webnovel

KEMBALI PADAMU

Kisah hidup Raya menjalani kehidupan yang penuh liku dan panjang, menjalani hidup yang tak terduga, ditinggal papanya yang selingkuh dari mamanya, dan mempunyai anak yang ga tau siapa ayahnya...

Yanti_Wina · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
150 Chs

Jangan percaya siapapun

Ara berjalan menuju mobilnya tentu saja bersama dua orang penjaganya yang hampir menempel dengannya.

Dengan wajah lesu Ara telah sampai di rumah Mama Raya di sambut pelukan hangat Lexa,

"Kakak cantikku kemana saja? Lexa kangen." Ara tersenyum dan mencubit pipi Lexa,

"Kakak masih disekitar sini Lex," Lexa mengerutkan keningnya.

"Maksud kakak?" Lexa memutar bola matanya menatap Ara meminta penjelasan.

"Kak Anggara membelikan Rumah di sebelah rumah ini," Lexa terkejut tapi terlihat bahagia, itu artinya dia tidak akan berjauhan lagi dengan kakak favoritnya yaitu Ara, kakak yang cantik, baik, dan tentu sayang sama kakaknya "Natan."

Langkah Ara berhenti ketika dia melihat baby kembar sedang mengoceh dan bermain dengan Raya dan Fano.

"Hai sayang, apa kabarmu?" Raya bngun dan memeluk lalu mencium pipi Ara.

"Baik mam, Natan sudah pulang belum mam? Ara dari tadi sulit menghubunginya." Ara terlihat cemas, karena tidak biasanya Natan berbuat seperti itu. Mama Raya menggelengkan kepalanya.

Sampai jam 9 malam tidak ada kabar dan Ara terpaksa menghubungi asistennya Robi.

"Rob, tahu posisi Natan di mana?"

"Seingat saya dia ada pertemuan dengan teman kampusnya di Hotel Bintang Jam 8, harusnya sekarang sudah selesai."

"Kamu tidak mengikutinya?" suara Ara terdengar kesal.

"Diluar pekerjaan." Jawab Robi menjelaskan,

"Baiklah terimakasih."

Setelah menutup telponnya Ara semakin cemas.

***

Hotel Bintang

Natan dan teman- temannya meneruskan pengerjaan proyek yang sedang mereka tangani, sampai jam menunjukan pukul sembilan baru Natan menyadari belum memberi kabar Ara, saat merogoh ponselnya ternyata tertinggal di kantor, mukanya sedikit suram, Natan pamit untuk pergi ke toilet dan saat kembali hanya tertinggal Lilian,

"Yang lain kemana?" Natan mengerutkan keningnya.

"Sudah pergi dari tadi, aku menjaga barangmu jadi menunggu sampai kamu kembali." Natan hanya mengangguk dan meneguk minumannya, tidak sampai satu menit tubuhnya mulai merasakan memanas sampai kemuka, Natan menatap kearah Lilian bajunya yang di kenakannya terbuka dan ketat membuat tubuhnya semakin memanas, Lilian tersenyum, Natan masih dalam keadaan sadar dan cepat ke toilet membasuh mukanya berkali- kali lalu keluar dengan muka sedikit basah Ketika keluar toilet, Lilian sudah menunggu,

"Kamu keliatan kurang baik Nat, Istirahat di sini saja!" Lilian menunjukan kamar yang tidak jauh dari situ dan memberikan kunci, Natan menggeleng tapi ketika hendak melangkah kembali Lilian mulai merapatkan tubuhnya dan Natan merasa gairahnya muncul, tapi karena masih sadar bukan Ara, Natan masih menjaga pertahanannya walaupun sangat tersiksa,

"Minggir!" Jawab Natan, bibirnya bergetar, tetapi Lilian tetap menempel membuat aura panas makin terasa, celananya juga mulai menyempit.

