webnovel

Let Go (Omegaverse)

Bercerita tentang bagaimana para tokoh Let Go meraih kebahagiaan mereka. Baik itu lewat pencarian yang panjang, menemukan dengan mudahnya, mempertahankan yang sudah ada, maupun dengan melepaskan yang selama ini berada di genggamannya. . . Berlatar belakang "Omegaverse", dimana selain laki-laki dan perempuan ada gender kedua yaitu Alpha, Beta dan Omega. Karena berlatar omegaverse, jadi dalam cerita ini, baik laki-laki maupun perempuan, dua-duanya bisa hamil. So, bagi yang merasa tidak nyaman dengan tema 'homoseksual' dan juga 'male preganancy', diharapkan untuk tidak membaca cerita ini. # LGBTQ+ # Male Pregnancy # Omegaverse # 17+

Leuchtend · LGBT+
Not enough ratings
48 Chs

Lennox is Missing (1)

Eckart terkejut setelah mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Raymond. Dia terduduk lemas di atas sofa yang bersebrangan dengan tempat Raymond duduk. Beberapa kali Eckart mengusap wajahnya, alpha dominan itu kini terlihat frustasi. Terlebih kemarin dia baru saja bertengkar dengan Lennox.

"Bagaimana bisa?"

"...."

"Kapan terakhir kamu melihatnya?"

"Tadi siang, aku meninggalkannya di sekolah Nuri." Ujar Raymond dengan nada penuh penyesalan.

"Kamu sudah mencoba menghubunginya?"

"Sudah, ponselnya tidak aktif sama sekali."

Eckart menyandarkan punggungnya pada sofa dan merebahkan kepalanya. Pandangannya tertuju pada langit-langit yang terasa seperti sedang berkabut.

"Jika kau bisa mengontrol emosimu, mungkin semua ini tidak akan terjadi."

Benar kata Raymond, jika saja dia bisa mengotrol emosinya dan tidak mengeluarkan kalimat menyakitkan itu pasti Lennox tidak akan pergi dari rumah ini. Lennox tidak akan menghilang seperti sekarang ini. Tapi itu semua sudah terjadi, kecemburuan yang membuatnya menyakiti Lennox kini berujung pada hal buruk lainnya.

"... Salahku juga sudah membiarkannya menunggu Nuri sendirian." Ucap Raymond dengan penuh penyesalan.

Kedua alpha dominan itu kini terdiam. Masing-masing sibuk dengan perasaan mereka sendiri. Menyalahkan diri masing-masing atas tindakan gegabah yang berujung pada hilangnya Lennox.

Drrrtt... Drrrtt...

Suara ponsel yang bergetar di ikuti dengan nada dering yang begitu riang terdengar dan memecah lamunan kedua alpha tersebut.

Raymond mengecek ponselnya dengan mengeluarkan benda tersebut dari sakunya. Tapi layar ponsel itu tetap hitam dan tidak ada panggilan atau pesan masuk.

"Sepertinya punyamu." Ujar Raymond.

Eckart kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan menuju meja makan tempat diamana dia meletakkan ponselnya. Sesaat sebelum menyentuh benda hitam tersebut, panggilan itu berakhir dan menyisakan notifikasi satu panggilan tidak terjawab. Dengan cepat Eckart mengecek siapa yang menghubunginya.

Ting.

Sebuah chat masuk, ternyata yang tadi menelponnya adalah sekertaris Eckart dan chat itu juga berasal dari sekertarisnya. Mengingatkan dia mengenai jadwal bertemu salah satu koleganya malam ini.

"Ck..." Eckart berdecak kesal. Dia kemudian menghubungi sekertarisnya dan memintanya untuk membatalkan pertemuan tersebut.

"Siapa?" Tanya Raymond.

Eckart kemudian mengakhiri panggilan tersebut, "Sekertarisku."

Eckart berjalan mendekati Raymond dan kembali duduk di tempatnya semula.

"... Jadi siapa yang harus kita hubungi sekarang?"

"Selim tua itu pasti tau dimana Lennox." Ya, Raymond teringat sosok yang dulu sempat membuat Lennox kesulitan untuk menjalani hari-harinya. Pria tua sialan itu pasti tahu tentang menghilangnya Lennox.

"Coba hubungi dia."

Raymond menggelengkan kepalanya, "Aku tidak punya kontak Selim tua itu."

Eckart tiba-tiba menepuk keningnya keras, ia teringat sesuatu, "Oh astaga, aku ingat, makan malamku malam ini, aku akan bertemu Selim itu."

Dengan segera Eckart menghubungi sekertarisnya, untung saja jadwal makan malamnya itu belum di batalkan.

"Ayo, ikut malam malam bersamaku."

##

Setelah mengantar Nuri ke rumah keluarganya, Eckart dan juga Raymond sekarang sedang duduk sambil menunggu Carlson Selim, kolega sekaligus ayah Lennox. Keduanya menggunakan pakaian semi formal dan terlihat sangat gagah. Semua mata terjutu pada kedua Landyn itu ketika mereka masuk tadi. Siapa yang bisa menolak pesona alpha dominan?

