webnovel

Bab 40: Rencana dan Kekacauan

Bergabungnya Lumine dan Ariana membuat suasana di ruang VIP menjadi lebih ramai. Meja bundar yang sebelumnya terasa cukup lapang kini penuh dengan tawa, bisikan, dan sedikit ketegangan. Shade, yang duduk di bahu Raka, mengeluh tanpa henti.

Shade: (mengepakkan sayap dengan kesal) "Bos, ini salahmu. Kau menciptakan terlalu banyak gadis cantik untuk ada di sekitarmu. Aku sangat iri melihat ini !"

Raka: (menghela napas, menatap Shade dengan lelah) "Diamlah, Shade. Coba belajar dari gagak Ariana yang tahu cara bersikap diam."

Ariana, yang duduk dengan tenang sambil menyeruput teh, tertawa kecil mendengar komentar itu.

Ariana: (tersenyum tipis, nada tenang) "Familiar anda memang sangat... ekspresif."

Shade: (melirik gagak Ariana dengan curiga) "Aku hanya punya kepribadian. Tidak seperti burung dingin itu."

Gagak Ariana menoleh perlahan, suaranya berat dan penuh otoritas.

Gagak Ariana: (menyipitkan mata, nada serius) "Aku memilih diam bukan karena tidak mampu berbicara, tetapi karena tahu kapan waktu yang tepat untuk melakukannya."

Percakapan itu membuat Lumine tertawa keras. Dia menatap Raka dengan mata berbinar, penuh semangat.

Lumine: (tertawa dengan nada menggoda) "Ahahaha. Raka, kau benar-benar tahu cara menarik perhatian orang di sekitarmu. Aku tidak heran kalau banyak yang ingin dekat denganmu."

Kaela, yang duduk di seberangnya, menghela napas panjang sambil menggeleng.

Kaela: (menatap Lumine dengan jengah) "Kau terlalu cepat percaya, Lumine. Hanya karena seseorang menarik di matamu, kau langsung tertarik pada nya. Itu kebiasaan buruk."

Lumine menoleh ke Kaela dengan senyum cerah.

Lumine: (nada percaya diri) "Intuisi wanita tidak pernah salah, terutama tentang orang yang kau cintai."

Semua orang di meja terdiam sejenak, terkejut oleh pernyataan Lumine yang blak-blakan. Wajah Raka langsung memerah, tetapi dia mencoba menjaga ketenangannya.

Raka: (tersenyum kaku, nada canggung) "Heh... intuisi itu luar biasa, Lumine."

Lily, yang duduk di samping Raka, langsung mengalihkan topik. Wajahnya terlihat sedikit merah, tetapi dia berusaha tetap tegas.

Lily: (nada tajam, menatap Lumine) "Cukup bercandanya. Kita di sini bukan untuk itu. Ada hal yang lebih penting yang perlu dibicarakan."

Lumine: (mengangkat bahu, tersenyum santai) "Baiklah, baiklah. Heh kau sangat kaku Lily, selalu saja fokus pada pekerjaan."

Lily mengabaikan komentar itu dan melanjutkan dengan nada tegas.

Lily: (menatap Raka) "ekhm, Kita perlu membahas rencana untuk memperkenalkanmu pada Chaos Cult. Ada beberapa hal yang perlu kita pastikan sebelum itu."

Luna, yang duduk di sisi lain meja, mengangguk setuju.

Luna: (nada tenang, mengaduk tehnya) "Raka sudah bertemu salah satu Arcbishop Chaos Cult di akademi. Yasmina, Arcbishop ku, Dia sepertinya tidak senang dengan ide Raka untuk mengubah rencana mereka terhadap akademi."

Kaela: (menyandarkan punggung, menatap meja dengan serius) "Sejak awal, aku tidak setuju dengan rencana untuk menyerang akademi dengan Kekerasan, itu hanya akan menciptakan masalah yang lebih besar pada kita."

Lumine: (tertawa kecil, nada sinis) "Para Arcbishop itu semakin arogan. Mereka lupa bahwa kekuatan mereka berasal dari kita."

Raka, yang mendengar perdebatan mereka, mengangkat alis.

Raka: (menyela, nada penasaran) "Tunggu, kalian bisa memberikan kekuatan kalian kepada mereka? Bagaimana caranya?"

Ariana meletakkan cangkirnya dengan tenang, kemudian menjelaskan.

Ariana: (nada serius, menatap Raka) "Awalnya, kami ber eksperimen untuk mencoba mengambil kembali [God Power] yang menyatu dengan Resonan, tetapi selalu gagal. Pada satu titik, kami menyadari bahwa kami juga bisa memberikan sebagian kekuatan kami kepada seseorang, dan kekuatan itu menyatu dengan mereka."

Luna: (melanjutkan, nada tenang) "Saat seseorang yang kami beri kekuatan mati, kekuatan itu kembali kepada kami. Karena itu, kami berharap jika Resonan mati, [God Power] mereka juga akan kembali pada anda, Raka."

Kaela mengangguk pelan, ekspresinya lebih serius.

Kaela: (menambahkan, nada datar) "Tapi itu tidak berhasil. Ketika Resonan mati, kekuatan itu lenyap begitu saja. Beberapa tahun kemudian, Resonan baru dengan kekuatan serupa muncul."

Raka termenung, mencoba mencerna semua informasi itu.

Raka: (membatin, alisnya berkerut) "Jadi, [God Power] ini seperti punya kehendak sendiri... berpindah ke orang yang dianggap pantas.kalau begitu bagaimana aku bisa menemukan Resonan dengan kekuatan [Setting]?"

Dia mendongak, menatap para Chaos God di sekitarnya.

Raka: (nada serius) "Bagaimana kalian tahu seseorang itu Resonan atau bukan?"

Lumine: (tersenyum kecil, nada ringan) "Sederhana. Mereka biasanya terlalu percaya diri dan menunjukkan kekuatan mereka secara terang-terangan."

Raka menghela napas panjang, rasa pesimis mulai muncul di wajahnya.

Raka: (nada pelan) "Jadi, kalau begitu, kemungkinan aku menemukan orang yang punya [Setting] sangat kecil."

Lily, yang sejak tadi mendengarkan, tiba-tiba menatap Raka dengan serius.

Lily: (nada tegas) "Raka, kita belum membahas hal penting. Chaos Cult!. Bagaimana kau akan menyakinkan mereka untuk menerima perubahan rencana?"

Raka menoleh ke arah Lily, merasa bingung dengan pertanyaannya. Dia memutar kepalanya, mencari jawaban, tetapi tidak menemukan apa pun yang bisa dikatakan.

Raka: (tersenyum canggung, nada bingung) "Yah... aku belum memikirkan sampai ke situ..."

Para Chaos God di meja langsung terdiam, lalu serempak menghela napas panjang. Shade, yang sejak tadi diam, memecah keheningan dengan komentar santainya.

Shade: (nada sinis) "Bos, kau harus belajar berpikir lebih cepat. Kau tidak bisa terus berinfrovisasi."

---