webnovel

KEMBALI PADAMU

Kisah hidup Raya menjalani kehidupan yang penuh liku dan panjang, menjalani hidup yang tak terduga, ditinggal papanya yang selingkuh dari mamanya, dan mempunyai anak yang ga tau siapa ayahnya...

Yanti_Wina · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
150 Chs

Bertemu Norien

Natan duduk kembali dan fokus kepada tugas kelompok yang di berikan Dosen kepada kelompoknya,

"Nat, cewek cantik tadi siapa?" Trian menatap penasaran kepada Natan, Trian taunya Natan paling anti perempuan. Natan tetap fokus kepada desain gambar,

"Orang yang paling istimewa di hatiku setelah keluargaku, dia cinta pertama dan terakhirku." Natan tersenyum,

"Kenapa kamu tidak mengenalkan pada kami?" Natan melirik Trian,

"Tidak perlu, dia sangat lembut aku yakin sainganku akan bertambah jika aku mengenalkannya pada kalian ...." Aris tertawa karena memang baru pertama melihatnya saja jantung Aris sudah berdebar.

"Dia memang cantik." Gumam Aris tetapi terdengar jelas di kuping Natan dan Natan langsung bereaksi menyentil jidat Aris.

Ada rasa iri di hati Fernia dan Lilian tanpa ada yang mengetahuinya.

***

"Pa, di tinggal saja tidak apa- apa, karena saya agak lama," Pak Sopir mengangguk, Ara turun dari mobil, mengenakan dress warna navi dan syal putih yang dikalungkan di lehernya sederhana namun cantik dan anggun, Ara berjalan masuk ke butiknya,

"Jen, mana tamunya?" Ara mengikuti mata Jeni, Ara tersenyum dan berjalan mendekati seorang gadis yang tengah duduk memandang taman di tengah- tengah butik itu,

"Selamat sore..." Sapa Ara sopan, gadis itu berbalik menatap Ara dan wajahnya berseri menatap Ara,

"Wah kakak yang punya butik ini dan yang mendesain bajuku?" Ara hanya mengangguk, raut mukanya terlihat bahagia walaupun dari wajah cantiknya masih terlihat pucat.

"Kamu lagi tidak enak badan?" Ara terlihat khawatir, entah kenapa melihat wajahnya sangat tersentuh hatinya.

"Aku baik- baik saja, Apa lagi setelah melihat kakak." Ara mengerutkan keningnya tapi, tidak bertanya apa- lagi.

"Kamu kesini ada keluhan? apakah sentuhan akhirnya kurang sesuai dengan seleramu?" gadis itu menggelengkan kepalanya,

"Aku hanya beralasan saja karena ingin bertemu kakak, aku akan mencoba beberapa baju lagi desain terbaru kakak." Ara menarik napas panjang tapi tetap tersenyum agar konsumennya tidak kecewa,

"Pembeli adalah Raja, mari silahkan aku ajak berkeliling." Ara mengajak gadis itu berkeliling, dengan antusias dia mengikuti Ara sambil tak henti- hentinya tersenyum, gadis itu mengambil beberapa baju yang di sarankan Ara.

"Kakak, Namaku Norien. Kalau boleh tau nama kakak siapa?"

"Arabelle, panggil saja aku Ara." gadis itu mengangguk.

Baju yang di sarankan Ara dia coba semuanya dan memang pas dan bagus,

"Kak Ara memang hebat, aku menyukaimu." pujinya, setelah membayar semuanya dia pamit, baru beberapa langkah berjalan tubuhnya oleng untung saja Ara dapat menahannya wajahnya semakin pucat dan napasnya sesak, Ara panik dan segera memanggil taxi untuk membawanya ke Rumah Sakit,

Ara gelisah di depan UGD dan tiba- tiba bunyi panggilan masuk bukan berasal dari handphonenya, Ara sedikit ragu untuk membuka tas Norien tapi karena bunyi terus, Ara mengambilnya dari tas Norien dan mengangkatnya.

"Rien... kamu dimana sayang? kakak khawatir." suara lembut dari sebrang telpon membuat Ara gugup,

"Ma'af ini bukan Norien tapi temannya, Norien ada di UGD Rumah Sakit XX sedang ditangani."

"Baiklah, terimakasih." Tanpa menunggu jawaban Ara sambungan telpon terputus. Ara duduk dengan gelisah dan tak lama terlihat ada sosok tinggi besar dengan setelan jas biru dongker berjalan terburu- buru mendekati ruang UGD,

"Pak Anggara." Ara menatap Dosen barunya,

"Ara pak," Ara mengenalkan diri dengan sopan sambil mengulurkan tangannya dan di sambut oleh Anggara, ada kehangatan yang Ara rasakan saat berjabat tangan namun, Ara yakin bukan cinta, Ara segera menarik tangannya kembali dan menunduk, senyuman Anggara mengembang. Ara menyerahkan tas Norien dan barang belanjaannya kepada Anggara.

"Saya pamit Pak, hari sudah malam saya harus pulang."Ara berpamitan secara sopan,

"Terimakasih atas bantuanmu. Pak Ali tolong antar Ara pulang!"

"Tidak usah Pak, saya bisa pulang sendiri."

"Ini sudah malam, tidak baik untuk menolak." Ara akhirnya setuju dan di antar dengan mobil Anggara.