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya orang yang dinantikan itu datang. Lelaki paruh baya itu memancarkan karismanya tersendiri. Walaupun sudah berumur pesonanya sebagai seorang dominan tidak termakan oleh waktu.

Tak hanya itu, pesona laki-laki itu semakin sempurna dengan hadirnya sosok wanita yang menggandeng lengannya dengan erat. Wanita yang umurnya mungkin hampir sama dengan pasangannya itu terlihat anggun. Hanya satu kata yang dapat menggambarkannya, sempurna.

Mereka, Elaine dan Carlson Selim, pasangan yang menjadi couple goal di dunia bisnis. Tak jarang mereka juga menjadi bahan pembicaraan dalam acara gosip. Pasangan menawan ini adalah orang tua dari Lennox Selim.

Raymond dan Eckart yang menyadari kedatangan pasangan tersebut berdiri menyambut mereka. Eckart menyalami Carlson kemudian Elaine sambil mengenalkan diri.

"Eckart Landyn."

Jabat tangan tersebut disambut baik oleh Elaine, "Elaine Selim." Ujar Elaine sambil tersenyum.

"Kalau saja Lenny kita belum bertunangan ya Pa?" Ujar Elaine sambil menoleh menatap suaminya, Carlson.

Suaminya hanya tersenyum, begitu juga dengan Eckart. Setelah Eckart kini giliran Raymond yang menyalami pasangan Selim itu.

"Om." Ujarnya ketika bersalaman dengan Carlson.

"Lama tidak bertemu." Ujar Carlson.

Setelah bersalaman dengan Raymond, Carlson kemudian duduk bersebrangan dengan Eckart.

Raymond yang tadinya akan menyalami Elaine justru kaget karena wanita itu dengan segera memeluknya. Menepuk-nepuk punggung Raymond dan kemudian menatapnya sambil memegang kedua pundak Raymond.

"Astaga, Tante lupa kapan terakhir kali kita bertemu. Kamu sehat?"

"S-sehat tante." Ujar Raymond.

"Ehem.." Deham Carlson.

Kemudian Elaine melepaskan pundak Raymond, "Ah, ayo kita duduk." Ujarnya. Padahal yang menjamu Eckart, tapi justru wanita ini yang mempersilakan Raymond duduk.

Eckart yang melihat kedekatan Elaine dan Raymond merasa sedikit cemburu. Pastilah Elaine sangat mempercayai Raymond, tidak mungkin Elaine melakukan hal seperti itu kepada orang yang tidak dekat dengannya.

"Saya kira tuan Landyn akan datang sendiri." Ujar Carlson.

"Oh, maafkan saya tidak memberi tahu lebih dulu. Raymond memaksa ikut, katanya mau terjun juga di dunia bisnis, jadi dia ingin meminta saran dari anda."

Merasa di sikut keras oleh Eckart, Raymond terpaksa mengikuti skenario Ecakrt.

"I-iya om." Ucap Raymond sedikit canggung.

"Kalian-" Elaine membuka suara.

"Sepupu, sepupu tiri lebih tepatnya." Jelas Raymond.

Pelayan kemudian menyajikan makan pembuka. Ke empat orang tersebut menikmatinya. Obrolan santai mulai terdengar. Bahkan terkadang Elaine dibuat tertawa oleh Raymond.

Beruntung dia membawa sepupunya ini, pikir Eckart. Kalau tidak pastilah makan malam ini terasa canggung. Mengingat Eckart tidak begitu baik dalam hal bersosialisasi.

Setelah obrolan yang panjang, akhirnya makanan penutup di sajikan. Wajah Raymond yang tadinya sumringah kini sedikit menegang. Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu datang juga.

"Om, Tante." Raymond memanggil dengan nada serius.

Elaine baru saja ingin menikmati mango parfaitnya, kini meletakkan dessert spoonya kembali.

"Mohon maaf sebelumnya karena membuat suasana makan malam ini menjadi sedikit tidak enak. Tapi, sebelumnya apa saya boleh bertanya?" Tanya Eckart.

"Tanya saja." Jawab Carlson dingin. Di susul dengan anggukan Elaine.

"Kapan terakhir kali om atau tante bertemu Lennox?"

"Hmmmm.." Elaine sedang mengingat-ngingat kapan dia bertemu dengan anak kesayangannya tersebut.

"... Beberapa bulan yang lalu, waktu dia pulang mengambil beberapa keperluannya." Jawab Elaine.

"Aku bertemu dengannya saat meeting di kantor Eckart." Jawab Carlson.

"Papa.. Kenapa tidak bilang ke mama?" Elaine berbicara dengan nada kesal.

"Buat apa, kan mama bisa ketemu Lennox kapan saja?"

"Tapi kan-"

"Ehem..." Eckart kini berdeham. "Begini tuan dan nyonya Carlson. Sebenarnya saya dan Raymond datang malam ini bukan hanya karena ingin makan malam bersama, tapi..." Ekcart terdengar sedikit ragu.

"Lennox menghilang." Ujar Raymond cepat.