* 3 TAHUN YANG LALU...
Raya keluar dari sekolahnya, Ijazah SMAnya ada di tangannya nilainya semuanya baik dan Raya gembira karna Raya diterima di Universitas Negeri dan dapat beasiswa.
"Papa sama mama pasti senang." gumamnya Raya menjalankan motornya ke kantor papanya, Raya ingin makan siang bersama papanya di kantor, dengan riang Raya memasuki kantor dan berjalan keruang papanya,
"Hai pa..." Raya menyapa papanya ketika membuka ruangan, tapi apa yang dia lihat, Papanya sedang memeluk wanita lain dan menciumnya bahkan bajunya sudah setengah terbuka, muka Raya langsung berkaca - kaca dan membalikan badannya pergi dari tempat itu, lari sekencang mungkin, rasanya ingin tenggelam dilautan daripada melihat pemandangan yang barusan dia lihat, hatinya tergores... Luka... Sungguh sakit, bagaimana perasaan mama Renata jika tau suaminya selingkuh?
Raya melajukan sepeda motornya dengan kencang dan pulang kerumahnya. Raya masuk kerumah tanpa ekspresi, pikirannya kacau antara mau memberitau mamanya atau tidak sama sekali untuk menjaga hatinya, terlihat mamanya ada di dalam kamar sedang menangis.
"Ma ada apa?" Melihat Raya mamanya langsung memeluknya erat membuat Raya makin bingung, Raya hanya mematung dipelukan mamanya, Mata Raya terganggu dengan Kertas di meja rias kamar itu Raya mengambilnya dan itu adalah surat gugatan cerai....
"Mam?" Raya minta penjelasan dengan tatapan tajam
"Mama akan berpisah Raya..." Renata menangis mukanya sendu tampak terlihat jelas luka dalam di matanya.
"Apa karna wanita itu?" Renata memandang Raya.
"Apa kamu tau?" Raya mengangguk.
"Tadi ada di kantor papa." Air mata Raya jatuh juga setelah beberapa waktu menahannya.
"Raya tidak menyangka papa akan setega ini mam...". Raya menyandarkan tubuhnya kedinding, tubuhnya seakan tak bertulang, papa kesayangannya ternyata tidak sebaik yang Raya lihat sebelumnya, dimata Raya sekarang Herlambang tidak jauh dari seorang bajingan.
"Ma'afin mama! karena mama sudah tidak bisa mempertahankannya lagi." suara mama Raya sedih,
"Tidak perlu mam, papa sudah keterlaluan ... mempertahankannya hanya akan menambah luka mama, lepaskan jika mama ingin melepaskan, terbebas lebih baik daripada bersama tapi mama menderita." Renata mengangguk,
Raya keluar dari kamar mamanya dan masuk kekamar Raya, di lemparkan tasnya kesembarang tepat, terus Raya meraih tas kecilnya dan pergi menggunakan taxi menuju rumah pacarnya, hanya dia tempat bersandar dalam situasi hatinya yang rumit dan kacau, tetapi kekecewaan Raya dapatkan kembali, saat Raya masuk kerumahnya, Raya melihat pacarnya sedang bercumbu di sofa dengan perempuan lain bahkan tubuh mereka berdua sudah setengah bugil.
"Keparat kalian...." Keduanya kaget dan pacar Raya mencoba menghentikan Raya, Raya mengibaskan tangannya,
"Maaf Raya... aku..."
"Sudahlah, tidak usah kamu jelasin semua sudah jelas...!"
"Aku mencintai kamu... sangat... tapi aku juga butuh hubungan fisik."
"Kamu gila... Aku pikir kamu tulus mencintaiku...Kalo itu yang kamu butuhkan, lanjutkan!" Mata Raya berkaca- kaca.
"Rayyy aku nyesel." Raya sudah tidak peduli lalu membalikan badannya dan pergi dari tempat itu, tujuan satu - satunya dan pilihan terakhir Raya adalah masuk ke bar, dan minum beberapa gelas minuman, baru setengah jam Raya udah teler karena ini baru pertama kalinya dan terlihat di sampingnya ada seseorang laki - laki tampan, tapi perlahan pandangan matanya kabur,
"Ayo pergi!"
cuma kata- kata itu saja yang terdengar selebihnya Raya tidak ingat apa- apa.
Laki- laki tampan yang menggandeng Raya, keadaannya tidak jauh berbeda dengan Raya mabuk berat, mereka masuk hotel dan check in. Raya di bawa masuk kekamar dan mereka berdua saling curhat tentang kekecewaannya masing - masing, karena mereka merasakan kekecewaan yang sama diantara mereka, keduanya semakin nyaman, semakin dekat lalu bercumbu setelah itu melakukan keintiman yang seharusnya tidak mereka lakukan, setelah itu tertidur pulas.
Jam 10 malam Raya terbangun tanpa selembar benangpun menutupi tubuhnya, Raya terisak, dalam keadaan linglung antara sadar dan tidak, karna masih dalam pengaruh alkohol, terlihat seseorang di sampingnya membelakanginya, juga sama tidak memakai baju, Raya mengambil dressnya dan memakainya, saat berjalan di daerah organ intimnya terasa sakit, Raya makin takut, mundur dan keluar dari kamar itu terlihat kamar nomor 9. Raya pergi tanpa membawa apa- apa karena ketakutan dan tergesa- gesa, dengan rambut acak- acakan menutupi mukanya kerena malu.
