webnovel

BAB 2 : Angel Namanya

"Kamu lihat gak tadi? Si Angel kayak punya banyak masalah gitu. Dari raut wajahnya sih mama bisa liat." ujar Yuni yang sedari tadi tidak berhenti menyerocos.

Bahka ketika baru pulang, Yuni langsung membuka suara dan kembali membicarakan hal mengenai tetangga barunya itu. Siapa lagi kalo bukan Angel dan Papanya yang duda itu, yang sedari tadi mamanya bilang bahwa papa nya Angel adalah duda terkeren yang pernah ia lihat. Sampai lupa punya suami katanya.

"Harusnya mama gak nanya macem-macem. Itu namanya privasi, hargai privasi seseorang."

"Gak macem-macem kok, realistis aja, pertanyaan yang pertama kali dikeluarkan ibu-ibu kalo mau kenal sama tetangga barunya. Jadi wajar aja."

Sudah capek sedari tadi Rega mencoba menhasehati. Namun nyatanya ibunya juga tidak mau mengalah dan tetap berkata bahwa ini adalah hal yang sangat wajar.

"Gak ngerti lagi deh, udah kapok ke rumah tetangga bareng mama lagi." jujur Rega merasa malu akan sikap mamanya itu.

"Eh iya, ada yang mau mama tanyain nih, Kenapa tadi tumben-tumbenan kamu betah ke dirumah orang terus diam aja , biasanya gak gitu."

Rega langsung mematung ketika mendengar pertanyaan yang diberikan Mamanya itu. Seharusnya ia tadi bersikap seperti biasanya saja.

"Ya karena..dia tetangga baru!" seru Rega semangat.

Yuni memasang wajah menggoda, merasa tidak percaya dengan ucapan Rega "Ah masa?"

"Iya lah, Mama apa sih. Aneh-aneh aja."

"Yaudah gak usah salting gitu dong. Ketauan banget boongnya, kalo boleh mama jujur, mama juga ngerestuin kamu sama dia."

Jawaban menohok dari Yuni itu membuat Rega kaget. Bisa-bisanya mamanya itu menyetujui ia dengan siapapun asalkan perempuan itu cantik.

"Ini sebenernya ngedukung aku sama Aini atau sama yang lain sih?" tanya Rega justru kebingungan.

"Gak tau deh, terserah kamu aja. Yaudah mama mau istirahat dulu. Bye."

Yuni meninggal kan Rega seorang diri diruang tamu rumah mereka. Rega kembali melamun sebentar. Merasakan angin sore yang membuat rambutnya berterbangan. Ia memang sangat lama berada dirumah tetangga barunya. Bahkan sampi 2 jam lebih. Dan yang dibicarakan mamanya dengan lelaki tua itu adalah hal yang tidak penting.

*****

Angel termenung dalam kamarnya. Menatap ke arah luar jendelanya, jelas ia menatap jendela milik Rega yang tertutup rapat. Sebenarnya Angel tahu kapan lelaki itu menutup dan membuka jendelanya itu. Namun Angel justru menjadikan itu sebagai jadwal dirinya kapan harus menutup dan juga membuka. Ia tak mau ketika ia membuka jendela, Lelaki bernama Rega itu juga membukanya. Itu hanya mengganggu pemandangan Angel saja.

"Sayang?" panggilan lembut itu berasal dari Utomo. Papa nya Angel yang sudah berumur. Namun masih terlihat kekar dan gagah.

"Kok belum tidur? kenapa hm?" tanya Utomo terus-menerus. Namun tetap tak dihiraukan oleh Angel yang masih setia menatap ke arah luar jendela. Lalu ia berpikir sejenak.

"Kamu kagum dengan lelaki itu?" tanya Utomo tiba-tiba dan langsung membuat Angel terkejut. padahal nada bicaranya tidak terlalu kencang.

"Enggak Pah!" Angel mengelak dengan cepat.

