webnovel

KEMBALI PADAMU

Kisah hidup Raya menjalani kehidupan yang penuh liku dan panjang, menjalani hidup yang tak terduga, ditinggal papanya yang selingkuh dari mamanya, dan mempunyai anak yang ga tau siapa ayahnya...

Yanti_Wina · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
150 Chs

Lingkungan baru 1

Matahari pagi bersinar masuk kecelah jendela, Raya membuka matanya yang masih lengket, hari pertama kerja di tempat yang baru.

Raya bengun dan masuk ke dalam kamar mandi, setelah itu mengenakan baju, sengaja Raya memakai celana, karena menurutnya akan lebih gampang untuk bergerak, lagi pula di sekitarnya laki- laki semua.

Raya turun dan sarapan setelah itu berangkat ke kantor, di kantor Raya di sambut oleh semua karyawan, setelah memperkenalkan diri, Raya masuk keruangannya,

"Tok...Tok... Tok..."

"Masuk!" seorang laki- laki tampan masuk ke ruangan Raya dan memberi hormat,

"Hallo Bu saya Andreas, saya orang kepercayaan pak Herlambang sekarang jadi asisten Ibu." Raya menatap orang itu dan mengangguk,

"Saya Raya..." Raya memperkenalkan singkat dirinya pada Andreas.

"Ini proyek yang bermasalah Bu." Andreas menaruh beberapa dokumen, diantaranya proyek Hotel, dan perumahan.

"Terimakasih nanti saya pelajari." Andreas pamit keluar ruangan, Raya menghubungi Herlambang.

"Pah, kenapa di sini karyawannya kebanyakan laki- laki?" ini pertama yang Raya keluhkan, Herlambang tertawa,

"Karena Yang melamar kerja memang kebanyakan laki- laki."

"Proyek kita kebanyakan sengketa lahan pah."

"Iya makanya kamu harus selesaikan dan ada beberapa perusahaan di situ harus kamu ajak kerjasama, agar perusahaan kita makin besar."

"Baik pah, kalo gitu Raya tutup dulu."

"Selamat bekerja sayang...!" Raya memasukan handphonenya ke sakunya kembali, kemudian Raya mulai bekerja, pekerjaannya menguras waktu dan tenaga karena masalah sengketa lahan itu tidak sesederhana kelihatannya, butuh perjuangan dan kesepakatan dari pemilik lahan yang mengklaim masih miliknya, sering kali Raya pulang larut malam, di kantor yang selalu setia adalah Andreas,

***

"Bu, ada yang bisa saya bantu?" Andreas merasa tidak enak melihat Raya kelelahan, sudah 2 minggu Andreas melihat Raya selalu pulang malam,

"Kamu masih belum pulang Dre? tolong kelompokan orang- orang yang masih mengklaim tanahnya."

"Belum Bu, Baik... saya kerjakan!"

"Apakah bukti kepemilikan tanah itu asli dan kita pegang?"

"Iya Bu, asli ada semua."

"Berarti ada orang yang sengaja membuat kekacauan? atau uang yang kita bayarkan tidak sampai kepemilik tanah?" Andreas mengangguk,

"Sertifikat asli ada di tangan kita dan kita sudah meyelesaikan pembayarannya sementara yang di pegang pemilik tanah itu bukan sertifikat asli, perantara pemilik tanah sepertinya yang mempermainkan."

"Besok panggil pengacara kita untuk melakukan tindakan!"

"Baik ... saya laksanakan." setelah Andreas keluar ruangan, Raya menguap beberapa kali dan akhirnya Raya merebahkan tubuhnya dikursi dan tertidur, ketika Andreas mau pamit untuk pulang terlebih dahulu melihat Raya tertidur, akhirnya dia mengurungkan niatnya duduk di sofa menunggu Raya dan ikut tertidur juga, Jam 4 pagi Raya terbangun melihat Andreas tertidur di sofa dan jasnya menyelimuti tubuh Raya,

"Mmm ... dia benar- benar setia." Raya bergumam sambil berjalan ke pantry untuk membuat kopi, Raya enggan pulang, karena udah menjelang pagi.

Raya hanya menyuruh anak buahnya untuk membawa baju ganti.

Hari sudah pagi, Raya membangunkan Andreas untuk menawarkan sarapan bareng di tempat makan tidak jauh dari kantornya, Raya juga mengajak anak buahnya yang masih menjaganya di kantor untuk ikut sarapan, pakaiannya yang lecek tidak mengurangi kecantikan Raya, di tambah ada empat anak buahnya di belakang mengikuti Raya membuat mata orang tidak mengabaikan untuk memandangnya, Andreas dan Raya duduk satu meja dan yang lainnya di meja samping Raya, Setelah makanan sampai dimejanya, Raya mulai makan dengan tenang,

"Kita liat kelokasi!" Raya menoleh kearah Andreas, Andreas nampak ragu,

"Situasinya belum aman bu."