Sekejap Natan memejamkan matanya, dia tau obat perangsang telah menguasai dirinya. dengan cepat Natan mendorong Lilian,

"Aku ingin kamu pergi sekarang juga atau aku akan melemparmu!"

"Aku akan terus di sampingmu malam ini." Jawabnya sambil sengaja menurunkan bajunya sedikit sehingga bahunya makin terbuka. Natan mengatupkan giginya dan mendorongnya kembali.

"Tidak boleh!" Suara dingin keluar dari orang di belakang Natan, tatapannya tajam dan mengerikan memandang Lilian, Lilian tersentak menatap orang itu.

"Kamu siapa menggangu kesenangan orang?" Lilian mencoba mengingatnya dan teringat pernah melihatnya saat mengantar Ara. Belum juga dia tersadar dari lamunannya plakkk.... plakkk... pipinya sudah menerima tamparan yang cukup keras pipinya langsung bengkak.

"Walaupun kamu wanita,kamu pantas mendapatkannya. Beraninya menyentuh yang bukan hakmu, itu ganjarannya." Lilian terhuyung kedepan dan jatuh kelantai, pada saat itu Ara datang dan dengan cepat memeluk Natan, Natan menatap kearah Ara dan tersenyum lalu tanpa melihat tempat Natan melumat bibir Ara dan menekannya kedinding sampai Ara kewalahan.

"Ra, bawa kekamar! ini kuncinya." Anggara melemparkan kunci dan Ara menangkapnya.

"Sayank S -t-o-p dulu! kita kekamar." Dengan susah payah Ara berjalan karena setelah melihat Ara, Natan menjadi semakin gelisah, sepanjang jalan menuju kekamar, Natan sibuk mencium di sana sini membuat pipi Ara memerah karena ada beberapa orang yang melihatnya lalu tersenyum kepadanya, dengan susah payah pintu terbuka dan dengan cepat Natan menimpa tubuh Ara.

"Panas sekali Ra..." Natan segera membuka bajunya dan celananya lalu melempar ke sembarang tempat, wajah Natan sudah memerah dan terlihat kasihan.

"Ara sayank aku menginginkanmu... " tanpa menunggu jawaban Ara, Natan mulai membuka baju Ara dan beberapa kali gagal membuka kancing bajunya hingga Natan akhirnya menariknya dalam satu tarikan, Ara dengan sabar mengimbangi gerakan Natan walaupun tetap saja Ara kewalahan, Natan langsung menyatukan tubuhnya dengan Ara dan permainan berlangsung beberapa kali hingga pengaruh obatnya hilang,

"Ra... Aku sampai lagi... terimakasih sayank.... ini sangat nikmat." Lahar cinta Natan menyembur di dalam milik Ara, Ara memejamkan matanya menikmati sensasi hangat di dalam miliknya. Untung saja ada Anggara dan Ara juga tepat waktu datangnya, kalau tidak kemungkinan besar Natan bertahan sangat tipis, Natan tertidur setelahnya sambil memeluk Ara erat. Ara mencium bibir Natan beberapa kali dan membalas pelukannya.

"Aku mencintaimu Nat, selamanya..."

Sementara Anggara tidak begitu saja melepaskan Lilian, Anggara memprosesnya agar Lilian jera.

Pagi- pagi Ara benar - benar tidak bisa bangun, badannya sakit semua dan lemas, sekujur tubuhnya penuh tanda cinta bahkan gigitan kecil Natan, Natan sangat merasa bersalah dan menghujani Ara dengan ciuman,

"Ma'af sayank." Ara tersenyum,

"Kamu hampir membunuhku Nat." Suaranya serak. Natan mengangkat Ara dan memandikannya, setelah mandi Natan mencari baju dan ternyata baju Ara sudah sobek di beberapa tempat, dengan cepat Natan menghubungi Robi untuk membawakan baju ganti untuk Ara dan dirinya.