Raya keluar dari hotel bahkan tanpa Alas kaki berjalan dan terus berjalan sampai akhirnya Raya terjatuh pingsan.
Suara mobil berhenti tepat di depan Raya
"Raya ... Raya.... " hanya itu yang terdengar samar - samar di telinga Raya.
Yang membawa Raya adalah mamanya yang telah mencarinya kemana- mana.
Pagi- pagi walaupun kepalanya masih berat Raya bangun dan menangis membayangkan yang baru Raya alami...
Dia tidur dengan laki- laki dan entah siapa,
"Bagaimana kalau aku hamil..." Raya cemas.
Mama Raya masuk kekamar Raya membawa makanan dan minuman, Raya menatap mamanya tapi, mama Raya tidak mengatakan apapun...
30 menit kemudian suara mobil terparkir di halaman rumah, selanjutnya terdengar keributan, Raya membuka pintu kamarnya dan berdiri menatap Ayahnya yang membawa koper dan pergi meninggalkan rumah lagi, tanpa peduli ada Raya yang sedang menatapnya...
Hati Raya makin hancur....
1 bulan kemudian setelah kejadian itu, Raya sering merasa mual tanpa sebab, dan sering tiba- tiba lemas, teringat Raya akan kejadian itu penasaran Raya membeli alat tes kehamilan setelah pulang dari kampus, sampai rumah tampa menunggu lama raya kekamar mandi dan mengecek urinnya dengan gemetar raya melihat alat tes kehamilan itu tanpa berkedip dan yang terlihat muncul dengan jelas adalah garis merah, ada 2 garis merah di sana, mata Raya tiba- tiba gelap dan terjatuh.
Mama Raya masuk kekamar Raya untuk mengajak Raya makan malam, ketika mengetuk pintu tidak terdengar apa- apa, akhirnya mama Raya mendorong paksa pintu kamar Raya, terlihat Raya tergeletak di lantai, segera Raya di pindahkan ketempat tidur tapi Mama Raya tersentak melihat alat tes kehamilan tergeletak di lantai dengan gemetar mama Raya melihatnya seketika air matanya mengalir, betapa hancurnya melihat apa yang terjadi. dia duduk sambil menatap Raya ...
semuanya telah hilang, kebahagiaan, suaminya dan sekarang anaknya ...
setelah Raya bangun mama Raya setengah berteriak bertanya pada Raya,
"Apakah pacarmu melakukan ini semua?" Raya menggeleng, membuat Mama Raya makin panik,
"Lalu siapa?" Renata menatap tajam Raya dengan suara meninggi.
"Raya juga tidak tau mam." Raya menangis dan menceritakan semuanya, dadanya tiba- tiba sesak mendengar Raya bercerita, tubuh Renata lemas mendengar cerita Raya lalu mereka menangis berdua.
"Baiklah kita akan membesarkan janin itu tanpa harus menghukumnya." Suara mama Raya pelan, setelah sekian lama menangis.
"Gimana dengan kuliahku?." Raya putus asa.
"Masih bisa di lanjutkan nanti setelah hamilmu besar kamu bisa cuti..."
"Baiklah mam, maaf...!" Raya menyapu air matanya.
Malam itu Raya menatap bintang lewat jendela kamarnya, menarik nafas dalam- dalam, perasaannya sulit di gambarkan, terlalu sakit tapi bahkan Raya tidak tau siapa yang membuat sakit, Raya menatap perutnya yang masih rata yang sebentar lagi akan membuncit, Raya mengusap pelan perutnya,
"Nak, siapapun Papamu... doain mama agar dekat dengannya dan suatu saat kamu dapat pengakuan darinya..." Air mata Raya jatuh di pipinya, Tatapannya kosong seperti hatinya kosong dan hancur....
***
Hari- hari Raya lalui tanpa mengeluh, semuanya Raya lewati bersama mamanya, atas dukungan mamanya, Raya kuat hingga akhirnya baby imut Natan lahir....
setelah Raya sehat, Raya melanjutkan kuliah dan mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang semakin hari semakin besar, Capek sudah pasti tapi semuanya demi kelangsungan hidup mereka, Raya jalani tanpa mengeluh sedikitpun.
Sementara Mama Raya menjaga Natan dengan baik, mama Raya sangat menyayangi Natan...
Sementara papa Raya tidak pernah sekalipun menemui Raya sama sekali dan Raya juga tidak tau kabar dan keberadaannya, Herlambang hilang ditelan bumi tanpa jejak.
Untuk Natan... Raya tidak tau harus bagaimana caranya mencari papanya Natan, tapi Raya tidak peduli walaupun Natan lahir tanpa papa Natan, Raya berjanji akan merawatnya dengan baik, menyayanginya sepanjang waktu dan seumur hidupnya.
Tapi walau begitu Raya pernah berharap keajaiban Tuhan datang untuk mampertemukan Raya dan papanya Natan, membuat Natan merasakan kasih sayang dari seorang Ayah itu pasti sangat membahagiakannya, tapi Raya tau itu adalah hal yang mustahil...