"Terus kita kapan lagi kesananya?" Raya menekan setiap perkataannya sambil mengangkat satu alisnya, Raya mau pekerjaannya segera selesai dan pulang kepelukan Alan.

"Baik bu, saya antar." Andreas menunduk,

Setelah berganti pakaian, Raya, Andreas dan anak buahnya meninjau lokasi, sampai di lokasi ada beberapa orang yang berjaga di sana, Raya memberi hormat dan berbincang dengan salah satu dari mereka, Raya meminta bertemu dengan perwakilan yang selama ini mengurusi tanah tapi mereka menggelengkan kepalanya.

"Apa orangnya tidak di tempat?" Tanya Raya menatap orang itu,

"Sedang pergi ke luar kota, beliau kepala desa di sini."

"Apa sertifikat tanah ada di tangan kalian?"

"Iya beliau mengembalikannya dengan alasan tanahnya ditawar dengan harga yang sangat murah, jadi beliau menolak dan mengembalikan sertifikatnya."

"Baiklah, terimakasih." setelah itu Raya berpamitan, mereka menganggukkan kepala dengan hormat juga,

"Kamu dengar apa yang saya bicarakan?" Raya melirik Andreas,

"Ya bu..."

"Jadi taukan siapa dalang di balik semua ini? segera selesaikan!"

"Baik bu..." Andreas mengangguk.

Di perjalanan menuju kekantor, tiba- tiba ada mobil yang melintang menghalangi jalan anak buah Raya keluar dan berjaga terus mengecek mobil yang menghalangi jalan mereka, tiba- tiba ada sekitar 20 orang muncul dari semak- semak dan terjadilah perkelahian semua dapat di lumpuhkan namun, ada 1 yang lepas dari pandangan Andreas dan pengawal Raya, berusaha menusuk Raya dengan pisau, beberapa kali Raya bisa menghindar tetapi Raya tidak bisa menghindar terus, pisau menyerang pinggangnya saat Raya lengah,

"Sreeeeek..." baju Raya sobek bersamaan darah keluar dari bekas sobekan. Andreas cepat lari dan menendang orang itu yang akan menancapkan pisaunya kearah dada Raya hingga orang itu tersungkur, Raya menarik napas lega,

"Makasih Dre." Andreas menggandeng Raya masuk ke Mobil dan menekan lukanya,

"Ayo keRumah Sakit!" Raya mengangguk, tidak lama kemudian Polisi datang menangkap orang - orang itu dan Raya segera dilarikan kerumah Sakit,

lukanya di jahit, kalo Raya tidak memakai jaket tebal mungkin lukanya lebih dalam,

"Ayo balik kekantor!" perintah Raya,

"Tapi sebaiknya ibu istirahat." Andreas cemas.

"Tidak usah, kita adakan rapat mendadak!" Andreas mengangguk tak berdaya, Setelah semuanya berkumpul, Raya masuk ke Ruangan, yang berada di dalam ruangan sedikit terkejut melihat Noda darah yang masih tertinggal di baju dan celana Raya tetapi mereka tak berani menanyakan apa-apa,

"Terimakasih telah hadir di Rapat ini...

setelah Saya meninjau ke berbagai lokasi proyek banyak masalah yang kalian belum selesaikan, saya harap kalian lebih giat lagi dalam bekerja dan saya tekankan agar berhati- hati terhadap pihak kedua dan ketiga, saya tidak mau mendengar kesalahan ini terulang lagi, baiklah Rapat selesai." Raya berdiri dan keluar dari ruangan Rapat, semua saling memandang terlihat bingung tetapi, setelah Andreas memberitau secara detail baru mereka mengerti.

"Bos cewe tapi sama seperti bos Herlambang tegas." salah satu kepala bagian bergumam.

"Sudah, sudah, ayo bekerja lagi!" perintah Andreas.

Raya kembali kemeja kerjanya, Raya duduk dan menyandarkan kepalanya di kursi, setelah biusnya hilang lukanya agak sedikit ngilu, Raya memejamkan matanya,

"Tok...Tok...Tok..."

"Masuk!" Jawab Raya pelan, Andreas masuk,

"Ini obatnya Bu." Raya menerima obat dari Andreas.

"Makasih... " Andreas mengangguk dan keluar dari Ruangan.

Suara panggilan telepon berbunyi Raya meraih Handphonenya, Raya segera tersenyum setelah tau Alan yang menghubunginya,

"Sayank apa kabar?" dari sebrang telpon suara Alan terdengar memendam kerinduan,

"Baik... gimana kabarmu? Aku merindukanmu." nada suara Raya terdengar pelan membuat Alan cemas, Alan mematikan telponannya dan menghubungi Raya lagi lewat Vidio Call, Raya tidak bisa menolaknya,

"Wajahmu pucat sayank, kamu sakit?" Raya menggeleng,

"Banyak kerjaan di sini..." Raya memaksakan tersenyum.

