Rega diam tak bergeming ketika melihat rumah barunya. Tak lebih luas, hanya terlihat lebih mewah dari sebelumnya. Dan perumahan yang sangat sepi, bahkan sepertinya tidak ada orang yang keluar untuk sekedar sapa-menyapa di perumahan ini. Tidak seperti rumah ia sebelumnya.
"Rega, ayo masuk!" suruh Mama Rega membuat lamunan Rega buyar.
Rega melangkah masuk, suasananya sangat sepi. Mungkin karena setelah sekian lama akhirnya rumah ini ditempati. Karena dulu Rega tidak suka berada disini, dan alasannya adalah karena ia tak mau berpisah dengan Aini. Tapi sekarang ia tak punya alasan lagi, walau sebenarnya ia masih takut kehilangan Aini, namun tidak setakut dulu.
"Kok sepi banget ya mah?" tanya Rega
"Namanya perumahan ya pasti sepi dong. Jarang ada yang keluar, mungkin jika perlu saja mereka keluar. Makanya mama juga gak mau dulu disini. Tapi sekarang Papa kamu harus pindah kesini." perjelas Mama Rega.
Rega hanya menganggukan kepala mengerti. Mungkin karena Papahnya adalah seorang Pebisnis yang memiliki banyak rumah, namun tidak tahu kapan harus ditempati.
"Kamar kamu ada diatas, gih sana rapih-rapih. Mama siapin makan siang dulu, nanti langsung turun kalo udah selesai."
Merasa tak ada yang perlu ia lakukan lagi. Rega segera naik ke atas kamar barunya yang berada diatas. Dan kamar dia hanya kamar satu-satunya yang ada diatas. Rega membuka jendela kamarnya, dan langsung menunjukan pemandangan rumah tetangganya yang jendelanya juga terbuka.
Tak lama sosok perempuan muncul dibalik Jendela itu. Rega maupun perempuan itu sama-sama terkejut sendiri. Namun akhirnya Rega sadar. Bahwa ia terlalu lama memandang perempuan itu, dan tak lama jendela perempuan itu tertutup dengan cepat. Rega tak tahu apa kesalahannya, lalu ia memilih tidak memikirkan semua itu.
*****
Aini calling 📞
"Rasanya hampa banget Ga, kalo dikelas gak ada lu. Gak ada temen berantem."
Rega terkekeh sendiri mendengar ocehan Aini yang sedikit sebal karena ia tak mempunyai teman, walau itu teman berantem. Setidaknya perempuan itu masih kangen pada dirinya.
"Bilang aja kangen, susah banget." tegas Rega.
"Iya iya, gue akuin gue kangen. Lu gak kangen gue gitu?" tanya Aini pada Rega. Rega terkekeh sendiri karena ini pertama kalinya Aini berhasil mengalahkan gengsinya lebih dulu.
"Enggak tuh, biasa aja." jawab Rega jelas bohong.
"Oh gitu? oke fix kita kemusuhan."
Rega tertawa karenanya "Bisa-bisanya berantem lewat online. Bener ya cewe tuh selalu cari masalah, giliran berantem beneran mewek ntar."
"Ya abisnya gue gak punya temen berantem. Lewat online satu-satunya cara supaya berantem sama lu!" Aini mendumel.
"Dasar cewek, kalo kangen kerjaannya nyari kesalahan terus." kata Rega.
"Diem gak lu! gue ngambek nih!" ujar Aini sambil memanyunkan bibirnya.
"Lu cantik, tapi kalo gak ngambek." jawab Rega sarkas. Tanpa menduga ia berkata bahwa Aini cantik, walau aslinya memang dia cantik.
"Akhirnya seorang Rega ngomong kalo Aini itu cantik. Sebuah keajaiban banget gak tuh!" ujar Aini kesenangan.
"Tapi boong suer, cuma mau bikin lu gak ngambek."
jawab Rega. Entah jujur atau bohong.
"Eh bentar deh Ga. Siapa tuh? hah anak mana? Enggak tau juga deh. Kalo gak salah sih-"
"Ai, itu kelas berisik banget. Ada apa sih?" tanya Rega kebingungan.
"Eh Ga, lanjut nanti lagi ya. Babay!"
Telepon terputus secara tiba-tiba. Rega mengacak rambutnya kesal karena kini ia tak tahu apa yang terjadi dikelasnya itu. Sekarang ia benar-benar merasa rindu dengan suasana kelas dan juga Aini.
Tak lama pintu kamar terbuka, membuat Rega sedikit terkejut karena merasa sangat tiba-tiba. Ternyata di sana ada Mama Rega yang sudah berpenampilan rapih.
"Loh Mama mau kemana?" Rega menatap Mamanya dengan bingung.
"Ikut Mama yuk, kita kerumah tetangga baru. Supaya kenal aja sih," kata Mamanya secara tiba-tiba.
"Emang penting banget Mah? Rega males." Rega memasang raut wajah cemberut.
"Hm, sebenernya tuh gak penting. Tapi gimana ya nanti kita gak punya kenalan tetangga disini. Janji deh cuma ke rumah samping aja. Yang lain gak usah,"
Rega akhirnya menurut. Namun ia teringat satu hal. Tetangga barunya? apa itu rumah disampingnya, rumah yang tadi ia lihat ada sesosok perempuan, cantik?
