webnovel

Kemelut Cinta Danila

Danila Sukmajaya tidak pernah membayangkan hidupnya yang indah dan penuh kasih sayang, mendadak berubah seperti di neraka. Setelah keputusannya menerima perjodohan dengan Revano, seorang Presdir dari A.K foundation. Pernikahan yang terpaksa dia jalani, demi menyelamatkan perusahan keluarganya dari kebangkrutan. Kebencian Danila pada Revano bukan hanya karena pernikahan paksa saja. Lebih dari itu, semua orang pun tahu penyebab kebangkrutan Sukmajaya Group adalan Revano Aji Kusumo... -- " Danila ! " gertak Revano, "_" Danila tetap bungkam, " ingatlah.. Aku berhak melakukan apapun padamu, kau istriku yang sah. Danila " suaranya tenang penuh penekanan, membuat Danila merinding dalam diam...

Earlyta · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
4 Chs

Pertemuan Pertama

" apakah calon istriku tidak menyimpan nomor telepon calon suaminya.. " ada tawa yg dalam di ujung kalimat, membuat Danila bergidik merinding.

" Ehm. Maaf, mungkin ada salah orang Pak " . Danila mencoba meredam emosinya, dia berpikir laki-laki ini mungkin salah sambung.

" Salah sambung ya .." suaranya tenang , menggantung beberapa saat. " DANILA SUKMAJAYA "

Degg!!

namanya disebut dengan tegas dan penuh penekanan.

jantungnya mendadak berdegup kencang, perasaan cemas menggelayuti harinya. Danila tetap diam, mencari tahu siapa laki-laki di seberang telepon ini.

Tapi lamunannya dibuyarkan suara khas barito di ujung telepon,

" apakah aku masih salah menghubungi orang? "

Dadanya kembang kempis, mencoba menetralkan ketegangan di pikirannya.

" ya.. iya saya Danila" suaranya bergetar, menahan kegalauan. " Anda siapa? ".

Laki-laki ini sedang tersenyum, matanya menerawang jauh. Dengan tenang dia mengatakan, " aku calon suamimu, nona Danila"

" hahhh!! calon suami? " kekagetan Danila membuatnya linglung. Dia sedikit terhuyung, dengan posisi menyandar di teralis pagar.

" benar, calon suamimu.. bukankah tuan Danu sudah menyampaikan kabar pernikahan kita? "

pertanyaan ini membuat Danila tersentak, dengan gugup dia menjawab, " oh, ya.. iya.. itu artinya Anda.." kalimatnya menggantung karna lawan bicaranya menyahut dengan tegas,

" YA. AKU REVANO AJI KUSUMO "

Pikiran Danila terpaku sesaat, dia menyadarkan dirinya. Tapi masih belum merespon, karena kaget. Dia seperti dipaksa untuk cepat memahami pembicaraan ini.

R," Haloo.. Danila sayang? "

D," Haaa? saaayang?! " perasaannya ngeri mendengar panggilan absurd dari laki-laki yang bahkan belum pernah bertemu dengannya.

R," bukankah wajar sepasang kekasih saling memanggil dengan sayang? " ada tawa di ujung kalimat.

D," eh, kekasih? bagiamana bisa menjadi sepasang kekasih, bertemu bahkan mengenal saja belum".

R," hmm, baiklaah. mari kita berkenalan lalu bertemu Danila "

D," bukankah Anda sudah mengenal saya?.."

R," benar.. aku sudah sangat mengenalmu, sepertinya semua tentangmu sudah aku ketahui." Revano semakin melengkungkan bibir, hatinya terasa bahagia. Ada perasaan nyaman ketika dia memikirkan tentang Danila.

D," waaah.. ternyata! seorang Presdir A.K Foundation seorang stalker rupanya, heeh", tawanya yang mengejek membuat penelepon tersenyum semakin lebar.

R," bukankah wajar.. mencari tahu informasi tentang calon istri sendiri?"

D,"..."

R," bukankah nona Danila juga sedang mencari tahu informasi tentang calon suaminya?"

'hahh?! dari mana dia tahu?' batin Danila tersentak.

R," bagaimana.. apakah aku salah Danila, sayaang."

D," ehm.. saya hanya ingin tahu, siapakah laki-laki yang ingin menjadikan saya seorang istri....",

R," hmm "

D," sebagai syarat untuk memulihkan saham perusahaan keluarga Sukmajaya."

Dengan cepat ekspresi Revano berubah, dia mengatupkan gigi mencoba menahan emosi. Setelah beberapa saat, dia kembali tenang dan mengalihkan pembicaraan " hmm, Danila.. mari kita bertemu, besok jam 10 siang di Cafe O'Rion."

