webnovel

Let Go (Omegaverse)

Bercerita tentang bagaimana para tokoh Let Go meraih kebahagiaan mereka. Baik itu lewat pencarian yang panjang, menemukan dengan mudahnya, mempertahankan yang sudah ada, maupun dengan melepaskan yang selama ini berada di genggamannya. . . Berlatar belakang "Omegaverse", dimana selain laki-laki dan perempuan ada gender kedua yaitu Alpha, Beta dan Omega. Karena berlatar omegaverse, jadi dalam cerita ini, baik laki-laki maupun perempuan, dua-duanya bisa hamil. So, bagi yang merasa tidak nyaman dengan tema 'homoseksual' dan juga 'male preganancy', diharapkan untuk tidak membaca cerita ini. # LGBTQ+ # Male Pregnancy # Omegaverse # 17+

Leuchtend · LGBT+
Không đủ số lượng người đọc
48 Chs

Lennox is Missing (2)

Setelah mendengar tentang anaknya yang menghilang malam itu, Carlson langsung menghubungi pihak berwajib dan menyebarkan berita hilangnya Lennox di berbagai media. Hal ini membuat seluruh orang tahu kebenaran dari desas-desus omega Selim selama ini.

Raymond mendengus kesal, mematikan televisi yang tadi sedang menampilkan berita tentang menghilangnya Lennox.

Hasil penyelidikan dari orang-orang kepercayaannya semua mengarah pada hal yang sama seperti yang telah dibeberkan pihak polisi. Posisi terakhir Lennox adalah sekolah Nuri. Ini di tunjukkan oleh beberapa rekaman cctv di sekitaran sekolah tersebut.

Bagaimana dengan rekaman cctv lainnya? Nihil. Tidak satupun dari semua cctv di kota ini menampakkan keberadaan Lennox. Hal ini membuat pencarian Lennox menjadi sulit. Bahkan terdengar mustahil untuk menemukannya. Instingnya mengatakan bahwa ada seseorang yang sengaja menutupi keberadaan Lennox. Tapi siapa?

Sudah empat hari ini Raymond tidak makan dan juga tidur dengan benar. Dia menjadi sensitif dengan suara. Baik itu suara ketukan pintu, langkah kaki ataupun dering dan getar ponsel.

"Haaahh." Raymond menghela nafas berat. Ini sudah yang kesekian kalinya.

Eckart yang mendengar helaan tersebut hanya dapat menggelengkan kepala.

"Tidur sana. Kau sudah seperti zombie."

"Om Ray seperti zombie."Cicit Nuri yang menirukan kalimat daddynya.

Setelah mendengar cicitan Nuri, kepala Raymond tiba-tiba saja sakit. Sepertinya mereka benar, Raymond memang butuh istirahat sekarang.

Dengan gontai Raymond berjalan menuju kamar Lennox, meninggalkan laptop yang masih menyala bersama dengan tumpukan kertas-kertas hasil penyelidikan di atas meja makan.

Sudah sejak hari pertama Lennox menghilang Raymond memutuskan untuk tinggal sementara di rumah Eckart dan Eckart pun tidak keberatan. Justru ini membantunya untuk menjaga Nuri di rumah. Selama tinggal di rumah Eckart, Raymond menempati kamar Lennox. Walaupun Eckart menawarkan kamar tamu yang lebih luas, Raymond tetap pada pendiriannya, dengan alasan karena kamar Lennox di lantai satu, jadi dia bisa cepat keluar rumah kalau terjadi sesuatu.

Raymond kini sedang berbaring di kasur yang tadinya digunakan Lennox. Dia menghirup aroma vanilla dan susu yang sudah mulai memudar tergantikan dengan aromanya sendiri. Bohong jika Raymond tidak merindukan omega manis yang sekarang entah dimana dia berada.

Raymond menghela nafas, tubuhnya lelah sekali. Tapi otaknya tidak bisa tenang, masih memikirkan Lennox.

"Lennox, tolong beri aku petunjuk." Gumamnya.

Raymond benar-benar frustasi dan stress. Dunianya hanya berpusat pada Lennox saat ini.

Banyak pihak yang membantu dalam proses pencarian ini. Bahkan keluarga Landyn ikut membantu dengan mengerahkan beberapa orang terbaik mereka.

Jangan tanya Ralph, tunganan Lennox itu sedang sibuk dengen proyek pembangunan apartemen milik ayahnya. Ya walaupun sibuk, sesekali dia akan datang menanyakan kemajuan pencarian Lennox. Memang terlihat seperti tidak peduli, tapi dia juga tidak bisa disalahkan. Proyek itu tidak dapat ditinggalkan begitu saja.

