di kursi dan menghidupkan komputer setelah itu segera ke pantry untuk membuatkan secangkir kopi buat Mika. Aku meletakkan kopi yang sudah di meja kopi kemudian kembali ke mejaku untuk melihat jadwal kegiatan Mika hari ini.

Aku membacakan jadwal kegiatan Mika hari ini, tampaknya hari ini aku mesti lembur karena jadwal Mika yang sangat padat hari ini apalagi ada pertemuan bisnis dengan beberapa temannya nanti malam. Aku berharap Mika tidak memintaku ikut dalam pertemuan bisnis itu karena aku merasa sangat mengantuk.

Aku segera mengirim beberapa materi presentasi yang hendak digunakan Mika melalui email. saat memberi tahu Mika kalau emailnya sudah terkirim, aku melihat sedang tersenyum sambil menatap ponselnya. Aku mengernyitkan dahiku mencoba menduga apa yang membuatnya tersenyum, mungkinkah tadi malam?

Tanpa sadar aku menatapnya lebih lama, membayangkan bibirnya yang sempurna menempel di bibirku semalam membuat pipiku langsung merona. Bunyi notifikasi di ponselku membuatku sadar dan buru-buru memalingkan wajahku dari wajahnya.

Aku menatap layar ponsel yang dibelikan Mika waktu itu, ada nama Mika tertera di sana, membuat rona di pipiku makin berwarna. Aku segera membuka pesan yang dikirimnya, aku melihat panggilan tak terjawab dari Mika ada di sana karena hanya Mika yang tahu nomor ini.

'Apa kabar, Sayang? Masih marah padaku?' tulis Mika di sana.

'Gak,' balasku singkat.

'Jadi beneran marah? Kok pendek banget jawabnya.

'Gak. Cuma jengkel, gara-gara kamu aku dimarahi bosku,' tulisku.

Mika mengirim pesan berupa emoticon tanda tanya.

'Kamu membuatku tak bisa tidur semalam, jadinya aku ke kantor kesiangan." Aku menatapnya, melihat bagaimana reaksinya tapi Mika tak menunjukkan ekspresi lain selain senyum sambil menatap ke ponselnya.

Sebenarnya aku ingin melihat bagaimana apakah dia merasa bersalah karena telah memarahiku, nyatanya dia tak bereaksi apapun karena begitulah Mika.

'Aku juga gak bisa tidur. Aku merindukanmu, sangat,' balasnya lagi.

Huh, bagaimana aku tak jatuh cinta padanya kalau dia semanis ini. Aku menatap Mika melihatnya tengah tersenyum sambil menatap ponselnya. Aku segera memalingkan wajahku saat sebelum Mika menyadari kalau aku menatapnya dengan rona kemerahan di pipiku.

'Aku telepon, ya?'

'Jangan.'

'Why?'

'Bosku galak, tadi dia sudah memarahiku karena telat, bagaimana kalau dia melihatku teleponan di jam kerja? Bisa marah dia!' balasku.

Aku kembali mencuri pandang ke arah Mika dan melihatnya dalam ekspresinya membuatku merasa gemas melihat bagaimana Mika tampak sekali tak perduli dengan sekelilingnya hanya fokus pada Chaha.

Mika tampak membuka email kukirim dan sebelum dia menoleh kearahku aku segera memalingkan wajahku dengan dada berdebar. Uh, kenapa aku malah jatuh cinta padanya dan rasanya semakin hari rasa itu semakin mencengkeram hatiku apalagi saat dia begitu perhatian padaku sebagai Chacha. Tapi aku juga sangat sebal padanya ketika aku menjadi Nat.

***

AlanyLove