Danila masih mencerna kata-kata yang didengarnya, ketika Revano mengatakan. " sampai bertemu Danila, sayang.." lalu terdengar suara terputus.

" eh, apa-apaan nih om-om. main tutup telepon aja, emangnya siapa juga yang mau ketemu dia. diih, kepedean " , Danila menggerutu panjang saat menyadari sambungan telepon diputus sebelum dia sempat menjawab kalimat terakhir itu.

-

Jam dinding di kamar Danila sudah menunjukkan pukul setengah dua dini hari. Tapi dia sama sekali belum bisa memejamkan mata, pikirannya kacau. Banyak hal yang terjadi tiba-tiba, apalagi dengan pembicaraan di telepon tadi. Dia seperti ingin menghilang saja.

"apaan sih maunya tuh Om-om! Duh.. gue jadi nggak bisa merem ini.."

tiba-tiba Danila duduk, dengan semangat dia mengambil laptopnya. Membuka laman web bergambar, mengetikkan nama Revano Aji Kusumo. Dan seketika muncul foto-foto seorang laki-laki.

Danila meng-klik 1 foto yg langsung memenuhi layar. Muncul figur dengan badan tegap proporsional, wajah oval , rahang tegas, kulit putih, dua telapak tangan dimasukkan ke saku celana, hanya saja matanya tertutup kacamata hitam. Danila langsung membelalakkan matanya dan menutup mulutnya yang ternganga. " wah wah waaah. kenapa Om-om ini cakep banget, mana kaya artis hollywood gini. Masa iya udah 30 tahun, nggak cocok banget kayak seumuran sama gue. Lagi, kenapa juga milihnya nikah sama gue, kan pasti banyak tuh cewek-cewek yang ngantri dengan sukarela mau jadi istrinya." Danila terus mengelus isi hatinya, terus dipandangi gambar itu. Semakin dia tidak mengerti, apa yang salah dengan laki-laki ini. Kenapa memilih perempuan seperti dia, kalau hanya sebagai persyaratan bisnis. Bukankah seharusnya dia memilih jalan yang lebih menguntungkan, misalnya dengan membeli separoh saham Sukmajaya Group atau apalah hal lain. Bukan malah syarat konyol sebuah pernikahan seperti ini.

Tanpa terasa karena terus memikirkan hal itu, Danila tertidur menyamping dengan menghadap laptop yang masih menyala.

-

tok tok tok

" Danila.. Bangun sayang.. ayo kita sarapan " , suara lembut Sekar menerobos celah pintu.

Yang dibangunkan masih setengah tersadar dari alam mimpi.

Danila duduk dan meregangkan otot-ototnya, mengumpulkan jiwa yang masih berputar-putar. " iyaa Ma, sebentar lagi ya.. Dani cuci muka dulu ", dengan malas berjalan ke kamar mandi. Setelah cuci muka dan menggosok gigi dia bergegas keluar, duduk bersama keluarganya di meja makan.

Tidak ada yang bersuara ketika masing-masing menyantap sarapan. Hanya setelah semua selesai menghabiskan isi piring, Danu memulai obrolan pagi yang membuat Danila semakin murung. " Danila, apakah Revano sudah menghubungimu? ".

" hmm, iya Pa. sudah semalam ", ada keengganan di raut wajahnya.

" Baiklah, papa percaya kamu bisa menunjukkan sikap yang semestinya ", sebenarnya Danu ingin menasehati putrinya, agar tidak ceroboh dalam menanggapi keadaan ini. Tapi melihat Danila yang sedikit cemberut dan acuh dia mengurungkan kalimat panjangnya.

" iyaa Pa, Danila ngerti kok harus gimana. oiya, nanti siang dia mengajak Danila ketemu ".

" Wah, udah mau nge date nih Kak " celetuk Nadila,

" dih, nge date apaan sama Om-om " sahut Danila dengan wajah mengejek.

" Husst, Danila. jangan seperti itu Nak, ingat dia calon suami kamu. Bersikaplah yang baik padanya, " dengan sabar Sekar memberi pengertian, meskipun dia tahu keadaan ini seperti mereka sedang menjual anak gadisnya sendiri. Sudah lama dia mendamaikan hatinya, untuk menerima keadaan. Mengikhlaskan putri sulungnya yang baru berusia 22 tahun untuk menikah, demi menyelamatkan ekonomi keluarga.

Danila merubah ekspresi wajahnya, mengiyakan nasehat sang Mama. " Iya Ma, Danila paham. " Tanpa menunggu jawaban dia beranjak menuju kamarnya. Hatinya masih enggan menerima kenyataan yang terjadi. Dia terus berharap ini semua hanya mimpi, yang akan berakhir saat dia membuka mata ketika pagi. Tapi ini semua bukan mimpi, ini adalah takdir yang harus Danila jalani.