"Kamu gak bisa bohong Angel." kata Utomo membuat Angel menundukkan kepalanya.

"Aku gak kagum Pah, aku cuma merasa iri sama dia yang bisa punya banyak teman. Sedangkan aku? kenapa hidup aku hanya belajar dan didalam kamar." Angel menundukkan kepalanya. Tidak berani menatap mata papanya itu. Ia hanya takut respon papanya nanti.

"Sejak awal, kamu yang memilih jalan seperti itu."

jelas Utomo membuat Angel mengerutkan keningnya.

"Sejak ibu kamu meninggal, kamu memilih menjadi anak pendiam yang kerjaannya hanya membaca buku dan berdiam diri dikamar. Papa gak pernah ngelarang kamu main, tapi kamu sendiri yang gak mau. Dari awal Papa ngebebasin kamu, tapi kamu sendiri justru memilih jalan yang sulit untuk hidup kamu." ujar Utomo.

"Aku—cuma masih belum bisa terima kepergian mama, Pah. Aku belum bisa terima. Dimana aku kehilangan orang yang bener bener bisa ngertiin aku." jawab Angel terisak.

"Jangan bersikap seolah-olah kamu yang paling tersiksa. Papa juga, kamu pikir papa nyibukin diri selama ini untuk apa? ya untuk melupakan hal yang membuat papa sakit. Termasuk kehilangan mama kamu."

"Seharusnya kamu juga bisa, bukannya justru membuka lembaran lama dan berharap bisa kembali. Kamu punya masa depan Angel, kamu harus ingat itu."

Angel termenung mendengar kan ucapan Utomo. Selama ini papanya itu tidak pernah berkata panjang lebar mengenai apa yang ia alami. Tapi sekarang justru tanpa diminta, Papanya memberi tahu semuanya. Semua yang ia alami.

"Sudah malam, saatnya tidur. Jangan terlalu dipikirkan perkataan papa, tapi kamu juga harus belajar untuk kedepannya. Good night."

Utomo meninggalkan kamar Angel dan menutup pintu kamar anaknya itu dengan rapat. Tak ingin membuat kebisingan sedikitpun. Utomo menutupnya dengan pelan-pelan. Angel masih terus memikirkan perkataan papanya itu. Walau sebenernya selama ia juga selalu memikirkan akan hal itu.

******

Pagi hari ini adalah hari free untuk Rega atau bahkan pelajar di Indonesia. Karena hari ini adalah hari Minggu. Dan tak terasa sudah dua hari Rega tinggal dirumah barunya ini. Tentunya dengan kebosanan yang melandanya.

"Rega, kamu hari ini free kan?" tanya Yuni pada Rega. seketika firasat Rega jadi tidak enak ketika mamanya sudah berbicara seperti itu.

"Iya, ini makanya Rega mau main."

Yuni langsung mencegah Rega yang ingin pergi. Dengan mengambil kunci motor yang menggantung di lengan baju miliknya.

"Kamu harus anterin mama ke pasar, baru boleh main." ujar Yuni tersenyum mengejek. Dan secara terpaksa Rega menyetujui kemauan mamanya itu. Dari pada ia tidak bisa bermain bersama teman-temannya, terutama Aini. Jujur dua hari tanpa Aini rasanya sangat hampa.

Bahkan Rega juga lupa untuk menelfon perempuan itu dan menanya bagaimana kabarnya saat ini. Dan apa yang terjadi saat itu, saat dimana telfonnya tiba-tiba dimatikan begitu saja. Mungkin semua itu akan terjawab sekarang jika Rega mengantar Mamanya ke pasar terlebih dahulu.

"Iya iya, tapi nanti pulang sendiri." jawab Rega.

"Makasih anak mama yang paling ganteng!" ujar Yuni bersemangat lalu mencubit pipi Rega dan langsung ditolak oleh Rega. Rasanya sangat aneh kalo diperlakukan seperti itu, seperti anak kecil saja.

*****