*****
Tepat didepan rumah yang sudah Rega duga sebelumnya. Yaitu rumah perempuan cantik yang ia temui tadi pagi ketika sedang membereskan kamarnya. Dari depan rumah ini terlihat begitu sepi, seperti tidak ada orang didalamnya. Tapi sayangnya Rega tahu bahwa didalamnya ada orang.
"Permisi," ujar Mama Rega sambil terus mengetuk-ngetuk pintu tetangga barunya itu.
Tak lama pintu terbuka, seorang lelaki berbadan gagah dan menggunakan kaca mata itu menatap bingung ke arah Rega maupun Mamanya.
"Maaf sebelumnya pak, Saya Yuni, pemilik rumah disamping bapak. Dan kemungkinan kita akan menjadi tetangga baru." ucap Mama Rega dengan lantangnya.
Rega hanya diam melihat tingkah mamanya yang sangat aneh. Iya aneh karena bapak itu tidak bertanya tapi Mama Rega menjelaskannya. Dan ini terlihat sangat awkward.
"Oh jadi ibu pemilik rumah disamping rumah saya? Ayo Bu, silahkan masuk. Maaf jika saya belum sempat mampir ke sana, karena saya cukup sibuk dengan pekerjaan saya."
Mama Rega tersenyum ramah, lalu masuk kedalam rumah itu. Rumah yang terlihat sepi, bahkan sangat sepi dibanding rumahnya Rega. Suasananya pun terlihat begitu berbeda.
"Maaf sebelumnya pak, ibu nya ada?" tanya Yuni.
"Maaf, istri saya telah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Dan saat ini saya hanya tinggal dengan putri saya."
Rega bergumam dalam hati, jadi cewe cantik tadi itu anaknya?
"Ya ampun pak maaf, Saya suka refleks soalnya kan terbiasa berbicara sesama ibu-ibu. Jadi saya tanya ibu nya terlebih dahulu."
Lelaki itu mengangguk lalu tersenyum "Iya bu, tidak apa."
"Oh iya, Putri bapak mana ya? siapa namanya? saya juga mau kenalan boleh?" tanya Yuni-Mama Rega.
Awalnya Rega merasa ini sangat lancang. Tapi jujur ia juga penasaran dengan sosok perempuan cantik yang menggangu fikirannya sedari tadi. Bahkan namanya saja Rega juga tak tahu.
"Oh dia ada diatas, sebentar saya panggilkan terlebih dahulu."
Yuni mengangguk-nganguk tersenyum. Lalu menatap Rega yang hanya diam saja, karena biasanya anak lelaki itu tidak akan betah lama-lama diajak berkenalan dengan orang baru seperti ini. Namun kali beda.
"Ini anak saya, namanya Angel."
Rega berdangak. Menatap perempuan itu tidak kedip. Mungkin karena saking takjubnya Rega dengan pesona yang dimiliki oleh Angel. Walau tadi ia hanya melihat nya seperkian detik saja.
"Hai Angel, ya ampun kamu cantik banget. Salam kenal ya, nama tante, tante Yuni." ujar Yuni bersemangat.
Angel hanya tersenyum lalu mengangguk. Rega yang melihat itu sangat shock. Karena kepribadian Angel bisa dibilang sangat berbeda dengan sifat Aini yang justru tidak tahu malu. Tunggu mengapa Rega jadi membandingkannya?
"Kalo yang ini anak Tante, namanya Arega. Kamu bisa panggil dia Rega. Ganteng kan anak Tante?"
Rega yang merasa salah tingkah langsung menyeru tak suka pada ibunya. Mengapa kini Rega terlihat sangat menjaga imagenya. Padahal ia biasanya selalu apa adanya.
"Hai Rega,"
suara itu membuat Rega hanya tersenyum sejenak. Walau ia bingung mengapa sedari tadi ia merasa keringet dingin berada dirumah ini.
"Tante lihat kamu kayaknya ngedekem dirumah terus, gak pernah keluar atau main gitu ya?" tanya Yuni spontan. Ingin rasanya Rega bilang bahwa ini termasuk kedalam Privasi seseorang.
"Angel home schooling, dia tidak bersekolah disekolah umum. Itu alasannya ia lebih betah didalam rumah." jawab lelaki yang diyakini adalah papanya Angel.
"Oh seperti itu ya? Bagaimana kalo sekarang kamu main bareng anak saya? Nanti di ajak main bareng teman-temannya. Rame banget loh."
Angel tersenyum getir lalu menatap Rega sebentar. dan menggeleng kan kepala, pertanda ia menolak.
"Pah..." seru Angel lembut pada Papanya.
"Maaf Bu sebelumnya, Angel kurang nyaman jika ia harus pergi dengan seseorang yang baru ia kenal. Itu sebabnya ia menolak." jelas lelaki tua itu.
Rega merasa sangat menohok karena untuk pertama kalinya seorang Rega ditolak oleh perempuan. Dan ini hal yang benar benar memalukan. Untung hanya dia dan mamanya yang tahu.