-

tok tok tok , " Kak.. " panggilan Nadila di balik pintu membuyarkan lamunan Danila.

" hmm, masuk ajah " sahut Danila.

Perlahan pintu terbuka, Nadila berjalan menghampirinya. Saat ini dia sedang duduk bersender di kepala ranjang dengan laptop di pangkuannya. Dia terlihat serius.

" kenapa Nad? " sama sekali tidak menoleh dari layar laptopnya.

" Kakak nggak papa kan? " adiknya khawatir, sangat khawatir saat mengetahui tentang rencana pernikahan sang kakak. Karena dia tahu, kakaknya masih ingin melakukan banyak hal dan ingin membuat Mama Papa bangga. Tapi sekarang, 'ah entahlah, aku kan mau menghibur kakak. kenapa jadi mikir kemana-mana' batin Nadila.

" Kakak nggak papa... udah kamu nggak usah sok khawatir gitu. sekarang yang penting kamu harus sekolah yang rajin, dan inget... jangan buat Mama Papa kecewa " . sebenarnya kalimat ini ditujukan untuk dirinya sendiri, mengingatkan dirinya bahwa semua yang dilakukan adalah untuk membuat kedua orang tuanya bahagia.

"okay, sip.. aku janji akan buat kalian bangga." diacungkan jari kelingkingnya ke arah Danila.

" ih, apaan sih dek. kayak anak kecil ajah " sahutnya, dia kini memindahkan laptop ke nakas di samping tempat tidurnya. Dia rentangkan tangan untuk memeluk adik satu-satunya, tentu saja Nadila menyambut dengan hangat. Mereka berpelukan, sedikit mengurangi beban berat di hati.

Setelah itu Nadila mengatakan akan keluar bersama teman-temannya. Jadi dia menanyakan, " Kakak mau ikut? "

"enggak lah dek, kakak di rumah aja. banyak tugas" , sebenarnya Danila hanya sedang ingin menyendiri. Tidak ada tugas kuliah atau apapun yang perlu dikerjakan.

" yaudah kalo gitu Kak, bye bye ", Nadila keluar dan menutup pintu.

-

Danila sedang membaca informasi tentang A.K Foundation, saat nada dering ponselnya berbunyi. Menoleh sebentar dan ternyata peneleponnya adalah orang yang sedang di selidiki.

' panjang umur nih Om-om, lagi di kepo in udah langsung nongol aja ',

dengan malas Danila menggeser ikon terima, " yaa, Haloo "

R," hmm, "

D," ada apa lagi ya? "

R," tidak ada apa-apa. Kangen saja mendengar suaramu"

'uhukk..' Danila kaget sampai tersedak salivanya sendiri.

R," sayang.. kamu kenapa? "

' dih, belum juga apa-apa udah sayang-sayang mulu dari kemarin. Rindu katanya, hhhh.. gemes deh, pingin ngomel sampek puas.' gerutunya hanya lewat pikiran saja, dia ingat kata-kata Mamanya. Harus sopan.

R," loh, kok malah diem "

D," ehm, eh. nggak, nggak kenapa-kenapa kok. "

R," aku cuman mau ingetin , jangan lupa nanti aku tunggu di Cafe O'Rion jam 10. TEPAT! " Kata terakhir diucapkan dengan penekanan yg jelas. Bisa dimengerti kalau dia ingin selalu tepat waktu. Seorang Presdir yang disiplin tidak mungkin menolerir hal kecil seperti keterlambatan.

D," APA?! jam 10. ini kan udah jam 9 " dia panik dan langsung menutup telepon. Tanpa peduli lawan bicaranya.

" Haah, dasar bocah. nggak sopan banget langsung tutup telepon. perlu dikasih perhatian nih " , gerutunya sekilas. Lalu berganti senyum yang terlihat sedikit jahat.

-

Cafe O'Rion, pukul 10.15

Revano sudah menunggu selama 20 menit, dengan wajah muram dia mengetuk meja terus menerus. Seperti menghitung mundur alarm bom.

krincing...

lonceng pintu berbunyi, menandakan ada seorang yang masuk.

Danila dengan tergesa berjalan sambil menoleh, mencari sosok yang mengajaknya bertemu. Dan ketika dia mengedarkan pandangan, matanya bertemu dengan bola mata hitam nan indah yang memandang lekat ke arahnya. Ada aura dingin yang mendominasi, seperti seekor singa yang siap menerkam mangsanya. Tapi, lebih dari itu. Danila seperti terhipnotis oleh sosok yang berdiri kaku memandangnya, dia terpesona.