Jam 8 malam Ara sampai di kantor Natan, Ara berjalan keruangan Natan dan Natan tidak ada diruangan, Ara mencoba menghubunginya namun handphone Natan tidak aktif, karena Natan sudah bilang mau lembur dan mungkin tidak pulang, akhirnya Ara memutuskan untuk menunggu. Ara mandi dan berganti baju lalu menonton televisi.

Natan muncul di balik pintu dan pandangan mereka saling beradu,

"Ma'af pulang meeting aku mampir ke Restoran kita dulu, ada pekerjaan juga yang harus di selesaikan di sana." Natan tampak lelah duduk di samping Ara sambil meletakan kotak makanan di meja. Ara memeluk tubuh Natan dengan manja,

"Aku rindu..." Natan membalas pelukan Ara,

"Ma'af aku mengabaikanmu hari ini." Ara menggeleng,

"Tanggung jawabmu besar dan aku tahu itu, Aku siapin air mandinya yah, biar tubuhmu segar." Natan mengangguk. Setelah Ara menyiapkan air, Ara keluar dan masih melihat Natan duduk di sofa dengan pakaian lengkap, Ara berjongkok dan melepaskan sepatu Natan lalu menaruhnya di rak sepatu, mata Natan yang sedang terpejam menyadari ada pergerakan di kakinya dan melihat Ara yang sedang mengurusnya.

"Ya Tuhan sayank, tidak perlu seperti ini... aku bisa sendiri." Ara bangun dan mencium pipi Natan,

"Aku senang melakukannya, Ayo mandi!" Natan berjalan ke kamar mandi dan berendam di air hangat sebentar, setelah itu membilasnya dan keluar mengenakan kaos dan celana training.

Ara sedang mempersiapkan makan malam mereka dan selanjutnya mereka menikmati makan malam dengan kehangatan.

Makan malam selesai, Ara dan Natan duduk di sofa bed. Tubuh Ara di sandarkan ke tubuh Natan,

"Nat, aku tadi habis dari Rumah Sakit."

"Ada keluan di tubuhmu?" sikap Natan berubah cemas.

"Tidak, tadi ada konsumen tiba- tiba pingsan di butik, jadi aku antar ke Rumah sakit."

"Oh begitu, syukurlah kalau kamu baik- baik saja." Natan memeluk erat tubuh Ara dan mulai mencium bibir Ara sangat lama, ciuman berpindah keleher dan menurun ke dada Ara,

"Nat..." Wajah Ara mulai memerah dan menggigit bibirnya namun desahan tetap lolos keluar dari mulutnya.

" Aku menginginkanmu Ra..." perlahan baju Ara dan Natan terlepas dari tubuhnya, keduanya saling menikmati hubungan intim mereka hingga tuntas, saling menyatu dalam kehangatan dan saling berbagi cinta.

" Lagi yank..." Ara melotot, karena baru beberapa menit aja aktivitas intim mereka selesai. tapi terlambat Natan telah memasukan kembali miliknya dan bergerak kembali sampai akhirnya pelepasan ke dua berakhir.

"Naaataaann..." Tubuh Ara bergetar hebat dan memeluk tubuh Natan erat,

"Terimakasih yank..." Natan mengecup kening Ara, dan membalas pelukan Ara. Ara haya mengangguk.

"Tetaplah seperti ini dan mencintaiku!"

" Tentu... aku akan selalu seperti ini," jawab Ara.

Setelah napas mereka stabil dan kekuatannya kembali, mereka masuk kekamar mandi membersihkan diri, Natan kembali menyelesaikan pekerjaan yang tersisa dan Ara membuatkan teh madu untuk Natan lalu menemaninya.

"Ayo tidur Ra..." Ara tersenyum dan mengangguk. Natan dan Ara tidur dengan nyenyak, tubuhnya sangat rilexs setelah aktifitas percintaan mereka.

***

Pagi hari di Rumah Sakit....

"Kak Angga, Norien mau ketemu dengan kak Ara." Wajar pucat Norien memelas dan Anggara makin tidak tega melihatnya,

"Kakak, bisa mengabulkan keinginanmu apa saja tapi untuk membawa Ara kesini kakak tidak janji, bagaimanapun Ara punya kesibukannya sendiri." Norien nampak cemberut,

"Kak sisa usiaku tinggal sedikit, entah besok atau lusa aku masih bisa bertahan atau tidak, aku ingin kakak ada pendampingnya." Wajah Norien terlihat sedih.

"Kamu tetap akan ada di samping kakak,"

"Tapi bahkan berobat di Luar negeripun aku tidak sembuh kak, aku menyerah dan sudah lelah." Norien memejamkan matanya, dadanya mulai sesak lagi.

"Akh...."Keluhnya... Anggara panik dan segera memanggil Dokter.

"Bisa berbicara sebentar mas..." Anggara menganggukan kepalanya dan masuk keruang Dokter.

"Keadaan Norien semakin memburuk sepertinya tidak ada semangat hidup, dan sekarang ginjalnyapun tidak baik harus mulai cuci darah 1 minggu 1 kali." Anggara menundukan kepalanya, hatinya serasa sakit.

"Saya sudah berpindah- pindah dari satu Negara ke Negara lain untuk mengobati sakit adik saya namun, semuanya sia- sia."

"Yang penting kamu telah berusaha dan memberikan yang terbaik." Dokter menepuk bagi Anggara,

"Betul Dok." Anggara memaksakan senyuman,

"Ma'af dek, telah meninggalkanmu dan menemukan yang lain, tapi kakak juga tidak bisa mempertahankannya seperti gagal mempertahankanmu..." Anggara bergumam sambil melihat Norien yang lemah.