"Raymond!"

Raymond yang baru akan menutup matanya terbangun karena teriakan Eckart. Dengan cepat dia berlari menuju ruang makan tempat tadi dia meninggalkan Eckart. Namun sosok yang dia cari tidak ada disana.

"Raymond!" Panggil Eckart yang tiba-tiba berjalan mendekatinya.

Tangannya menggenggam sebuah kardus kecil. Eckart meletakkannya di atas meja makan. Kedua pria itu mengamati kardus tersebut. Tidak terlihat mencurigakan sama sekali. Tapi tetap saja, siapa yang akan mengirimkan sebuah kardus kecil tanpa alamat pengirimnya.

"Dimana kau menemukannya?"

"Tadi ada yang membunyikan bel, hanya satu kali. Aku kira itu hanya orang kurang kerjaan, tapi ketika ku cek ternyata ada kotak ini tepat di depan pintuku."

"Coba cek cctv depan rumahmu."

"Oke."

Eckart kemudian segera mengecek rekaman cctv depan rumahnya. Kamera menangkap seseorang yang mengenakan hoodie berwarna hitam berjalan menuju pintu rumah Eckart dan meletakkan kotak itu di sana. Wajahnya tidak terlihat karena hoodie itu menutupi bagian atas wajahnya dan sosok ini juga memakai masker.

Dengan segala pertimbangan akhirnya mereka memutuskan membuka kardus tersebut. Dan sebuah benda kecil tiba-tiba terjatuh dari dalam kardus tersebut.

"Anting ini." Ujar Raymond setelah melihat anting yang sudah sangat dia kenal.

"Anting siapa?" Tanya Eckart.

"Ini milik Lennox."

Eckart kemudian menelisik kembali kotak kardus kecil tadi dan menemukan secarik kertas di dalamnya. Di kertas itu tertulis kode-kode yang sepertinya menunjukkan koordinat suatu tempat. Serta di bagian belakangnya tertulis waktu, hari, dan tanggal yang sangat spesifik.

"Lagi cari apa?" Tanya Lennox yang melihat Eckart sedang membuka situs map dan mengetik koordinat yang tertera pada secarik kertas tadi.

"Koordinat." Ucapnya.

Setelah menekan enter, situs tersebut mengarahkan mereka pada lokasi yang cukup jauh dan terpencil. Hanya terlihat dua kotak putih kecil dan di kelilingi pohon-pohon hijau pada layar laptop.

Ini pasti lokasi dimana Lennox berada, pikir Raymond.

"Apa kita hubungi Carlson?" Tanya Eckart.

"Jangan, aku tidak ingin kita bertindak dengan gegabah." Jawab Raymond yang tidak sepenuhnya salah.

"Tapi ini, tertulis tanggal dua puluh satu dan ini besok." Eckart menunjukkan kertas yang sejak tadi berada padanya.

"Berarti kita hanya punya waktu empat belas jam." Raymond terdiam sejenak dan berpikir. "Aku akan pergi ke kediaman Carlson dan kau menyusul setelah mengantarkan Nuri ke rumah utama. Kita susun rencana di sana."

"Bagaimana kalau ini jebakan?"

Raymond menatap Eckart, "Kalau ini memang jebakan, berarti kita sedang terkena nasib buruk, tapi ku harap dewi fortuna sedang bersama kita."

Raymond tanpa berpikir lagi langsung menutup laptopnya dan memasukkan kedalam ransel hitamnya, tidak lupa memasukkan ponsel ke dalam saku celana dan dengan segera memakai jaket kulit yang selalu berada di atas sofa ruang keluarga Eckart.

Raymond sudah melesat pergi menggunakan motor sportnya, sedangkan Eckart sekarang sedang membangunkan Nuri.

"Sayang ayo bangun. Kita pergi ke rumah granny ya."

Nuri mengucek matanya. "Kenapa dad?"

"Besok, besok daddy dan Ray akan menjemput Lennox."

Nuri yang tadinya mengantuk kini terlihat ceria, "Benarkah?" Tanyanya antusias.

"Iya, besok kita jemput Lennox."

"Nuri boleh ikut?"

"Tidak, Nuri tidak akan ikut. Nuri tinggal bersama granny dulu ya. Ini pekerjaan orang dewasa."

Rasa bahagia dan juga lega memenuhi dada Eckart. Walaupun belum bisa di anggap akurat, tapi setidaknya ada titik terang tentang keberadaan Lennox.