webnovel

Jangan jadikan aku budakmu, ayah ibu

*

*

*

*

 

Gaun putih satin bersayap panjang dipadukan brokat tunik berlapis serpihan safir yang begitu indah pas melekat di tubuhku. Tidak tahu apa ini pantas disebut prestasi dalam hidup atau ini sebuah lelucon peti mati!

 

Seperti kondisi sekarang mereka memaksakan seluruh otoritas untuk melegitimasikan bahwa aku adalah pelaksana tanggung jawab dengan mutlak. Hak atas diriku sendiri tidak berlaku diatas zona mereka.

 

Seluruh dempul di wajahku bernuansa peach ranum dan bibirku bercampur racun maron yang siap membunuh yang ingin menyentuhnya. Aku pikir sudah tidak mengenali wajahku seperti sedia kala yang penuh topeng palsu. Semua dilakukan oleh mereka sendiri tanpa izinku.

 

Apa arti sebuah keluarga?

Keluarga yang tidak akan menjual bagian dirinya yang berharga

Lalu kenapa duniaku terbalik?

Aku di jual!

Aku disiksa dengan peraturan yang kejam!

Aku sudah di lecehkan sebagai manusia!

Sangat bisa katakan mereka ini cukup miskin!

Seperti keledai memperjuangkan langit untuk tidak hujan dan berkuasa di alam semesta.

 

Ah, Jiwa mereka lebih miskin dengan harta - harta yang mereka simpan di lemari tiap sudut dinding. Tidak bisakah mereka tidak seperti serigala yang lapar dikala perut yang masih kenyang?

 

Hatiku panas seperti kulit yang terbakar bara api, aku marah!

 

Gelas yang terisi setengah air putih itu melayang menghantam ke kaca yang berhadapan persis di hadapanku sekarang. Kaca itu tidak bersalah sama sekali tapi karena rasa dendam dan benci sebagai sasaran pelampiasan jiwaku yang gelap.

 

Beberapa tetes air mata asin mulai tidak terbendung untuk turun membelai pipiku. Aku tersungkur dalam nestapa kesepian abadi.

 

AKU JIJIK!

"Tidak bisakah kalian memberikan ku buah yang beracun saja hah?"

"Dulu kalian sudah menjualku berkali-kali dan kau yang kusebut ayah telah melecehkan diriku beberapa kali dan kau yang kusebut sebagai ibu menutup mata dan berpura-pura tuli!

"Kau terlalu takut untuk sendiri tanpa suami yang kau agungkan itu. Kau perempuan lemah dan ibu yang gagal."

 

Aku sudah tidak tahan untuk tidak bersikap lembut lagi. Atas nama dan harga diriku yang sudah terlanjur hilang bertahun-tahun lalu. Aku budak keluarga yang dilahirkan sebagai bordir penunjang masa depan keluarga. Aku terlalu sakit mengingat adik-adikku adalah penerusku.

 

Tangan itu melempar sentuhan kasar pada pipi meronaku.

 

"Kami sudah membesarkanmu selama ini, tidak bisalah kau membalas jasa ku dan suamiku ini?"

 

"TIDAK SEPERTI INI! KALIAN TIDAK TULUS MERAWATKU!

"Apakah selama ini aku seorang budak untuk mengisi hawa nafsu kalian?"

 

"Omong kosong apa ini?"

"Kau pikir di dunia ini akan memikirkanmu?"

"Kau pikir yang kami lakukan ini atas pribadi semata?"

"Apakah kau pikir kami ini merawatmu dengan asal-asalan?"

"Kami memberikan pendidikan terbaik untukmu dan makanan lezat dan sehat seperti yang kami punya juga!

"Pantaskah kamu bersikap arogan dan egois disini?"

"Ingat, kakakmu Meichan menyelamatkanmu kala itu sehingga kamu berada disini Yamada!

 

Aku berlutut bersimpuh belas kasih tapi mereka layaknya manusia keji yang melepaskan hati nuraninya dengan seribu berlian. Aku meminta permohonan untuk tidak memaksakan diriku menikah dengan mafia tua bangka berumur enam puluh lima tahun.

 

"Sebaiknya kau menghapus air matamu dan aku akan meriasmu lagi. Dan harus kau ingat ini demi nama baik keluarga yang ayahmu jaga dengan peluh keringatnya."

 

 

 

 

Di satu sisi poin tempat yang berbeda dengan waktu yang sama.

 

"Kau harus membahagiakan dia Yuichi kalau tidak aku akan menandang bokongmu sampai tersungkur di tanah. Ingat baik-baik! suara perempuan yang sebenarnya sangat dikenal oleh Yamada tentunya, masih di perkirakan kebaikan surga yang dijanjikan oleh mereka berdua untuk Yamada.

 

"Kau sangat tahu kan aku mencintainya lebih dari tujuh tahun ini dan tentu kau tidak lupa mengapa kau ikut bermain denganku." Senyum setengah yang memperlihatkan lengsung pipit seperti bunga mekar.

 

"Aku sangat tahu itu, aku masih mengingat kau mempertaruhkan segala apa yang kamu punya."

"Kau tidak perlu repot-repot sebaiknya kau harus bersiap siap diri agar tidak memperlihatkan dirimu kepada orang lain terutama kepada keluargamu."

 

 

 

 

*

*

*

*

 

 

Acara ini di hadirin beberapa orang saja dari setiap pihak pasangan pengantin. Acara begitu hikmat dan tenang, peserta ikut terhanyut dalam sakral ikatan suci ini. Pendeta memberikan khotbah sebelum benar-benar penyatuan dua insan manusia berjenis kelamin yang sama.

 

Pendeta menyebutkan kan Yuichi dan disandingkan nama Meichan.

 

ITU BUKAN NAMAKU!

ITU BUKAN NAMAKU!

ITU BUKAN NAMAKU!

 

 

Setelah pendeta mengikrarkan kami sebagai status suami-istri yang sah dimata Tuhan sampai malaikat maut menjemput detak nafas habis.

 

 

Ini menghancurkan harga diriku berulang kali, bagai jatuh terpeleset di timpa tangga. Menohok dan membuatku sadar atas kejamnya hidup.

 

Acara yang penuh hikmat dengan beraninya ia dengan enteng menatapku dan berangsur mendekati bibirku. Bangsat itu mempermainkanku!

 

Suara nya yang halus mengucapkan satu kata yang terhingga dikepalaku. Sepertinya aku kenal dengan suara ini.

 

''Yamada."

Bibir pun menyatu dengan sangat lembut dan aku terperangah mengingat suara yang sekarang menjadi pasangan hidupku.

Semua peserta yang hadir  bersorak gembira tapi aku menangis meratap nasib.