"Sayank kenapa bajumu berdarah?" Alan mukanya memerah seperti anak kecil yang mau nangis, Raya segera menutupinya,

"Ini hanya luka kecil, tadi pinggangku tergores paku di proyek."

"Hati- hati sayank! aku khawatir." Raya mengangguk dan tersenyum,

"Udah makan?" Tanya Raya, Alan menggeleng,

"Jangan terlambat makan! aku tidak mau kamu sakit."

"Baiklah setelah ini aku makan, dah sayank.... love you."

"Love you too." Sambungan Vidio Call terputus, Raya menarik nafas panjang, setelah di hubungi Alan, Raya tidak tenang terus Raya keluar ruangan menuju parkiran untuk pulang kerumahnya,

Sampai di rumah, Raya berganti pakaian dan tiduran di tempat tidur. lama - lama matanya berat dan terlelap, karena sampai malam Raya tidak keluar kamar, Bu Marni asisten Rumah tangganya cemas,lalu mengecek kekamar Raya, setelah mengecek ternyata Raya terkena demam tinggi, Bu marni segera mengabari Andreas, Andreas dengan cepat datang bersama seorang Dokter dan langsung mengecek Raya,

"Alan... alan... aku butuh kamu." suara Raya pelan tapi terdengar oleh semua yang ada di situ, Andreas melaporkan kejadian itu kepada Herlambang,

Herlambang segera memberi tau Alan dan membeli tiket pesawat untuk dirinya dan Alan, malam itu juga Herlambang dan Alan terbang...

Bersama matahari pagi Alan muncul di hadapan Raya, melihat Raya tidak berdaya membuat hati Alan sakit,

"Sayank... Aku datang." Mata Raya langsung ceria walaupun masih demam, Alan memeluk Raya,

"Aduh." suara Raya pelan, Alan langsung memeriksa tubuh Raya , Alan kaget melihat perban di pinggang Raya, lukanya tidak sesederhana yang di katakan Raya,

"Ini kenapa? tidak mungkin tergores paku kalo seperti ini." Alan protes,

"Abis uji nyali sayank." Raya tersenyum,

"Aku merindukanmu." mendengar itu Alan langsung menekan bibir Raya,

"Aku juga sangat merindukanmu... Cepet baik! aku akan disini beberapa hari." Raya mengangguk, Alan menuntun Raya kekamar mandi, mengelap tubuh Raya dan membantu memakaikan baju.

"Kamu memperlakukan aku seperti baby, Raya tertunduk malu."

"Aku senang melakukannya."

"Ayo sarapan!" Raya hanya mengangguk,

di meja makan Herlambang sudah menunggu,

"Gimana keadaanmu?" Herlambang terlihat cemas,

"Baik pah, tinggal nunggu jahitannya kering."

"Kita pulang!" Raya menggeleng,

"Pekerjaanku baru setengah jalan jadi, beri aku kesempatan sebentar lagi."

"Papa tidak mau kamu terluka lagi." Herlambang tampak cemas,

"Papa sudah mengirimku kesini, papa juga tau situasi disini, anggap saja ini sebagai pelajaran untukku agar lebih berhati- hati kedepannya."

"Baiklah." Herlambang tidak berdaya, kemudian semuanya makan dengan fikiran masing- masing, setelah makan Raya kembali kekamar sementara Herlambang pergi kekantor untuk mengecek hasil kerja Raya,

Alan ikut masuk kekamar dan memeluk Raya,

"Aku menginginkanmu tapi...." Alan tidak meneruskan kata- katanya, Raya tersenyum mendengar kata - kata Alan,

"Pelan - pelan dan jangan terlalu menekan...! " pipi Raya memerah, Alan menatap Raya untuk meyakinkan, Raya mengangguk,

Keduanya bermesraan sepanjang hari hingga kelelahan dan tertidur pulas,

Malam hari Herlambang baru pulang dari kantor, Raya dan Alan sedang minum teh di Taman depan. Melihat Raya Herlambang menemuinya dengan ekspresi bahagia,

"Kamu kerja belum lama di perusahaan papa, perkembangannya begitu terlihat, anak papa memang berbakat, papa bangga sama kamu." Herlambang mengacak- ngacak rambut Raya,

"Alan yang mengajarkan semua pah." Raya melirik Alan,

"Papa bangga punya kalian... semoga kalian selalu bersama..."

"Aamiin pah..." Raya dan Alan menjawab serempak, setelah itu Herlambang bangkit dan masuk ke dalam Rumah meninggalkan Raya dan Alan yang masih melepas rindu.