"Untung semalam kamu datang dan kak Anggara menahan Lilian tepat waktu, aku sudah dengan susah payah menahan dan menolaknya tapi milikku membutuhkan pelepasan segera. kalau tidak entah bagaimana jadinya." Natan mengepalkan tangannya,

"Mulai sekarang, hati- hati terhadap siapapun selalu kasih kabar dimanapun kamu berada jadi, kalau ada yang tidak beres aku tau. Aku juga pernah merasakannya semakin lama semakin ingin dan tidak bisa di tahan, jari - jarimu yang menjadi saksinya." Ara menutup mukanya.

" Iya yank aku akan lebih hati - hati. Sayang dulu kita belum menikah, mana berani aku mengambil kesucianmu walaupun waktu itu kamu membuat aku polos dan beberapa kali mencoba memasukan milikku dan saat ku tolak kamu sangat marah," Natan mengingat kejadian itu tersenyum, wajah Ara memerah dan menutupinya dengan selimut.

"Kenapa malu- malu begitu? aku sudah merasakannya sekarang." tetap menutupi wajahnya dengan selimut.

'Tok... tok...tok..." pintu di ketuk Natan segera membuka pintunya,

"Ini Bajunya Bos..." Natan mengangguk dan menutup kembali pintu kamar Hotelnya tanpa berterimakasih kepada Robi.

"Dasar Bos enggak punya adab, untung aja gajiku besar kalau tidak udah..."

"Udah apa?" pandangan Natan tajam menatap Robi,

"Tidak... tidak Bos..." Robi kaget ketika wajah Natan tepat berada di depannya Robi, untuk menghindari yang tidak - tidak, Robi cepat membalikan badannya lalu pergi meninggalkan kamar Natan. Natan tersenyum melihat tingkah Robi yang salah tingkah, Natan tau setiap kata- kata Robi hanya di mulut saja, dia tau karakter sahabatnya ini gimana.

Natan masuk kembali dan segera memakaikan baju untuk Ara dan dirinya.

"Mau sarapan yank?"

"Pesan aja aku malas kemana- mana, badanku mesih lemas." Ara begitu manja dan memeluk Natan, Natan akhirnya memesan sarapan dan mereka sarapan bareng di kamar. Setelah selesai sarapan Natan mengajak pulang Ara berjalan sambil memeluk Natan dan membenamkan wajahnya,

"Kamu kenapa yank?" pipi Ara merah semua.

"Tadi malam kamu menciumku dengan gila di sepanjang jalan menuju kamar, kamu tidak lihat pandangan karyawan sama beberapa pengunjung melihat kita. Natan menggaruk- garuk kepalanya,

"Ma'af..." Natan nyengir sendiri, betapa tidak malunya dia, untung aja sama istri sendiri.

Di sepanjang perjalanan menuju kantor, Ara tertidur pulas bahkan saat sampai kantor, Ara tidak bergerak sama sekali, Natan tersenyum gemas melihat wajah Ara yang putih bersih seperti baby. Dengan sangat pelan, Natan mengangkat Ara, beberapa orang yang berpapasan dengannya melihat kagum sekaligus iri, bagaimana tidak? pemilik perusahaan, tampan, berwibawa dan begitu sayang sekali sama istrinya.

Natan membuka pintu di bantu Robi, Ara ditidurkan dengan pelan ditempat tidur lalu menarik selimut menutupi tubuhnya, lalu Natan mulai bekerja. Setumpuk dokumen telah menggunung di mejanya,

Jam makan siang Natan memesan makanan dan masuk keruang istirahat, terlihat Ara masih terlelap,

"Yank, bangun!" Ara membuka matanya tersenyum menatap Natan, Ara bangun dengan pelan,

"Tubuhmu masih sakit?" Ara mengangguk, Natan mengecup kening Ara,

"Mau aku ambilkan kesini makan siangnya?" Ara menggeleng lalu bangun menuju kamar mandi menuci muka dan gosok gigi, lalu duduk di kursi makan,